Diagnosis Balanitis
Secara klinis, diagnosis balanitis dapat dibuat bila ditemukan merah dan radang pada glans penis pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang lebih lanjut umumnya tidak diperlukan. Bila dokter mencurigai adanya lesi lain, infeksi menular seksual, atau penyakit yang mendasari maka pemeriksaan penunjang dapat dipertimbangkan.[1,2,4,5]
Anamnesis
Pasien dengan balanitis biasanya datang ke dokter dengan keluhan nyeri pada area kepala penis dengan atau tanpa retraksi dari kulit penis. Pasien juga dapat mengeluhkan adanya discharge pada penis. Pada pasien dewasa dapat disertai keluhan impotensi.
Pada kasus yang lebih berat, pasien dapat mengeluhkan kesulitan untuk mengontrol kencing. Jika terjadi retensi urin dan harus dipasang kateter, dapat terjadi kesulitan. Keluhan lain dapat berupa rasa gatal, bengkak dan eritem pada glans penis. Gejala sistemik, seperti demam dan lemas, jarang terjadi.
Pada anamnesis, dokter perlu menggali riwayat penyakit pasien terutama riwayat penyakit imunokompromais. Perhatikan juga apakah terdapat tanda-tanda diabetes tidak terkontrol. Perhatikan juga apakah pada preputium dapat dilakukan retraksi, serta tanyakan mengenai riwayat berkemih pada pasien apakah ada gangguan dalam urinasi serta rasa nyeri saat berkemih.[2]
Saat anamnesis gali juga mengenai faktor risiko yang berkaitan, seperti higienitas area genital dan higienitas personal secara umum. Aktivitas seksual juga dapat ditanyakan untuk menyingkirkan diagnosis banding atau memperkirakan jenis patogen.[1,2]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik balanitis akan didapatkan lesi pada glans penis atau preputium berupa eritema dan edema. Adanya bau tidak sedap juga dapat ditemukan saat inspeksi visual.
Discharge pada penis dapat terlihat dari pemeriksaan fisik. Pada kasus yang berlanjut dapat terjadi ulserasi atau pembentukan plak. Pada beberapa kasus, dapat terjadi fimosis. Dokter dapat memeriksa dengan melakukan retraksi preputium. Periksa apakah ada tanda-tanda limfadenopati pada sekitar area yang terinfeksi.
Pada pemeriksaan fisik perhatikan tanda-tanda adanya obstruksi urinaria, walaupun jarang terjadi namun hal ini perlu diperhatikan. Beberapa tanda obstruksi urinaria yaitu adanya stenosis meatal, distensi kandung kemih, serta munculnya gelembung pada preputium ketika berkemih.[1,2]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding balanitis dapat berupa balanopostitis atau kondisi kelainan kulit seperti liken sklerosus, dan psoriasis.[1,2,4,5]
Balanopostitis
Balanopostitis dapat terjadi bersamaan dengan balanitis ataupun menjadi komplikasi balanitis. Perbedaan mendasar dari keduanya adalah balanopostitis melibatkan inflamasi pada preputium sedangkan balanitis hanya pada glans penis saja.[1,2,4,5]
Liken Sklerosus
Liken sklerosus sering asimptomatik. Berbeda dengan balanitis, lesi berbentuk likenoid dan leukoderma. Pasien bisa mengeluhkan dispareunia, gatal, berdarah, dan gangguan berkemih. Jika lesi menyerupai kutil, mungkin perlu dilakukan biopsi.[1,2,4,5]
Psoriasis
Pada psoriasis, keluhan yang menonjol adalah gatal dan sisik berwarna perak. Meskipun bisa terjadi pada penis, area yang sering terkena adalah kepala, siku, lutut, umbilikus, dan telinga.[1,2,4,5]
Pemeriksaan Penunjang
Balanitis dapat didiagnosis secara klinis melalui pemeriksaan fisik berupa inspeksi visual. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan penunjang dibutuhkan untuk menyingkirkan diagnosis banding atau untuk mengidentifikasi patogen penyebab.
Pemeriksaan penunjang yang mungkin diperlukan adalah kultur bakteri pada kasus dengan eksudat purulen, test herpes simpleks virus pada lesi vesikular atau ulseratif, serta tes sifilis pada lesi ulserasi. Pemeriksaan mikroskopik mungkin diperlukan jika balanitis dicurigai berkaitan dengan Neisseria gonorrhoeae atau Chlamydia.
Temuan pada pemeriksaan fisik berupa adanya eksudat berwarna putih kental meningkatkan kecurigaan terhadap infeksi Candida. Pada kasus yang dicurigai Candida, dapat dipertimbangkan pemeriksaan mikroskopik menggunakan preparat KOH.[1,2]