Teknik Manajemen Luka Kronik
Pemilihan teknik manajemen luka kronik harus spesifik terhadap masalah klinis masing-masing pasien. Teknik yang akan dibahas terkait dengan debridemen luka, terapi luka tekanan negatif, dan terapi oksigen hiperbarik. Sementara itu, penggunaan antibiotik harus segera diberikan sesuai dengan hasil kultur, atau jika ada indikasi berikan antibiotik spektrum luas jangka pendek, seperti golongan kuinolon, aminoglikosida, dan sefalosporin.[16]
Persiapan Pasien
Prinsip penatalaksanaan luka kronik harus diawali dengan evaluasi luka, termasuk mekanisme terjadinya luka, risiko kontaminasi, cedera struktur yang lebih dalam, defisit perfusi, status tetanus, gangguan fungsi, dan banyaknya jaringan yang hilang. Prinsip TIME dapat digunakan dalam evaluasi luka, yaitu tissue, infection and inflammation, moisture, dan edge of wound.[15]
Persiapan Debridemen dan Terapi Luka Tekanan Negatif
Persiapan debridemen luka dan terapi luka tekanan negatif yang dilakukan di kamar operasi cukup serupa. Persiapan yang diperlukan terdiri dari:
- Penjelasan indikasi, manfaat, dan risiko tindakan dilakukan untuk mendapatkan informed consent
Tes darah rutin yang umum dilakukan sebelum tindakan anestesi umum
- Pemberian antibiotik profilaksis atau melanjutkan antibiotik definitif
- Penghentian aspirin atau pengencer darah sejak 10 hari sebelum operasi [5,7,9]
Persiapan Terapi Oksigen Hiperbarik
Sebelum mendapatkan terapi oksigen hiperbarik, pasien perlu melakukan beberapa hal berikut:
- Mendapat penjelasan indikasi, manfaat, dan risiko tindakan untuk mendapatkan informed consent
- Menggunakan gaun khusus yang disediakan dan melepaskan segala atribut yang ada pada tubuh, termasuk benda-benda yang berpotensi meledak pada tekanan tinggi (seperti baterai)
- Tidak menggunakan perawatan rambut ataupun kulit yang berbahan dasar petroleum sebelum tindakan
- Menghentikan merokok selama mungkin, setidaknya 2 minggu sebelum tindakan[5,8]
Peralatan
Instrumen yang diperlukan saat debridemen luka adalah:
- Kantong sampah tahan air, baskom emesis
- Pad, sarung tangan bersih, sarung tangan steril, kacamata
- Irigasi yang diresepkan, air steril atau cairan salin normal
- Wadah steril, karet lunak atau kateter plastik
- Skalpel, gunting iris[2,10]
Instrumen yang diperlukan untuk terapi luka tekanan negatif adalah:
Alcoholic chlorhexidine (2% chlorhexidine dalam 70% isopropyl alcohol) atau preparat 7,5% povidone-iodine, natrium klorida 0,9%, non-parafin
- Tirai steril
- Baki instrumen bedah ortopedi fragmen kecil steril atau baki instrumen bedah perawatan luka standar steril
- Kasa steril, jaring polyester berlapis, pembalut khusus perekat tekanan negatif, pita sealant perekat transparan.
- Hemostat, forcep, dan suction khusus untuk tindakan tekanan negatif (VAC/vacuum assisted closure)[3,7,11]
Sementara itu, peralatan yang dibutuhkan untuk terapi oksigen hiperbarik adalah mesin atau kamar oksigen hiperbarik itu sendiri.[8]
Posisi Pasien
Posisi pasien saat tindakan disesuaikan dengan lokasi luka dan kenyamanan pasien. Pasien dapat berbaring dalam posisi supine, tetapi kasus memerlukan posisi prone atau lateral dekubitus.[7,8,10]
Prosedural
Prosedural yang dibahas terkait dengan debridemen luka, terapi luka tekanan negatif, dan terapi oksigen hiperbarik.
Prosedural Debridemen Luka
Pada debridemen luka yang dilakukan di kamar operasi, alat-alat pengukuran tanda vital dipasang sebelum tindakan dimulai dan tetap terpasang selama berlangsungnya tindakan. Pemberian anestesi umum dilakukan dan kadang dikombinasikan dengan anestesi lokal atau regional.
Posisi pasien disesuaikan agar nyaman dan luka bisa terekspos dengan baik. Debridemen dilakukan pada semua jaringan mati dan nekrotik. Langkah-langkah tindakan debridemen luka adalah:
- Stabilkan tepi luka dengan forceps, lalu potong jaringan mati dengan skalpel atau gunting iris
- Buat potongan tegak lurus dengan permukaan kulit, bukan miring (untuk memaksimalkan aposisi kulit selama penutupan)
- Untuk membersihkan fistula, basahi sedikit kain kasa dan tarik dengan lembut melalui saluran ke arah yang berlawanan dengan fistula menggunakan forceps atau hemostat
Setelah debridemen, irigasi luka dilakukan kembali untuk menghilangkan kotoran yang tersisa. Selanjutnya, luka ditutup dan dibalut.[3,10,12]
Prosedural Terapi Luka Tekanan Negatif
Pasien diposisikan untuk mengekspos lukanya dengan tepat dan area tersebut dapat ditutup sebelum memulai tindakan. Langkah-langkah tindakan terapi luka tekanan negatif adalah:
- Tutup luka dengan balutan khusus busa berpori dengan ukuran sesuai dimensi luka, di mana luka yang terlalu lebar memerlukan beberapa potong balutan
- Pastikan untuk membalut luka dengan baik, serta hitung dan catat jumlah balutan yang digunakan
- Tutupi pembalut busa dan area sekitar balutan dengan strip perekat transparan kedap udara
- Posisikan VAC di atas pembalut
- Dengan pengaturan sistem yang diinginkan, gerakan VAC yang menempel pada pembalut/strip perekat menelusuri seluruh area pembalut
- Setelah selesai, VAC disambungkan ke tabung penghisap, di mana keberhasilan terapi ditandai dengan sinyal elektronik pada tabung penghisap yang muncul[7,9,11]
Prosedural Terapi Oksigen Hiperbarik
Pasien masuk ke kamar hiperbarik dan diposisikan duduk atau berbaring. Langkah-langkah tindakan terapi oksigen hiperbarik adalah:
Setting kamar hiperbarik dengan oksigen 100% dan tekanan 2,4 atm
- Pasien tetap berada di dalam ruangan sampai 2 jam dengan tekanan yang sama, setelah selesai tekanan akan diturunkan berkala setiap 10 menit sampai mencapai tekanan normal.
Prosedur ini biasanya membutuhkan beberapa sesi, hingga dapat mencapai 33 kali.[8,13,14]
Follow Up
Setelah prosedur debridemen dan terapi luka tekanan negatif, pasien diobservasi terlebih dahulu di ruang pemulihan. Setelah itu, jika kondisi klinis baik maka pasien dapat dipulangkan dengan tata laksana nyeri. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan pilihan awal yang digabungkan dengan adjuvan, seperti antikonvulsan, antihistamin, atau benzodiazepin.[2,4,14]
Pasien juga perlu diobservasi pasca tindakan terapi oksigen hiperbarik, di mana pasien biasanya akan merasakan kelelahan dan pusing. Jika keluhan ini sudah hilang maka pasien dapat dipulangkan.[8,13]
Follow up jangka pendek biasanya dilakukan sekitar 5‒7 hari pasca tindakan, untuk menilai kondisi luka dan perkembangan pemulihan lainnya. Follow up juga diperlukan untuk memantau kondisi dasar penyakit penyebab luka kronis tersebut.[2,14]