Etiologi Fimosis
Etiologi fimosis fisiologi adalah kondisi normal perkembangan bayi di masa awal kehidupan, di mana lapisan epitel pada glans dan preputium mengalami perlekatan. Preputium yang melekat pada glans akan terpisah seiring pertambahan usia.
Upaya menarik paksa preputium pada fimosis fisiologis dapat menyebabkan microtears atau robekan mikro, infeksi, dan perdarahan dengan konsekuensi sekunder berupa jaringan parut dan fimosis patologis.[8]
Etiologi Fimosis Fisiologis
Etiologi fimosis fisiologis antara lain adalah:
- Adhesi alami antara preputium dan glans penis.
Preputial tip yang sempit
Frenulum breve (frenulum pendek secara kongenital dengan berbagai derajat, sehingga membatasi gerakan preputium terhadap glans)
- Sulitnya retraksi yang mungkin berhubungan dengan kelainan kongenital seperti macroposthia, limfedema penis, microphallus, buried penis, atau webbed penis[3]
Etiologi Fimosis Patologis
Fimosis patologis memiliki beberapa etiologi yang berbeda:
- Upaya penarikan paksa preputium pada fimosis fisiologis dapat membentuk jaringan sikatrik dan memicu fimosis patologis
Balanitis, posthitis, atau balanoposthitis berulang.
Balanitis xerotica obliterans (BXO): merupakan inflamasi yang bersifat kronik progresif yang melibatkan preputium, glans, dan kadang termasuk uretra. Proses patologis BXO menyebabkan skar stenosis yang tampak pucat pada preputium.
- Pasca sirkumsisi: jika selama prosedur terdapat preputium yang tidak tereksisi dengan baik akan menyisakan bagian tepi yang sembuh di depan meatus dengan derajat fibrosis dan striktur yang bervariasi.[3-5,7]
Faktor Risiko
Beberapa faktor yang berhubungan dengan terjadinya fimosis patologis diantaranya:
- Higiene yang buruk
- Diabetes mellitus: jika residu urin pasien diabetes mellitus terperangkap pada preputium, kombinasi kondisi yang lembab dan glukosa pada urin akan menyebabkan proliferasi bakteri, hingga terjadi infeksi yang menyebabkan pembentukan jaringan parut
- Kateterisasi berulang
- Usia lanjut: berhubungan dengan berkurangnya elastisitas kulit dan jarangnya terjadi ereksi[3,4,6]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri