Etiologi Epididimitis
Etiologi epididimitis paling banyak adalah infeksi bakteri, yang umumnya berhubungan dengan infeksi menular seksual. Selain itu, epididimitis juga dapat disebabkan oleh kondisi noninfeksi, misalnya penggunaan obat amiodarone, penyakit Behcet, atau purpura Henoch-Schonlein.
Infeksi Menular Seksual (IMS)
Infeksi menular seksual paling sering ditemukan pada pasien laki-laki usia 14–35 tahun, dan laki-laki usia tua yang melakukan hubungan seksual sesama jenis. Bakteri yang paling sering ditemukan adalah Chlamydia trachomatis dan Neisseria gonorrhoeae. Bakteri lainnya adalah Escherichia coli dan Haemophilus influenzae.[1,5,7]
Infeksi Bukan Menular Seksual
Etiologi infeksi yang tidak berhubungan dengan infeksi menular seksual umumnya berhubungan dengan obstruksi saluran kemih atau tindakan pada traktus urinarius. Patogen penyebab epididimitis bukan menular seksual ini umumnya adalah bakteri gram negatif enterik, yang sering terjadi pada laki-laki usia <14 tahun.
Beberapa patogen bukan menular infeksi yang dapat menyebabkan epididimitis adalah:
- Sindrom pasca infeksi: Mycoplasma pneumoniae, enterovirus, adenovirus
- Bakteri gram negatif enterik: Enterococcus, Pseudomonas spp., Klebsiella spp.
- Infeksi concomitant: cytomegalovirus, salmonellosis, toxoplasmosis, Ureaplasma urealyticum, corynebacterium, mycoplasma, mycobacteria (termasuk Mycobacterium tuberculosis)
- Paramyxovirus
- Brucella spp.
Candida spp.[2,8]
Noninfeksi
Epididimitis noninfeksi jarang dilaporkan. Beberapa etiologi noninfeksi adalah penggunaan obat amiodarone, penyakit Behcet, atau purpura Henoch-Schonlein.[6,9,10]
Faktor Risiko
Faktor risiko epididimitis adalah hubungan seksual tidak terproteksi atau riwayat infeksi menular seksual. Selain itu, penyakit traktus urinarius, seperti infeksi saluran kemih atau obstruksi saluran kemih, juga berisiko komplikasi epididimitis.
Faktor risiko lainnya adalah operasi/instrumentasi traktus urinarius atau prostat, duduk terlalu lama, bersepeda, trauma, kondisi imunosupresi, vaskulitis, mumps, tuberkulosis, dan penggunaan amiodarone.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini