Epidemiologi Sinus Preaurikular
Data epidemiologi sinus preaurikular menunjukkan bahwa gangguan anatomi ini terjadi pada sekitar 1% anak keturunan Eropa, 5% anak dengan keturunan Afrika, dan 10% anak keturunan Asia.[15]
Prevalensi lebih tinggi pada keluarga yang memiliki riwayat sinus preaurikular dikarenakan kemungkinan sifat diturunkan secara genetik. Anomali kongenital terjadi pada sepertiga kasus.[15]
Global
Berdasarkan beberapa studi, insiden sinus preaurikular di Amerika Serikat diperkirakan sekitar 0,1-0,9% kasus, di Hongaria sekitar 0,47%, di Inggris 0,9% (di Skotlandia sendiri sekitar 0,06%), di Taiwan sekitar 2,5% dan pada beberapa bagian Asia dan Afrika sekitar 4-10%.[4,5]
Satu studi di Kenya menemukan bahwa sinus preaurikular merupakan anomali oral dan kraniofasial kongenital yang paling sering terjadi, dengan tingkat 4,3 kasus per 1000 orang.[4]
Sinus preaurikular umumnya didiagnosa pada pemeriksaan rutin, namun dapat baru didiagnosa setelah sinus terinfeksi dan mengeluarkan sekret.[5]
Insiden sinus preaurikular pada orang kulit putih adalah 0,0-0,6% dan pada orang Afrika-Amerika serta Asia adalah 1-10%. Pria dan wanita mempunyai kecenderungan yang sama untuk menderita sinus preaurikular.[4]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi mengenai sinus preaurikular di Indonesia. Namun bila mengacu pada data yang didapatkan pada keturunan Asia, insiden sinus preaurikular didapatkan terjadi pada sekitar 10% kasus.[15]
Mortalitas
Sinus preaurikular tidak menyebabkan kematian. Namun, dapat terkait dengan gangguan pendengaran. Sebagai contoh, sinus preaurikular dikaitkan dengan sindrom bronkhio-oto-renal (BOR), yaitu suatu kelainan autosomal dominan dan salah satu penyebab paling umum dari gangguan pendengaran herediter. Risiko gangguan pendengaran pada anak dengan sinus preaurikular adalah lima kali lebih besar dari populasi umum.[12-14]