Diagnosis Epididimitis
Diagnosis epididimitis dapat dicurigai pada pasien dengan nyeri dan pembengkakan skrotum unilateral. Keluhan ini harus didiagnosis banding dengan torsio testis, yang merupakan kondisi kegawatdaruratan. Secara klinis, diagnosis torsio testis dapat menggunakan tes Prehn dan refleks kremaster.[2,5,12]
Anamnesis
Gejala pasien epididimitis adalah nyeri dan bengkak pada skrotum unilateral, yang dapat diawali dengan keluhan nyeri pinggang yang bermigrasi ke skrotum. Gejala ini biasanya bersifat unilateral.
Umumnya tidak disertai dengan mual atau muntah. Keluhan epididimitis lainnya adalah:
- Nyeri testis posterior gradual yang terkadang menjalar ke abdomen bawah. Pada epididimitis kronik, nyeri umumnya terjadi >6 minggu dan bersifat konstan
- Pembengkakan skrotum. Namun, pada epididimitis kronik, skrotum dapat tidak membengkak
- Gejala infeksi saluran kemih bawah, seperti demam, frekuensi, urgensi, hematuria, dan disuria
- Duh uretra pada epididimitis akut
- Pembesaran kelenjar ludah pada pasien mumps[2,5]
Selain itu, beberapa riwayat yang dapat meningkatkan risiko epididimitis juga harus ditanyakan, di antaranya:
- Riwayat cedera traumatik
- Riwayat luka akibat aktivitas berulang, seperti olahraga
- Riwayat seksual
- Riwayat eksposur penyakit menular seksual sebelumnya
- Riwayat penyakit sebelumnya, seperti infeksi saluran kemih, prostatitis, atau pembedahan di area genital[2,5]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sangat diperlukan untuk menyingkirkan diagnosis banding. Berikut ini merupakan tanda yang dapat ditemukan pada pasien epididimitis:
- Edema skrotum
- Nyeri tekan skrotum, terutama pada aspek posterior dan superior testis
- Tanda infeksi pada skrotum: hangat, eritematosa, inflamasi, dan indurasi
Limfadenopati inguinal
- Duh uretra pada etiologi penyakit menular seksual[1,5]
Pada pemeriksaan fisik, juga harus dilakukan tes Prehn dan refleks kremaster untuk mengeksklusi diagnosis torsio testis.
Tanda Prehn
Tanda Prehn merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk membedakan epididimitis akut dan torsio testis. Pemeriksaan ini dilakukan dengan mengelevasi skrotum dan melihat ada tidaknya perbaikan gejala pasien. Pada pasien epididimitis akut, nyeri umumnya akan membaik saat dilakukan elevasi skrotum, dikenal sebagai tanda Prehn positif.[2,12,13]
Refleks Kremaster
Refleks kremaster merupakan refleks superfisial yang dilakukan dengan cara menggores kulit paha bagian superior dan medial. Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu klinisi menyingkirkan diagnosis banding torsio testis. Normalnya, skrotum pada sisi yang sama akan naik pada pemeriksaan. Pada epididimitis, umumnya didapatkan refleks kremaster yang normal.[2,12,13]
Aplikasi Tanda Prehn dan Refleks Kremaster secara Klinis
Walaupun tanda Prehn dan refleks kremaster dapat digunakan untuk membantu membedakan antara epididimitis dan torsio testis, tetapi dokter harus menyadari bahwa hasil pemeriksaan ini tidak bersifat absolut. Contohnya refleks kremaster yang normal dan tanda Prehn positif dapat ditemui pada torsio testis. Untuk itu, kedua pemeriksaan ini tidak boleh berdiri sendiri dan harus mempertimbangkan tanda dan gejala lainnya, seperti mual dan muntah serta nyeri skrotum akut.[2,12,13]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding epididimitis utama adalah torsio testis dan orchitis.Torsio testis merupakan diagnosis yang memerlukan tindakan gawat darurat sehingga klinisi jangan sampai terlewat diagnosis ini.
Torsio Testis
Torsio testis memiliki gejala nyeri skrotum akut yang hebat, berbeda dengan nyeri pada epididimitis yang lebih gradual dan disertai lower urinary tract symptoms (LUTS). Selain itu, torsio testis lebih umum terjadi pada usia <20 tahun.
