Diagnosis Rhinitis Vasomotor
Diagnosis rhinitis vasomotor ditegakkan secara klinis dari gejala rhinorrhea, obstruksi nasal dan post nasal drip dengan penyebab inflamasi, infeksi, alergi, dan kelainan anatomis yang sudah di singkirkan. Rhinitis vasomotor adalah diagnosis yang didapat setelah penyebab lain dieksklusi, sehingga dikenal pula dengan rhinitis idiopatik. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab alergi.[1,11,12]
Anamnesis
Pasien dengan rhinitis vasomotor akan mengeluhkan gejala obstruksi nasal, rhinorrhea, kongesti, dan dapat disertai batuk. Gejala ini dapat di eksaserbasi oleh bau tertentu seperti parfum, asap rokok, dan bau cat. Hal lain yang bisa mencetuskan adalah konsumsi alkohol, makanan pedas, emosi, dan pemicu lingkungan seperti perubahan suhu, tekanan, dan cahaya terang.[5,12]
Anamnesis rhinitis vasomotor juga harus meliputi frekuensi serangan dalam periode 1 minggu atau 1 tahun, untuk membedakan apakah serangan termasuk intermiten atau persisten. Serangan intermiten terjadi <4 kali/minggu atau <4 minggu berturut–turut dalam 1 tahun, sedangkan persisten apabila terjadi ≥4 kali/minggu atau ≥4 minggu berturut–turut dalam 1 tahun.[12]
Pasien rhinitis vasomotor juga bisa dibagi menjadi dua subgrup, yaitu “runners” yang lebih menunjukkan gejala rhinorrhea dan “dry” yang lebih menunjukkan gejala obstruksi nasal dengan rhinorrhea minimal.[5]
Anamnesis juga dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan rhinitis tipe lain. Pada pasien ditanyakan waktu terjadi gejala, pola keluhan, faktor yang memperberat dan memperingan, faktor pencetus yang mungkin, dan riwayat lengkap seperti riwayat pengobatan, merokok, dan pekerjaan.[1,3]
Visual Analog Scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) dinilai untuk mengidentifikasi keparahan gejala rhinitis yang muncul. Penilaian VAS terdiri dari skor 1–10, dengan skor 10 menandakan gejala terparah dan sangat mengganggu kualitas hidup.
Gejala dianggap ringan aktivitas sehari–hari tidak terganggu, baik olahraga, sekolah, tidur, dan kerja atau VAS <5 dari 10. Apabila salah satu dari hal ini terganggu karena gejala rhinitis yang muncul, maka dianggap gejala sedang–berat atau VAS ≥5 dari 10.[12]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, mukosa nasal bisa terlihat normal atau kemerahan, dan dapat ditemukan post nasal drip. Sekresi mukus yang ditemukan biasanya jernih. Apabila ditemukan mukus purulen, patut diduga kemungkinan rhinitis infeksi. Endoskopi nasal bisa dilakukan untuk menyingkirkan dugaan sinusitis kronik dengan polip.[3]
Pemeriksaan fisik juga bisa menunjukkan edema mukosa, injeksi mukosa, dan hiperplasia limfoid yang melibatkan tonsil, adenoid, dan adanya tonsil lingual. Ada pula laporan kasus rhinitis vasomotor yang menunjukkan blanched mucosa yang dikelilingi pembuluh darah yang melebar.[1]
Pemeriksaan nasal challenge dapat dilakukan dengan memberikan udara dingin yang kering atau larutan salin hipertonik pada ruangan khusus, yang dikenal dengan challenge chamber. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai hiperresponsif nasal, tetapi digunakan dalam studi efektivitas obat dan bukan untuk tujuan diagnosis klinis dalam praktik sehari–hari.[12]
Diagnosis Banding
Rhinitis vasomotor perlu dibedakan dari rhinitis alergi, rhinitis infeksi, dan rhinitis nonalergi lain.
Rhinitis Alergi
Rhinitis alergi adalah peradangan di rongga hidung yang diperantarai oleh immunoglobulin E (IgE) dan di cetuskan oleh paparan terhadap alergen. Alergen yang dapat menyebabkan rhinitis alergi adalah tungau debu rumah, komponen sel epitel bulu peliharaan, serta serbuk sari dan bagian tumbuhan.
Pada rhinitis alergi bisa didapatkan nasal crease, sekret hidung, deviasi septum, serta manifestasi rhinitis alergi pada hidung, mata, dan orofaring. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan mencakup skin test untuk identifikasi alergen dan pemeriksaan kadar IgE.[8]
Rhinitis Infeksi
Rhinitis infeksi sering disebabkan oleh virus, antara lain rhinovirus, coronavirus, adenovirus, virus parainfluenza, respiratory syncytial virus, dan enterovirus. Manifestasi klinis disertai tanda dan gejala infeksi seperti demam, sekresi mukus purulen, nyeri tekan pada wajah, gangguan penciuman, batuk, dan post nasal drip.
Infeksi umumnya bersifat self limiting dan berakhir dalam 7–10 hari. Terapi yang dilakukan bersifat simtomatik.[2,6]
Nonallergic Rhinitis with Nasal Eosinophilia Syndrome (NARES)
Nonallergic rhinitis with nasal eosinophilia syndrome (NARES) merupakan rhinitis tipe inflamatorik dengan peningkatan degranulasi sel mast dan eosinofil tanpa ditemukan allergen yang spesifik (tes alergi negatif).
Patofisiologi NARES masih belum jelas. Masih belum ada pedoman diagnosis yang jelas, tetapi eosinofil sebanyak 5–20% telah dilaporkan dapat mengindikasikan NARES.[3]
Rhinitis Atrofi
Rhinitis atrofi bersifat kronis. Pada keadaan ini terjadi atrofi dari mukosa nasal dan konka yang menyebabkan sekresi mukus mengental dan terbentuk krusta tanpa ditemukan proses inflamasi. Rhinitis atrofi diduga disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di rongga hidung akibat penurunan produksi mukus.[3,6]
Rhinitis yang Diinduksi Obat
Obat-obatan seperti obat antihipertensi, aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), obat disfungsi ereksi, dan psikotropika memiliki efek samping rhinitis. Terdapat 3 kategori dari rhinitis yang diinduksi obat, yaitu neurogenik, inflamatorik, dan idiopatik. Obat antihipertensi dapat menghambat pelepasan norepinefrin, meningkatkan dominasi serabut parasimpatis, dan menyebabkan kongesti nasal serta rhinorrhea.[1,3]
Konsumsi obat simpatomimetik nasal dalam waktu lama (>5–10 hari) dapat menyebabkan desensitisasi reseptor alfa terhadap stimulus. Penurunan rangsangan adrenergik menimbulkan kongesti nasal yang hebat dan rhinorrhea.[2]
Pemeriksaan Penunjang
Rhinitis vasomotor umumnya dapat didiagnosis secara klinis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebab rhinitis lainnya. Pada rhinitis vasomotor, umumnya didapatkan tes alergi yang negatif dan tidak ada antibodi IgE serum terhadap alergen tertentu.
Sitologi nasal berguna untuk menganalisa penanda inflamasi dari epitel sel nasal. Bila ditemukan eosinofilia sebanyak 5–20%, maka diagnosis mengarah pada nonallergic rhinitis with eosinophilia syndrome (NARES).[1]
Apabila pada anamnesis dan endoskopi nasal terdapat kecurigaan sinusitis, maka CT scan dapat dilakukan. Pemeriksaan MRI dapat dilakukan bila dicurigai terdapat massa pada kepala dan leher. Akan tetapi, pada kasus rhinitis vasomotor, pencitraan tidak banyak membantu penegakkan diagnosis.[1,3]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli