Penatalaksanaan Kanker Prostat
Modalitas penatalaksanaan kanker prostat yang dapat dipilih antara lain surveilans aktif dan watchful waiting, prostatektomi radikal, radioterapi, dan androgen deprivation therapy (ADT). Penatalaksanaan kanker prostat sebaiknya diputuskan setelah mempertimbangkan semua opsi dengan tim multidisiplin. Tim ini sebaiknya terdiri dari spesialis urologi, onkologi radiasi, patologi, dan radiologi.
Pada kondisi darurat di mana pasien mengalami retensi urine yang tidak dapat diatasi dengan kateterisasi uretra, dokter perlu melakukan kateterisasi suprapubik terlebih dahulu untuk mengatasi retensi urine pasien sebelum melakukan tata laksana lebih lanjut.[3,17]
Surveilans Aktif
Surveilans aktif didefinisikan sebagai pemantauan ketat yang melibatkan pemeriksaan klinis periodik, penilaian dari gejala, pemeriksaan prostate specific antigen (PSA) serial, pemeriksaan pencitraan dengan MRI, atau biopsi prostat berulang. Protokol surveilans aktif melibatkan pemantauan PSA dengan interval 3 hingga 6 bulan dan biopsi ulang setidaknya setiap tahun.
Tata laksana seperti prostatektomi radikal atau terapi radiasi dapat dilakukan sesuai dengan kondisi pasien bergantung pada progresi penyakit atau preferensi pasien.
Surveilans aktif dengan intervensi yang ditunda dapat menurunkan overtreatment untuk kanker prostat risiko rendah. Objektif dari surveilans aktif adalah untuk menghindari atau menunda komplikasi terkait tata laksana pada laki-laki dengan kanker prostat yang mungkin tidak berprogresi. Pasien yang melakukan surveilans aktif dapat memiliki luaran fungsional yang lebih baik dalam fungsi urinasi dan seksual.
Surveilans aktif dilakukan untuk pasien dengan harapan hidup > 10 tahun. Indikasi tata laksana surveilans aktif adalah:
- Stadium kanker T1c atau T2a
- PSA < 10 ng/ml
- Densitas PSA < 0.15 mg/ml per ml
- Kurang dari 2 atau 3 titik positif kanker pada pemeriksaan biopsi dengan keterlibatan <50% kanker pada setiap titik[3,10,12,13]
Watchful Waiting
Watchful waiting merupakan pendekatan konservatif dalam tata laksana kanker prostat di mana keputusan yang diambil adalah tidak memberikan tata laksana awal dan tata laksana lokal dengan tujuan kuratif. Pada kondisi terdapat ancaman komplikasi terkait kanker prostat, tata laksana paliatif umumnya diberikan.
Watchful waiting umumnya diberikan untuk pasien lansia atau pasien dengan komorbid yang memiliki harapan hidup kecil. Keputusan watchful waiting diambil berdasarkan asumsi bahwa tata laksana lokal dengan tujuan kuratif umumnya tidak diperlukan, sehingga dapat menghindari efek samping dari tata laksana.[3]
Terapi Farmakologi
Androgen deprivation therapy (ADT) telah menjadi standar tata laksana pada kanker prostat castration-sensitive (lokal maupun metastasis). Agonis dan antagonis gonadotropin-releasing hormone telah digunakan untuk menggantikan orchiectomy sebagai bentuk primer ADT dan telah menunjukan penurunan gejala seperti nyeri tulang dan menghambat progresi tumor.
Terapi ini meliputi agen penghambat biosintesis androgen seperti abiraterone, atau agen terbaru yang lebih sering digunakan yang dapat mengganggu stimulasi androgen dari sel kanker prostat seperti enzalutamide, apalutamide, atau darolutamide. Agen sitotoksik seperti docetaxel dan cabazitaxel yang menstabilisasi mikrotubulus dan mengganggu pemecahan sel juga sering digunakan.[3,17,19]
Tabel 1. Terapi Farmakologis Kanker Prostat: Agonis GnRH
Nama Obat | Indikasi | Dosis | Keterangan |
Leuprolide | Terapi paliatif jika orchiectomy atau pemberian estrogen kontraindikasi atau tidak diindikasikan | 3,75 mg setiap 4 minggu, atau 11,25 mg setiap 12 minggu, atau 30 mg setiap 24 minggu secara IM | Golongan GnRH agonis bekerja dengan meningkatkan hormon LH dan FSH yang menyebabkan peningkatan testosteron pada awal penggunaannya. Dengan penggunaan yang kontinu diharapkan terjadi penurunan kadar testosteron akibat negative feedback terhadap FSH dan LH |
Triptorelin | Terapi paliatif kanker prostat stadium lanjut | 3,75 mg setiap 4 minggu, atau 11,25 mg setiap 12 minggu, atau 22,5 mg setiap 24 minggu secara IM | |
Goserelin | 3,6 mg setiap 4 minggu, atau 10,8 mg setiap 12 minggu secara subkutan | ||
Histrelin | implant 50 mg secara subkutan setiap 12 bulan | Inhibitor sekresi gonadotropin dan menurunkan sensitivitas pituitari terhadap testosteron |
Sumber: Tracy CR, Medscape, 2023.[19]
Tabel 2. Terapi Farmakologis Kanker Prostat: Antiandrogen
Nama Obat | Indikasi | Dosis | Keterangan |
Abirateron | Penderita kanker prostat metastasis yang resisten terhadap kastrasi Penderita yang berisiko tinggi metastasis namun sensitif kastrasi | 1 x 1000 mg abiraterone + Prednison 2 x 5 mg (resisten kastrasi) ATAU 1 x 5 mg (risiko tinggi metastasis) | Berikatan dengan reseptor androgen sehingga mencegah testosteron dan DHT menduduki reseptor tersebut |
Bikalutamid | Penderita kanker prostat derajat D2 yang sudah mengalami metastasis | 1 x 50 mg per oral | |
Degarelix | Kanker prostat stadium lanjut | Dosis inisial 240 mg injeksi subkutan (dibagi dalam 2 injeksi) Dosis pemeliharaan 80 mg injeksi subkutan setiap 28 hari | |
Flutamide | Derajat B2-C dan D2 kanker prostat yang metastasis | 3 x 250 mg per oral | |
Nilutamide | Biasa dikombinasikan dengan kastrasi untuk pengobatan kanker prostat yang sudah bermetastasis | Dosis inisial 1 x 300 mg selama 30 hari per oral Dosis pemeliharaan 1 x 150 mg |
Sumber: Tracy CR, Medscape, 2023.[19]
Tabel 3. Terapi Farmakologis Kanker Prostat: Antimikrotubular
Nama Obat | Indikasi | Dosis | Keterangan |
Docetaxel | Kanker prostat yang mengalami metastasis dan bersifat androgen-independen | 75 kg/m2 setiap 3 minggu selama 1 jam + prednisone 2 x 5 mg per oral setiap harinya | Mencegah depolimerisasi mikrotubulus seluler sehingga terjadi inhibisi sintesis DNA, RNA dan protein |
Cabazitaxel | Kanker prostat yang mengalami metastasis dan bersifat androgen-independen dan sebelumnya telah diterapi dengan docetaxel | 25 kg/m2 setiap 3 minggu selama 1 jam + prednisone 2 x 5 mg per oral setiap harinya |
Sumber: Tracy CR, Medscape, 2023.[19]
Tabel 4. Terapi Farmakologis Kanker Prostat: Golongan Lainnya
Golongan Obat | Nama Obat | Indikasi | Dosis | Keterangan |
Antracenedione | Mitoxantron | Kemoterapi awal pada penderita kanker prostat lanjut yang resisten hormone dan mengalami nyeri | 12-14 kg/m2 melalui infus intravena setiap 21 hari
| Menginhibisi sintesis DNA dan RNA Penggunaan dikombinasikan dengan prednison
|
Hormon | Estramustine | Kanker prostat yang resisten kastrasi Pengobatan paliatif penderita kanker metastasis dan progresif | 14 mg/kg/hari per oral diberikan dalam 3-4 dosis terbagi | |
Agen Modulasi Kemoterapi | Sipuleucel-T | Kanker prostat metastasis yang bersifat asimptomatik atau bergejala minimal namun resisten terhadap pengobatan hormonal biasa | Diberikan dalam 3 kali pemberian setiap 2 minggu | Kandungan zat campuran CD54+, GM-CSF, activator sel imun dalam 250 ml larutan RL |
Sumber: Tracy CR, Medscape, 2023.[19]
Prostatektomi Radikal
Prostatektomi radikal merupakan pengangkatan seluruh kelenjar prostat bersama jaringan di sekitarnya dengan tujuan memperoleh batas negatif. Tujuan dari prostatektomi radikal adalah untuk mengangkat seluruh tumor dan menghindari morbiditas pembedahan seperti inkontinesia urin dan penurunan fungsi seksual. Prostatektomi retropubik merupakan pendekatan pembedahan standar yang digunakan
Prostatektomi radikal tidak berhubungan dengan penurunan mortalitas kanker prostat dibandingkan surveilans aktif dalam evaluasi 10 tahun. Namun pasien yang ditangani dengan prostatektomi radikal memiliki waktu progresi yang lebih lama dibandingkan dengan pasien surveilans aktif. Selain itu, prostatektomi radikal juga memberikan kualitas hidup yang sama dengan pasien surveilans aktif.[3]
Terapi Ablasi Fokal
Penggunaan lokalisasi MRI telah membuka pintu pada terapi ablasi lokal untuk pasien dengan penyakit terlokalisasi karena saat ini sudah dapat diidentifikasi lokasi tepat dari kecurigaan atau tumor yang signifikan. Terapi ablasi fokal dapat menggunakan beberapa energi ablasi seperti gelombang mikro, krioterapi, laser, high-intensity focused ultrasound (HIFU), dan lainnya, untuk secara tepat mengatasi lesi prostat maligna.
Terapi ablasi umumnya memiliki biaya yang lebih rendah serta efek samping yang lebih sedikit dibandingkan prostatektomi radikal. Pasien dengan lesi tunggal dan tidak ada tanda metastasis pada MRI atau biopsi merupakan indikasi dari terapi ablasi ini.[10]
Penulisan pertama oleh: dr. Giovanni Gilberta
Direvisi oleh: dr. Bedry Qhinta