Testis pada pasien torsio testis lebih tinggi daripada testis di sisi normal. Selain itu, pemeriksaan refleks kremaster yang abnormal dan tanda Prehn negatif juga dapat ditemukan pada torsio testis. Pada pasien epididimitis, tidak memiliki gangguan letak testis, serta pemeriksaan kremaster dan tanda Prehn yang normal.
Jika diagnosis torsio testis belum dapat disingkirkan, pemeriksaaan USG Doppler pada testis dapat dilakukan dengan temuan penurunan atau tidak adanya aliran darah pada testis ipsilateral, serta penurunan kecepatan aliran darah dan peningkatan resistensi (resistive indices) pada arteri intratestis.[2,12,13]
Orchitis
Orchitis umumnya sulit dibedakan dengan pasien epididimitis, karena letak kedua organ yang bersebelahan. Pasien orchitis umumnya mengeluhkan nyeri testis dengan onset cepat/akut, sedangkan nyeri pada epididimitis memiliki onset gradual.
Pemeriksaan fisik orchitis didapatkan pembengkakan dan nyeri tekan testis yang disertai dengan refleks kremaster normal. Pada orchitis, hasil USG testis tampak pembengkakan testis dengan area hipoekoik dan hipervaskular. Berbeda dengan epididimitis, pembengkakan hanya terjadi pada epididimis.[2]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dapat membantu klinisi dalam mendiagnosis dan mencari patogen penyebab epididimitis. Selain itu, pencitraan dilakukan untuk menyingkirkan diagnosis banding.
Swab Sekret Uretra
Pemeriksaan swab sekret uretra sangat diperlukan dalam mendeteksi patogen penyebab epididimitis, terutama C. trachomatis dan N. gonorrhoeae. Pewarnaan Gram dan kultur disarankan untuk mendeteksi adanya uretritis dan infeksi gonokokal. Pada pewarnaan Gram pada pasien epididimitis umumnya ditemukan ≥ 5 sel darah putih per lapang pandang dan terdapatnya gram negatif diplokokus intraseluler apabila terdapat infeksi N. gonorrhoeae.[1,2]
Urinalisis
Hasil urinalisis pada pasien epididimitis umumnya dapat ditemukan adanya piuria atau bakteriuria. Adanya sel darah putih dan leukosit esterase pada hasil urinalisis menggambarkan adanya uretritis pada pasien.[1,5]
USG Doppler Berwarna
Pemeriksaan USG Doppler berwarna pada testis digunakan untuk menilai perfusi testis dan anatomi skrotum. Pada pasien epididimitis umumnya ditemukan adanya pembengkakan epididimis dengan peningkatan gelombang pulsasi Doppler, yang menunjukkan adanya peningkatan aliran darah.[2,5]
Tes Laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap dilakukan apabila pasien memiliki gejala sistemik, seperti demam. Umumnya pada pasien epididimitis akan ditemukan adanya leukositosis. Pemeriksaan tambahan, seperti c-reactive protein (CRP) dan laju endap darah (LED) umumnya ditemukan meningkat pada epididimitis akut dan tidak ditemukan meningkat pada keadaan nyeri skrotum akut lainnya.[12]
Tes lainnya
Pemeriksaan kultur alcohol and acid fast bacilli urin pagi sebanyak 3 hari berturut-turut dapat digunakan untuk mendeteksi adanya epididimitis tuberkulosa. Selain itu, pemeriksaan tuberkulosis sistemik, seperti pemeriksaan sputum dan x-ray thorax, dibutuhkan apabila etiologi pasien sudah terbukti dikarenakan patogen M. tuberculosis.[8,12]
Sedangkan untuk epididimitis yang dicurigai akibat penggunaan obat amiodarone, pemeriksaan kadar obat amiodarone dalam serum tidak bermanfaat dalam penegakan diagnosis epididimitis.[12]
Eksplorasi Skrotum atau Aspirasi
Tindakan eksplorasi atau aspirasi jarang dilakukan pada pasien epididimitis. Pemeriksaan ini dapat dilakukan jika epididimitis tidak membaik dengan terapi dan dicurigai adanya komplikasi, seperti abses intraskrotal, piokel, dan infark testis.[12,13]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini