Patofisiologi Rhinitis Vasomotor
Patofisiologi rhinitis vasomotor berhubungan dengan ketidakseimbangan antara stimulus simpatis dan parasimpatis pada mukosa nasal yang disertai dengan peningkatan jaras eferens pada mukosa nasal. Untuk dapat dikatakan rhinitis vasomotor, seorang individu harus memenuhi kriteria:
- Tidak ada alergi
- Tidak ada defek struktural atau penyakit sistemik lain
- Tidak ditemukan eosinofilia nasal[1]
Persarafan sensorik di hidung berasal dari cabang saraf trigeminal pertama dan kedua yang menerima input dari epitel, pembuluh darah, dan kelenjar sekretorik. Saraf simpatis hidung dimediasi oleh neurotransmitter norepinefrin dan neuropeptida Y yang mengatur keseimbangan tonus vaskular.[1,3,4]
Saraf parasimpatis memiliki neurotransmitter asetilkolin dan berkontribusi dalam hipersekresi mukus dari kelenjar submukosa hidung. Dalam keadaaan normal, sekresi mukus tersebut diinisiasi oleh persarafan parasimpatis dan dikontrol oleh serabut simpatik.[1,3,4]
Pada pasien dengan rhinitis vasomotor, diduga terjadi ketidakseimbangan aktivitas simpatis dan parasimpatis yang menimbulkan tanda dan gejala rhinitis. Rasa gatal dan bersin yang menyertai disebabkan oleh degranulasi dari sel mast yang dimediasi persarafan nosiseptif tipe C dari saraf trigeminal.
Saraf tipe C tersebut memiliki reseptor ankyrin 1 (TRPA1) dan vanilloid 1 (TRPV1) yang dapat diaktivasi oleh mediator inflamasi. Pada pasien dengan rhinitis vasomotor, didapatkan overekspresi dari reseptor TRPV1 dibandingkan dengan orang normal.[1,3,4]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli