Epidemiologi Gangguan Ejakulasi
Epidemiologi gangguan ejakulasi sangat beragam berdasarkan spektrum kondisi yang terjadi. Prevalensi yang paling besar adalah ejakulasi prematur, yaitu secara global sekitar 5-30%. Diikuti ejakulasi tertunda, anejakulasi, dan anorgasmia, sedangkan ejakulasi retrograde tidak diketahui prevalensi pastinya.
Global
Data epidemiologi ejakulasi prematur atau ejakulasi dini dapat bervariasi tergantung pada definisi penyakit, populasi sampel, dan keengganan pria untuk memeriksakan diri. Prevalensi ejakulasi prematur diperkirakan sebesar 5-30% dari populasi pria dewasa di seluruh dunia, bila definisi yang digunakan adalah kriteria dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV).
Kriteria ejakulasi dini pada DSM-IV adalah pola ejakulasi persisten atau berulang yang terjadi selama aktivitas seksual pasangan dalam waktu sekitar 1 menit setelah penetrasi vagina dan sebelum individu menginginkan ejakulasi. Kondisi ini harus dialami setidaknya 6 bulan dan harus terjadi pada hampir semua atau semua (75-100%) kegiatan seksual. Bila kriteria yang digunakan adalah waktu latensi ejakulasi intravagina <1 menit maka prevalensi ejakulasi dini adalah 1-4% pada populasi pria dewasa.[17,18]
Epidemiologi ejakulasi tertunda merupakan kondisi langka, dimana insidensi maupun prevalensi ejakulasi tertunda yang sebenarnya kemungkinan besar tidak dilaporkan, karena berbagai etiologi dan riwayat seksual yang tidak lengkap. Prevalensi ejakulasi tertunda dilaporkan menurun pada berbagai literatur. Tingkat prevalensi ejakulasi tertunda pada populasi umum pria yang aktif secara seksual adalah sekitar 1-5%.[13]
Epidemiologi ejakulasi retrograde tidak dapat diketahui secara pasti. Penelitian yang dilakukan oleh Juárez-Bengoa A terhadap 2.587 pasien infertil menemukan bahwa prevalensi ejakulasi retrograde adalah 3,2%.[19]
Indonesia
Belum ada survei atau penelitian besar di Indonesia yang menilai insiden atau prevalensi gangguan ejakulasi di Indonesia. Namun, menurut Asosiasi Seksologi Indonesia setidaknya 15% pria dewasa pernah mengalami gangguan hasrat seksual. Kasus ejakulasi dini sendiri dapat dialami oleh 26-40% pria dewasa di Indonesia.[5]
Mortalitas
Data mengenai mortalitas akibat gangguan ejakulasi masih belum tersedia, tetapi kondisi ini dikaitkan dengan berbagai luaran buruk seperti rasa kurang percaya diri hingga depresi.[26]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri