Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Fimosis general_alomedika 2023-10-10T15:53:00+07:00 2023-10-10T15:53:00+07:00
Fimosis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Fimosis

Oleh :
dr. Bunga Saridewi
Share To Social Media:

Etiologi fimosis fisiologi adalah kondisi normal perkembangan bayi di masa awal kehidupan, di mana lapisan epitel pada glans dan preputium mengalami perlekatan. Preputium yang melekat pada glans akan terpisah seiring pertambahan usia.

Upaya menarik paksa preputium pada fimosis fisiologis dapat menyebabkan microtears atau robekan mikro, infeksi, dan perdarahan dengan konsekuensi sekunder berupa jaringan parut dan fimosis patologis.[8]

Etiologi Fimosis Fisiologis

Etiologi fimosis fisiologis antara lain adalah:

  • Adhesi alami antara preputium dan glans penis.
  • Preputial tip yang sempit

  • Frenulum breve (frenulum pendek secara kongenital dengan berbagai derajat, sehingga membatasi gerakan preputium terhadap glans)

  • Sulitnya retraksi yang mungkin berhubungan dengan kelainan kongenital seperti macroposthia, limfedema penis, microphallus, buried penis, atau webbed penis[3]

Etiologi Fimosis Patologis

Fimosis patologis memiliki beberapa etiologi yang berbeda:

  • Upaya penarikan paksa preputium pada fimosis fisiologis dapat membentuk jaringan sikatrik dan memicu fimosis patologis
  • Balanitis, posthitis, atau balanoposthitis berulang.

  • Balanitis xerotica obliterans (BXO): merupakan inflamasi yang bersifat kronik progresif yang melibatkan preputium, glans, dan kadang termasuk uretra. Proses patologis BXO menyebabkan skar stenosis yang tampak pucat pada preputium.

  • Pasca sirkumsisi: jika selama prosedur terdapat preputium yang tidak tereksisi dengan baik akan menyisakan bagian tepi yang sembuh di depan meatus dengan derajat fibrosis dan striktur yang bervariasi.[3-5,7]

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya fimosis patologis diantaranya:

  • Higiene yang buruk
  • Diabetes mellitus: jika residu urin pasien diabetes mellitus terperangkap pada preputium, kombinasi kondisi yang lembab dan glukosa pada urin akan menyebabkan proliferasi bakteri, hingga terjadi infeksi yang menyebabkan pembentukan jaringan parut
  • Kateterisasi berulang
  • Usia lanjut: berhubungan dengan berkurangnya elastisitas kulit dan jarangnya terjadi ereksi[3,4,6]

 

 

Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri

Referensi

3. Fahmy, M. (2017). Phimosis and Paraphimosis. Congenital Anomalies of the Penis, 245–250. 2017. doi:10.1007/978-3-319-43310-3_38a
4. Medscape. Phimosis, Adult Circumcision, and Buried Penis. 2021.https://emedicine.medscape.com/article/442617-overview#showall
5. Chan IHY, Wong KKY. Common urological problems in children: prepuce, phimosis, and buried penis. Hong Kong Med J. 2016(22)23-269. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/27149978
6. Medscape. Phimosis and Paraphimosis. 2017.https://emedicine.medscape.com/article/777539-overview#showall
7. Tekgul S, Dogan HS, Hoebeke P, et al. EAU Guidelines of Pediatric Urology. 2016. European Association of Urology. https://uroweb.org/wp-content/uploads/EAU-Guidelines-Paediatric-Urology-2016.pdf
8. Shahid SK. Phimosis in children. ISRN Urol. 2012;2012:707329. 2012 Mar 5. doi:10.5402/2012/707329

Patofisiologi Fimosis
Epidemiologi Fimosis

Artikel Terkait

  • Anestesi Umum vs Anestesi Lokal untuk Sirkumsisi Anak
    Anestesi Umum vs Anestesi Lokal untuk Sirkumsisi Anak
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 18 Juli 2024, 08:28
Benjolan di penis anak tidak ada keluhan apapun
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin diskusi sejawat anak pasca penyembuhan sirkumsisi timbul benjolan seperti di gambar tidak ada keluhan apapun. Kira-kira ini mengarah kemana ya sejawat...
Anonymous
Dibalas 03 Juni 2024, 08:54
Apakah bisa dilakukan sirkumsisi pada bayi jaundice usia 1 bulan?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Mau tanya dok, jika bayi usia 1 bulan. Dengan breastmilk jaundice ( kramer 2 )Apakah bisa dilakukan sirkumsisi?Apakah penyembuhan lukanya bisa lebih lama...
dr. Milda Darojah
Dibalas 25 Maret 2024, 07:48
Keluhan sakit pada anak setelah khitan
Oleh: dr. Milda Darojah
1 Balasan
Selamat siang teman sejawat semuaIjin bertanya, anak usia 5 tahun masih mengeluhkan sakit pada luka khitan setelah dikhitan 3 minggu yang lalu.Setelah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.