Pedoman Klinis Tes Prostate-Specific Antigen
Pedoman klinis yang perlu dipahami mengenai tes prostate-specific antigen atau PSA adalah fungsinya untuk mengevaluasi respons pasien terhadap terapi kanker prostat dan kemungkinan progresivitas kanker. Pemeriksaan ini bukan merupakan alat skrining kanker prostat yang reliable.[1-6]
Pemeriksaan PSA yang dilakukan untuk skrining kanker prostat masih kontroversial, tidak spesifik, dan tidak sempurna. Namun, PSA memang masih merupakan indikator awal yang paling sensitif untuk keganasan prostat tanpa gejala. Keputusan untuk tes PSA harus dibuat dengan shared-decision making bersama pasien setelah pasien diberikan edukasi yang adekuat tentang potensi manfaat dan risikonya.[1-6]
Poin-poin penting tentang tes PSA adalah sebagai berikut:
- Kadar PSA memang bisa meningkat pada kasus kanker prostat, tetapi juga bisa meningkat pada kondisi nonkanker seperti benign prostatic hyperplasia ataupun prostatitis Kadar PSA juga meningkat seiring pertambahan usia
- Saat ini berbagai asosiasi medis sudah tidak merekomendasikan skrining PSA secara universal tanpa seleksi pasien (terutama pada pasien sehat yang tidak menunjukkan simtom) untuk menghindari overdiagnosis dan overtreatment
- Tes PSA tahunan bisa diterima jika pasien memang berisiko tinggi mengalami kanker prostat (misalnya memiliki sindrom Lynch atau riwayat kanker prostat dalam keluarga), yang dimulai dari usia 45 tahun
- Nilai cut-off PSA dapat disesuaikan dengan usia dan sebaiknya turut dipadukan dengan anamnesis faktor risiko, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang lain sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan lebih lanjut yang invasif
- Perbedaan hasil tes PSA >0,75 ng/mL per tahun atau >25% dianggap mencurigakan
- Pasien dengan harapan hidup ≤10 tahun (berdasarkan komorbid) maupun pria berusia 75 tahun sebaiknya tidak menjalani skrining
- Pasien yang diketahui tidak akan mendapatkan manfaat dari tes atau akan menolak terapi jika ada kanker sebaiknya tidak menjalani skrining[1-6]