Etiologi Disfungsi Ereksi
Etiologi disfungsi ereksi mencakup gangguan psikis, organik, dan endokrin. Disfungsi ereksi berdasarkan penyebabnya dapat diklasifikasikan menjadi organik dan psikogenik. Beberapa penyakit organik yang berhubungan dengan disfungsi ereksi adalah diabetes mellitus, hipertensi, gangguan saraf, penyakit prostat, hingga penyakit paru obstruksi kronik.
Sedangkan disfungsi ereksi yang disebabkan karena faktor psikis dapat berupa penyakit gangguan tidur atau gangguan depresi. Pada umumnya pria yang mengalami disfungsi ereksi organik akan mengalami pula keluhan psikis.[1,7,8,18,19]
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang membuat seseorang berisiko mengalami disfungsi ereksi di antaranya usia, riwayat trauma pelvis, dan gangguan metabolik.
Usia
Pria berusia >50 tahun mempunyai risiko disfungsi ereksi. Pertambahan usia membuat seseorang berisiko terkena gangguan pembuluh darah seperti aterosklerosis, gangguan vaskuler, infark miokard, dan hipertensi. Aterosklerosis menyebabkan aliran darah menuju penis terganggu, sehingga terjadi disfungsi ereksi.[1,7,8,22]
Selain itu, pertambahan usia pada pria juga berhubungan dengan penurunan kadar hormon testosteron, sehingga risiko disfungsi ereksi pada usia tua menjadi lebih tinggi.[1,23]
Trauma Pelvis
Pria yang pernah mengalami trauma pembuluh darah dan saraf pelvis berisiko mengalami disfungsi ereksi. Penelitian menyebutkan bahwa seseorang yang bersepeda dalam waktu lama dapat menyebabkan disfungsi ereksi, dikarenakan adanya penekanan pada perineum oleh dudukan sepeda, sehingga terjadi kerusakan saraf dan pembuluh darah.
Akan tetapi, bersepeda <3 jam/minggu dapat melindungi seseorang dari risiko terkena disfungsi ereksi, dikarenakan olahraga merupakan salah satu langkah pencegahan disfungsi ereksi. Saat ini, sudah terdapat dudukan sepeda yang dapat meminimalisir tekanan pada perineum, sehingga bersepeda bukan lagi faktor risiko terjadinya disfungsi ereksi.[11,12]
Gangguan Metabolik
Gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner, dan dislipidemia dapat menjadi risiko disfungsi ereksi. Seseorang dengan diabetes mellitus dapat terkena komplikasi berupa neuropati, angiopati, dan penurunan fungsi organ.[1]
Gangguan Tidur
Pria dengan gangguan tidur memiliki berisiko mengalami disfungsi ereksi. Sebuah survey penelitian melibatkan 285 pria menyebutkan, gangguan tidur dapat mengakibatkan kelelahan dan berkorelasi terhadap risiko disfungsi ereksi.[13]
Penyakit Gangguan Mental
Gangguan kesehatan mental khususnya depresi merupakan faktor yang berdampak langsung pada performa seksual seseorang. Sebuah penelitian dilakukan terhadap veteran perang yang mengalami post traumatic stress disorders (PTSD), dimana angka penderita gangguan seksual ditemukan lebih tinggi pada kelompok ini.[1,2,14]
Lifestyle atau Pola Hidup
Beberapa pola hidup yang berisiko menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi pada seorang pria di antaranya:
Obesitas, pria kegemukan berisiko terkena disfungsi ereksi akibat gangguan pembuluh darah
Alcohol use disorder dapat mengakibatkan aliran darah tidak lancar, termasuk aliran darah ke penis, dan juga berhubungan dengan penurunan produksi testosteron
Merokok, semakin lama seseorang merokok, semakin berisiko terkena disfungsi ereksi
- Stress dan kelelahan, pria yang mengalami stress dan kelelahan mengalami penurunan hasrat seksual[1,6,7,16,18]
Obat–Obatan
Terdapat obat–obatan yang menyebabkan terjadinya disfungsi ereksi bila dikonsumsi pria dalam jangka waktu lama, di antaranya:
- Antihipertensi golongan beta bloker seperti carvedilol dan diuretik seperti thiazide
- Antidepresan, seperti citalopram, doxepin, fluoxetine
- Antipsikotik, seperti alprazolam, haloperidol, risperidone
- Obat–obatan lain, seperti alpha blocker, antiandrogen, kortikosteroid[30–38]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli