Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Rhinitis Vasomotor general_alomedika 2024-01-09T15:24:21+07:00 2024-01-09T15:24:21+07:00
Rhinitis Vasomotor
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Rhinitis Vasomotor

Oleh :
dr.Adrian Prasetio SpKJ
Share To Social Media:

Pilihan utama penatalaksanaan rhinitis vasomotor adalah kortikosteroid intranasal atau antihistamin intranasal. Pilihan terapi untuk rhinitis vasomotor meliputi edukasi menghindari faktor pencetus, medikamentosa, maupun pembedahan seperti mucosal sparing inferior turbinate reduction surgery.

Terapi medikamentosa lebih dipilih untuk mengontrol tanda dan gejala rhinitis. Akan tetapi, apabila gejala tidak membaik dengan obat, dapat dipertimbangkan tindakan operasi.[1–3,12]

Kortikosteroid Intranasal

Kortikosteroid intranasal secara monoterapi merupakan pilihan terapi medikamentosa utama yang disarankan pada rhinitis vasomotor dibandingkan antihistamin intranasal. Kortikosteroid intranasal menurunkan aktivitas mediator inflamasi, merangsang relaksasi otot polos, dan mengurangi edema.

Penelitian menunjukkan bahwa fluticasone propionate intranasal dalam dosis 200–400 mcg efektif mengurangi obstruksi nasal, post nasal drip, dan rhinorrhea. Efek samping pemberiannya adalah iritasi nasal dan krusta di hidung. Saat ini, hanya fluticasone propionate dan beclomethasone yang disetujui oleh FDA sebagai terapi kortikosteroid topikal.[1,12]

Dosis beclomethasone intranasal adalah sebagai berikut:

  • Pada pasien yang tidak mendapatkan kortikosteroid inhalasi sebelumnya, diberikan dosis inisial 2 kali, sebanyak 40–80 mcg
  • Pada pasien yang mengganti dari kortikosteroid lain, dosis beclomethasone harus berdasarkan dosis sebelumnya. Dapat diberikan dosis inisial 2 kali, sebanyak 40–320 mcg
  • Setelah gejala stabil, dosis obat dititrasi turun hingga dosis efektif terendah[9]

Dosis fluticasone propionate 0,05% adalah:

  • Dosis awal fluticasone adalah 100 mcg/hari, 1 kali pemberian/hari, di pagi hari. Dosis dapat ditingkatkan bila diperlukan. Dosis rumatan adalah 1 kali, sebanyak 50 mcg
  • Dosis obat harus diturunkan bertahap hingga dosis efektif terendah[10]

Antihistamin

Antihistamin menghambat reseptor histamin H1 secara kompetitif dan reversibel. Terdapat 2 generasi antihistamin, yang dibedakan berdasarkan kemampuan penetrasi terhadap lemak.

Antihistamin generasi pertama bersifat lipofilik dan menembus sawar darah otak, sehingga terjadi efek samping terkait sistem saraf pusat seperti sedasi. Antihistamin generasi pertama sudah tidak direkomendasikan sebagai tata laksana rhinitis vasomotor.[1,12]

Antihistamin generasi 2 memiliki afinitas yang lebih tinggi terhadap reseptor histamin H1 perifer dan kurang sensitif terhadap reseptor kolinergik dan reseptor 5-hydroxytryptaminergic. Maka dari itu, antihistamin generasi kedua menurunkan risiko efek samping sistem saraf pusat dan dapat menghambat beberapa mediator inflamasi seperti sel mast, basofil, leukotriene, kinin, dan sitokin.[1-3,6]

Antihistamin secara umum berguna untuk mengurangi gejala vasomotor, seperti rhinorrhea, edema nasal, dan rasa gatal di hidung. Peran antihistamin dalam terapi rhinitis vasomotor tidak banyak. Efikasi antihistamin lebih besar untuk rhinitis alergi dibandingkan dengan rhinitis vasomotor.

Azelastine merupakan antihistamin yang mendapatkan persetujuan FDA dalam terapi rhinitis nonalergi. Obat ini tersedia dalam bentuk semprot dengan kekuatan 0,1% dan 0,15% dan digunakan 2 kali sehari. Kombinasi kortikosteroid topikal dan antihistamin intranasal dilaporkan efektif mengurangi gejala rhinitis nonalergi.[1-3,6]

Ipratropium Bromida

Ipratropium bromida merupakan obat golongan antikolinergik. Obat ini bekerja dengan cara mencegah pelepasan asetilkolin yang diperantarai oleh persarafan parasimpatis. Efek yang ditimbulkan adalah mengurangi rhinorrhea dan kongesti nasal.

Penggunaan ipratropium bromida dapat mengurangi kebutuhan untuk mengonsumsi obat lain seperti antihistamin dan kortikosteroid. Akan tetapi, antikolinergik tidak mampu mengatasi keluhan terkait histamin seperti rasa gatal dan bersin.[3,4,6]

Ipratropium bromida tersedia dalam bentuk semprot dengan kekuatan 0,03% dan 0,06%, digunakan sebanyak 1–2 kali semprot setiap hidung hingga 3 kali sehari.[3]

Simpatomimetik

Obat simpatomimetik, terutama dekongestan topikal, memiliki aktivitas pada reseptor alpha 2–adrenergik dan menyebabkan vasokonstriksi lokal, sehingga menurunkan obstruksi nasal, rhinorrhea, dan edema konka.

Akan tetapi, penggunaan simpatomimetik dalam waktu lama (>5–10 hari) dapat menyebabkan vasodilatasi rebound dan kongesti nasal, suatu kondisi yang disebut rhinitis medikamentosa. Konsumsi obat ini harus dilakukan secara hati–hati pada pasien dengan hipertrofi prostat, glaukoma, dan hipertensi.[1,2,12]

Terdapat 2 pilihan dekongestan yaitu oral dan topikal. Pseudoephedrine oral dapat dikonsumsi dengan dosis 30–60 mg hingga 4 kali sehari, hanya saat gejala berlangsung. Stimulasi reseptor beta adrenergik dapat memberikan beberapa efek samping seperti insomnia serta stimulasi kardiak dan neurogenik.[3]

Dekongestan topikal yang dapat digunakan adalah oxymetazoline dan phenylephrine. Dekongestan topikal dapat bekerja cepat dan lebih efektif dibandingkan dekongestan oral.[3]

Capsaicin

Capsaicin adalah komponen aktif yang terdapat pada cabai, tanaman genus Capsicum. Capsaicin bekerja dengan cara desensitisasi saraf sensorik tipe C, sehingga menurunkan hiperreaktivitas  nasal. Capsaicin berguna untuk mengurangi kongesti nasal, rhinorrhea, dan bersin berulang.

Penggunaan capsaicin sendiri masih dalam penelitian, dan belum ada konsensus mengenai dosis yang efektif. Regimen yang disarankan untuk digunakan adalah menggunakan larutan capsaicin 0,15 mg/0,5 ml yang dioleskan pada hidung setiap 2–3 hari sebanyak 7 kali. Salah satu efek samping capsaicin adalah rasa terbakar akibat iritasi nasal. Zat eucalyptol dapat ditambahkan untuk mengurangi sensasi ini.[1–4]

Tindakan Operasi

Pada pasien yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa, dapat dipertimbangkan tindakan operatif seperti reduksi konka dan transeksi saraf vidian untuk mengurangi keluhan.[2]

Tindakan Reduksi Konka Inferior

Tindakan reduksi konka inferior secara rutin dilakukan pada pasien dengan rhinitis kronik yang tidak membaik dengan terapi medikamentosa. Beberapa pilihan teknik operasi adalah reseksi, krioterapi, kauterisasi laser, elektrokauter, dan turbinektomi.

Reduksi konka inferior dapat dilakukan bersamaan dengan konsumsi obat untuk melegakan saluran napas dan mengurangi edema untuk meningkatkan kualitas hidup pasien.[1,2]

Transeksi Saraf Vidian

Saraf vidian merupakan gabungan dari persarafan simpatis dari saraf petrosus profundus dan persarafan parasimpatis dari saraf petrosus superfisial mayor. Dengan kata lain, saraf vidian berperan dalam stimulus simpatis maupun parasimpatis pada mukosa nasal.

Transeksi saraf vidian berguna untuk mengurangi obstruksi nasal dan rhinorrhea dan dapat dilakukan secara endoskopi. Teknologi endoskopi aman, efisien, dan mampu mengurangi komplikasi pasca operasi secara signifikan seperti perdarahan, rasa kebas pada wajah, dan cedera mata. Beberapa komplikasi adalah mata kering dan disestesia yang reversibel.[1,3,7,12]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Leader P, Geiger Z. Vasomotor Rhinitis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK547704/
2. Ramakrishnan VR. Pharmacotherapy for Nonallergic Rhinitis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/874171-overview#a1
3. Sahin-Yilmaz A, Oysu C, Naclerio RM. Nonallergic Rhinitis. All Around the Nose: Basic Science, Diseases, and Surgical Management. Switzerland: Springer; 2020.
4. Fokkens W, Hellings P, Segboer C. Capsaicin for Rhinitis. Current allergy and asthma reports. Springer US; 2016. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4971034/
6. Sur DKC, Plesa ML. Chronic Nonallergic Rhinitis. American Family Physician. 2018. https://www.aafp.org/afp/2018/0801/p171.html
7. Yan CH, Hwang PH. Surgical Management of Nonallergic Rhinitis. Otolaryngol. Clin. North Am. 2018 Oct;51(5):945-955.
8. Brozek JL. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) guidelines-2016 revision. 2017. https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/28602936/
9. National Center for Biotechnology Information. PubChem Compound Summary for CID 20469, Beclomethasone. PubChem, 2022. https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/Beclomethasone
10. Remien K, Bowman A. Fluticasone. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542161/
11. Agnihotri NT, McGrath KG. Allergic and nonallergic rhinitis. Allergy Asthma Proc. 2019 Nov 1;40(6):376-379. doi: 10.2500/aap.2019.40.4251. PMID: 31690374.
12. Dykewicz et al. Rhinitis 2020: A practice parameter update. J Allergy Clin Immunol, October 2020. https://www.jacionline.org/article/S0091-6749(20)31023-X/pdf

Diagnosis Rhinitis Vasomotor
Prognosis Rhinitis Vasomotor

Artikel Terkait

  • Rhinitis Alergi akibat Polusi dalam Ruangan
    Rhinitis Alergi akibat Polusi dalam Ruangan
  • Pemilihan Antihistamin untuk Rhinitis Alergi
    Pemilihan Antihistamin untuk Rhinitis Alergi
  • Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Pilek pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
  • Pilek pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
    Pilek pada Dewasa – Panduan e-Prescription Alomedika
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.