Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Komplikasi Metode Penjahitan Kulit karyanti 2022-10-04T13:30:44+07:00 2022-10-04T13:30:44+07:00
Metode Penjahitan Kulit
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Komplikasi Metode Penjahitan Kulit

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Komplikasi metode penjahitan kulit atau suturing adalah wound dehiscence, hematoma, infeksi tanpa wound dehiscence, skating dan fibrosis, reaksi terhadap jahitan, kegagalan ligasi pembuluh darah, dan local anesthetic systemic toxicity (LAST).[6,18,23,32,35]

Wound Dehiscence

Wound dehiscence adalah keadaan dimana jaringan yang tadinya sudah mengalami aposisi oleh penjahitan menjadi terpisah. Keadaan ini bisa disebabkan oleh infeksi sekunder, kesalahan teknik maupun alat dan bahan, dead space, dan imobilisasi yang tidak adekuat.[35]

Kesalahan teknik maupun alat dan bahan antara lain adalah jahitan yang terlalu dekat dengan tepi luka, membentuk simpul yang tidak adekuat, memberikan tekanan yang terlalu kuat (menyebabkan iskemia dan nekrosis jaringan) atau terlalu lemah, serta melepas jahitan terlalu cepat. Selain itu, pilihan jarum dengan diameter terlalu besar juga dapat berisiko cut-through dan menyebabkan dehiscence.[35]

Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan pencegahan infeksi sekunder seperti tindakan asepsis dan antisepsis, pemberian dressing dan antibiotik sesuai keperluan, memilih teknik dan bahan sesuai klinis, memberikan drain untuk luka yang dalam (sekaligus mencegah hematoma), dan mengurangi pergerakan pada area lesi.[33,35]

Infeksi Luka Operasi (ILO) Tanpa Wound Dehiscence

Infeksi luka operasi (ILO) terbagi menjadi 3 klasifikasi, yakni ILO insisi superfisial, ILO insisi dalam, dan ILO pada organ. Infeksi luka operasi berisiko menyebabkan wound dehiscence karena adanya enzim proteolitik yang diproduksi bakteri dan mengganggu penyembuhan luka.[19,35]

Manifestasi klinis dari ILO yakni keluar nanah purulen dari luka jahitan operasi, nyeri, indurasi, eritema, luka teraba panas, dan demam. Seringkali ILO muncul dalam 30 hari pertama pasca operasi.

Infeksi dapat dicegah dengan tindakan yang telah dibahas sebelumnya, seperti mengidentifikasi terlebih dahulu luka yang terkontaminasi atau tidak untuk menentukan perlu atau tidaknya dilakukan penjahitan secepatnya. Selain itu, tindakan irigasi pada luka >1 cm, asepsis dan antisepsis, melakukan pembersihan luka secara berkala, serta pemberian antibiotik secara rasional juga dapat mencegah infeksi sekunder. Akan tetapi, pemberian antibiotik tidak diberikan pada semua kasus penjahitan.[19,33-35]

Pertimbangan Pemberian Antibiotik Profilaksis:

Pada luka laserasi yang kecil di tubuh bagian atas dan laserasi simpel, maka belum ada bukti yang menyatakan bahwa pemberian antibiotik profilaksis memberikan benefit. Luka yang tergolong luka bersih yang dapat langsung dijahit tidak diperlukan pemberian antibiotik profilaksis.

Akan tetapi, pada kasus fraktur terbuka, pemberian antibiotik profilaksis dinilai benefisial. Pada pasien operasi, luka yang tergolong luka bersih dan tidak terkontaminasi, tanpa tanda inflamasi, dan tidak menyebabkan luka pada sistem respirasi, gastrointestinal, serta genitourin, serta pada pasien yang tidak didapatkan luka perforasi, maka antibiotik profilaksis tidak diperlukan.[19,36]

Reaksi Terhadap Jahitan

Reaksi terhadap jahitan adalah reaksi inflamasi lokal pada area yang dilakukan penjahitan karena materi yang digunakan pada saat prosedur. Reaksi inflamasi ini dapat disebabkan karena alergi materi penjahitan, ukuran benang terlalu besar, serta teknik penjahitan yang tidak tepat.[35]

Pencegahan hal ini dapat dilakukan dengan anamnesis riwayat alergi, pemilihan materi seperti benang dengan ukuran yang sesuai, serta menguasai teknik penjahitan yang benar oleh tenaga kesehatan.[35]

Local Anesthetic Systemic Toxicity (LAST)

Local anesthetic systemic toxicity (LAST) adalah keadaan yang mengancam nyawa karena konsentrasi agen anestesi lokal di plasma yang tinggi. Biasanya kondisi ini tanpa disadari dilakukan oleh operator, terutama pada pasien dengan laserasi multipel pada kulit. Hal ini bisa disebabkan karena pemberian dosis yang berlebih, klirens obat yang lama, atau kesalahan penyuntikan ke pembuluh darah. Manifestasi klinisnya berupa lidah kebas atau parestesia, pusing, mati rasa circumoral, tinnitus hingga pandangan kabur.[16,18]

Penanganan yang dapat diberikan untuk kondisi LAST adalah dengan stabilisasi hemodinamik (airway, breathing, circulation). Selain itu, pada pasien dengan LAST, kejang dapat terjadi karena toksisitas terhadap sistem saraf pusat, sehingga mungkin diperlukan antikonvulsan.[18]

Pada penanganan sirkulasi, dapat dipasang akses intravena, dan berikan cairan 20% lipid emulsion bolus 100 cc dalam waktu 2-3 menit, lalu ulangi pemberian 200-250 cc selama 15-20 menit. Apabila stabilisasi hemodinamik belum tercapai, pemberian bolus kembali sampai 2 kali lagi masih dapat ditolerir, atau diberikan secara infus dengan kecepatan 0.5 cc/kg/menit (dosis maksimum 12 cc/kgBB).[18]

Apabila pasien mengalami kejang, maka pemberian benzodiazepin dapat dipertimbangkan. Hindari penggunaan propofol karena dapat mengganggu sistem kardiovaskular. Apabila pasien mengalami henti jantung, maka langkah selanjutnya adalah resusitasi jantung paru sesuai pedoman dari Advanced Cardiac Life Support.[14,16]

Komplikasi Lain

Komplikasi lain yang dapat terjadi adalah terbentuknya jaringan parut akibat penjahitan yang tidak benar, terjadinya hipertrofi jaringan parut atau keloid pada individu tertentu, tanda bekas jahitan, dan nekrosis pada luka. Komplikasi ini dapat dicegah dengan teknik penjahitan yang baik dan benar.[1,19-20]

Profilaksis Tetanus

Profilaksis tetanus dapat diberikan dalam vaksin tetanus dan/atau tetanus imunoglobulin. Tetanus imunoglobulin hanya diberikan pada luka yang berisiko tinggi terkena tetanus.  Luka selain luka minor yang bersih, dianggap sebagai luka yang rentan terkena tetanus. Definisi luka bersih adalah luka yang bersifat non-penetrating, dengan kerusakan jaringan minimal.

Pasien yang hanya mendapat vaksinasi primer tetanus (tiga dosis) perlu diberikan dosis booster jika vaksinasi terakhir dilakukan lebih dari 5 tahun untuk luka rentan tetanus dan lebih dari 10 tahun untuk luka bersih. Pada pasien dengan vaksinasi primer tidak lengkap atau belum mendapat vaksinasi primer, berikan vaksinasi tetanus sesuai dengan dosis pemberian vaksin.[37-39]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Riawati MMedPH

