Patofisiologi Trauma Aurikula
Patofisiologi trauma aurikula sangat bervariasi berdasarkan mekanisme cedera yang terjadi. Jenis cedera yang sering terjadi adalah abrasi, laserasi, avulsi, amputasi, dan hematoma subperikondrium.
Abrasi dan Laserasi Aurikula
Abrasi atau ekskoriasi aurikula akibat trauma biasanya bersifat ringan. Namun, laserasi aurikula berisiko menyebabkan infeksi, termasuk infeksi kartilago. Trauma aurikula yang paling berisiko menyebabkan infeksi adalah luka gigitan manusia.[2,5]
Trauma aurikula dengan laserasi yang dalam biasanya membutuhkan penjahitan. Luka dapat segera ditutup dengan penjahitan jika masih dalam waktu <12 jam sejak trauma terjadi. Namun, luka yang lebih lama sebaiknya dibiarkan sembuh secara sekunder. Penanganan deformitas kosmetik dilakukan setelah luka sembuh.[2,5]
Avulsi dan Amputasi Aurikula
Avulsi merupakan laserasi yang terjadi sangat dalam hingga aurikula robek. Robeknya aurikula dapat terjadi secara parsial atau total/keseluruhan daun telinga. Kejadian avulsi umumnya terjadi karena gigitan atau trauma tajam akibat kecelakaan dan kekerasan.[4,5]
Amputasi aurikula akibat avulsi, baik parsial maupun total, sebetulnya jarang terjadi. Namun, rekonstruksi telinga pada kasus ini merupakan tindakan yang sulit karena vaskularisasi yang rumit, lapisan kulit yang tipis, dan kontur kartilago aurikula yang kompleks. Oleh karena itu, avulsi sebagian atau total sebaiknya segera dirujuk untuk ditangani oleh dokter spesialis THT-KL (telinga hidung tenggorok-bedah kepala leher) atau spesialis bedah plastik.[3,5]
Hematoma Aurikula atau Subperikondrium
Hematoma aurikula merupakan penumpukan darah pada area subperikondrium, yaitu ruang antara perikondrium dan kartilago yang terbentuk akibat trauma. Hematoma aurikula sering terjadi akibat trauma tumpul pada atlet olahraga kontak, seperti rugby dan tinju.[4]
Apabila evakuasi atau drainase hematoma aurikula tidak dilakukan segera, hematoma dapat mengganggu vaskularisasi kartilago serta berisiko menyebabkan nekrosis dan deformitas kartilago. Dalam beberapa minggu, kartilago yang mengalami gangguan vaskularisasi akan mengalami deformitas menjadi cauliflower ear.[4]
Direvisi oleh: dr. Meva Nareza Trianita