Pedoman Klinis Implan Gigi
Pedoman klinis implan gigi adalah dengan memasang baut logam pada rahang sebagai jangkar untuk mahkota gigi atau gigi tiruan. Dalam pemasangan implan gigi, dokter perlu memastikan terjadinya osseointegrasi yang baik dari implan agar tidak terjadi lepasnya implan ataupun komplikasi seperti osteonekrosis.
Indikasi pemasangan implan yang paling disarankan adalah pada kasus hilangnya satu gigi dengan kondisi gigi tetangga yang sehat, free-end posterior, full edentulous, serta pada pasien dengan kebutuhan estetik dan fungsional yang tinggi.[5-7]
Kontraindikasi pemasangan implan gigi dapat dibedakan menjadi kontraindikasi umum dan kontraindikasi lokal. Kontraindikasi umum implan gigi mencakup gangguan kardiovaskular, kanker, kelainan tulang, kondisi imunosupresi, dan diabetes mellitus tipe 2. Kontraindikasi lokal meliputi kurangnya kualitas dan kuantitas tulang, abnormalitas struktur anatomi, kelainan jaringan lunak mulut, hipersensitivitas bahan implan, buruknya kebersihan mulut, dan bruxism.[7-11]
Implan gigi biasanya terbuat dari titanium. Bahan ini bersifat biokompatibel, sehingga osseointegrasi lebih mungkin terjadi. Titanium memberikan fondasi yang kuat untuk mahkota atau gigi tiruan, serta terus menguat seiring berjalannya waktu.
Implan gigi dilakukan dengan membuat insisi pada gusi, sehingga bor gigi dapat digunakan untuk membentuk tempat di mana sekrup abutment akan ditempatkan pada tulang rahang. Selanjutnya, implan dipasang dan gusi dibiarkan menyembuh sebelum kemudian dilakukan pemasangan mahkota atau gigi tiruan.[3,4,6,9,11,13]