Referensi

1. Medscape. Suturing Techniques. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1824895-overview
6. Marsidi N, Vermeulen SAM, Horeman T, Genders RE. Measuring forces in suture techniques for wound closure. J Surgic Research. 2020; 255: 135-143
14. Norman g, Dumville JC, Mohapatra DP, et al. Antibiotics and antiseptics for surgical wounds healing by secondary intention. Cochrane Database Syst Rev. 2016; 3: CD011712
15. Oxford Medical Education. Sutuing Techniques. 2015. https://oxfordmedicaleducation.com/clinical-skills/procedures/suturing-techniques/
16. Boghdadly KE, Pawa A, Chin KJ. Local anesthetic systemic toxicity: current perspectives. Local Reg Anesth. 2018; 11: 35 - 44
17. Medscape. Wound infection treatment & management. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/188988-treatment#d9
18. Torp KD, Metheny E, Simon LV. Lidocaine Toxicity. StatPearls. NCBI. 2022.
19. Medscape. Wound Infection Clinical Presentation. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/188988-clinical
20. Nayak G B, Saha PK, Bagga R, et al. Wound complication among different skin closure techniques in the emergency cesarean section: a randomized control trial. Obstet Gynecol Sci. 2020;63(1):27-34.
33. Forsch R. Essentials of Skin Laceration Repair. Am Fam Physician. 2008;78(8):945-951. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2008/1015/p945.html.
34. Pregerson DB. Suturing and wound closure: how to achieve optimal healing. Primary Care, Consultant. 2007;47(12):1035-1046.
35. Devick, I. F., & Hendrickson, D. A. Complications Associated with Sutures. Complications in Equine Surgery 2021, 70–78. doi:10.1002/9781119190332.ch9
36. Government of South Australia. Surgical Antimicrobial Prophylaxis Prescribing Guideline.Surgical Antimicrobial Prophylaxis Clinical Guideline. Government of South Australia 2021. https://www.sahealth.sa.gov.au/wps/wcm/connect/6bb523804358edbd883b9ef2cadc00ab/Surgical+Prophylaxis+Antimicrobial+guideline+3.0+FINAL+March+2022.pdf?MOD=AJPERES&CACHEID=ROOTWORKSPACE-6bb523804358edbd883b9ef2cadc00ab-oc-NkOU
37. CDC (Centers for Disease Control and Prevention). Sexually Transmitted Diseases Treatment Guidelines. 2015: Diseases Characterized by Urethritis and Cervicitis. MMWR Recomm Rep 2015; 64(3). June 2015:51-53.
38. Oakeshott P, Aghaizu A, Hay P, et al. Is Mycoplasma genitalium in women the “New Chlamydia”? A community based prospective cohort study. Clin Infect Dis 2010;51(10):1160-6.
39. Taylor BD, Darville T, Ferrel RE et al. Variants in Toll Like Receptor 1 and 4 Genes are associated with Chlamydia trachomatis among women with pelvic inflammatory disease. J Infect Dis. 2012 Feb 15. 205(4):603-9.

Teknik Metode Penjahitan Kulit
Edukasi Pasien Metode Penjahitan...

Artikel Terkait

  • Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
    Rasionalisasi Pemberian Antibiotik Profilaksis pada Luka
  • Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
    Efektivitas Madu dalam Perawatan Luka
  • Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
    Pemilihan Benang Absorbable vs Non-Absorbable untuk Mendapatkan Bekas Luka yang Baik
  • Pertimbangan Untuk Tidak Lagi Menggunakan Hidrogen Peroksida dalam Manajemen Luka
    Pertimbangan Untuk Tidak Lagi Menggunakan Hidrogen Peroksida dalam Manajemen Luka
  • Pentingnya Proses Penyembuhan Luka Lembab daripada Proses Kering
    Pentingnya Proses Penyembuhan Luka Lembab daripada Proses Kering

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Ciendy Shintya Alhadi
Dibalas 06 Mei 2025, 17:16
Tata Laksana Tersangkut Kail Pancing
Oleh: dr.Ciendy Shintya Alhadi
10 Balasan
Alo dokter. Saya menemui pasien datang ke IGD Puskesmas dengan keluhan kail pancing tersangkut di jari. Kondisi kail bersih. Dilakukan ekstraksi dengan...
Anonymous
Dibalas 21 April 2025, 17:52
Apa diagnosis dan mohon terapi pada pasien dengan luka yang bernanah dan gatal
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo Dokter, Selamat pagi Mohon konsul pasien dengan luka di jari kaki, nanah, nyeri, gatal lebih dominanRiwayat pake salep aciclovir dari apotek namun luka...
Anonymous
Dibalas 07 April 2025, 09:36
Bagaimana menatalaksana jaringan nekrotik pada luka post kll yang diberi minyak tawon?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Selamat malam dok, maaf saya izin bertanya. Kbtulan saya dpt oasien laki2 usia 20 tahun dengan luka post kll 1 minggu lalu kondisi seperti pada...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.