Teknik Implan Gigi
Teknik pemasangan implan gigi meliputi penggantian gigi yang lepas dengan baut logam yang disekrup langsung ke tulang dan berfungsi sebagai jangkar ke mahkota atau gigi tiruan. Pemasangan implan dimulai dengan fase perencanaan, prosedur bedah utama, baru kemudian prosedur bedah tambahan.[3,4,6,9,11,13]
Persiapan Pasien
Hal yang perlu dikelola dari pasien terkait dengan pemasangan implan gigi ini meliputi ekspektasi pasien, motivasi pasien untuk melakukan pemasangan implan gigi, ketersediaan waktu, dan kemampuan finansial pasien untuk menyelesaikan perawatan ini. Hal ini harus dilakukan karena perawatan implan gigi membutuhkan kunjungan berulang dengan biaya yang tidak murah, dan waktu perawatan yang cukup panjang, sekitar 6-9 bulan secara total.
Setelah pasien memberikan persetujuan, dilakukan persiapan pasien untuk melakukan tindakan klinis. Persiapan tersebut meliputi penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pasien sesuai protokol COVID-19, posisikan pasien dengan benar di dental unit, pemasangan rubber dam, serta scaling dan root planing jika perlu.[3,4,6,9,11,13]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan dalam prosedur pemasangan implan meliputi alat standar, kit drill, handpiece bedah, kit jaringan lunak (tissue punch kit), kaliper, dan peralatan anestesi.
Alat Standar
Alat standar yang disiapkan idealnya meliputi dua kaca mulut (dental mirror), dua pinset, satu probe periodontal, satu hemostat, suction holder, gunting bedah (surgical scissors), retraktor, dan pisau bedah (scalpel).[3,4,6,9,11,13]
Kit Drill
Kit drill terdiri dari berbagai macam bentuk drill, pin paralel, implant carriers, adaptor, hand drivers, screw taps, dan torque wrenches. Selain itu siapkan pula surgical guide atau stent.[3,4,6,9,11,13]
Handpiece
Sementara, handpiece bedah atau motor meliputi monoject syringe yang digunakan untuk irigasi salin steril. Selain itu, juga diperlukan pompa salin steril dengan selang dalam motor implan serta bagian kepala dari handpiece yang digunakan untuk irigasi internal serta eksternal.[3,4,6,9,11,13]
Tissue Punch Kit
Tissue punch kit digunakan ketika akan melakukan pembukaan jaringan lunak (flap) atau tanpa flap. Alat ini dapat menyediakan akses kepada lokasi implan dengan trauma pasca bedah yang minimal. Selain tissue punch kit, dapat juga digunakan micro-blade scalpel dan large serrated currete untuk melakukan ekskavasi jaringan lunak ketika akan mengakses lokasi implan.[3,4,6,9,11,13]
Kaliper
Kaliper juga dibutuhkan untuk mengukur serta melakukan konfirmasi ulang panjang drill yang akan digunakan. Beberapa jurnal menyarankan penggunaan digital caliper untuk mendapatkan hasil yang lebih presisi.[3,4,6,9,11,13]
Alat Anestesi
Peralatan anestesi juga merupakan salah satu komponen penting dalam melakukan pemasangan implan. Alat dan bahan esensial yang perlu disediakan dalam peralatan anestesi ini contohnya adalah anestesi topikal benzocaine, citoject, karpul, syringe, dan ampul. Berbagai macam larutan anestesi yang dapat digunakan contohnya adalah lidocaine, septocaine, carbocaine, dan marcaine.[3,4,6,9,11,13]
Posisi Pasien
Kondisikan pasien pada dental unit senyaman mungkin. Posisikan dental unit hampir 180o, dan rongga mulut pasien sejajar dengan lengan dokter, dimana lengan dokter diposisikan 90o.
Pada saat prosedur pemasangan implan berlangsung, dokter dapat memposisikan diri pada posisi paling optimal untuk melihat area kerja yang meliputi gigi geligi, lokasi implan, dan jaringan lunak pasien, yaitu berada pada posisi pukul 8-9 untuk gigi anterior Rahang Atas (RA) dan Rahang Bawah (RB) bagian labial; pukul 9 untuk gigi posterior RA dan RB; dan pukul 11-12 untuk gigi anterior RA dan RB bagian palatal.[3,4,6,9,11,13]
Prosedural
Prosedur implan gigi dimulai dengan pemeriksaan klinis dan penunjang terlebih dulu, baru kemudian melakukan tindakan bedah utama dan tambahan.
Pemeriksaan Subyektif
Sebelum melakukan perawatan implan gigi, dokter harus melakukan pemeriksaan subyektif yang komprehensif dan detail untuk melihat apakah ada suatu kontraindikasi pemasangan implan. Dokter dapat menanyakan terkait penyakit-penyakit yang pernah diderita sebelumnya atau penyakit yang sedang diderita saat ini, riwayat konsumsi obat, dan riwayat alergi.
Dokter juga dapat menanyakan terkait kebiasaan pasien dalam menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut, serta rutinitas mengunjungi dokter sebelumnya. Kondisi kebersihan dan kesehatan rongga mulut yang buruk akan meningkatkan kemungkinan pasien mengalami periimplantitis.
Tanyakan kemungkinan riwayat perjalanan penyakit yang mungkin diderita oleh keluarga pasien. Fokus pada jenis penyakit yang dapat diturunkan dan mempengaruhi jalannya perawatan implan gigi.[3,4,6,9,11,13]
Pemeriksaan Obyektif
Pada pemeriksaan obyektif, lakukan pemeriksaan dan pengamatan terhadap kondisi rongga mulut secara keseluruhan, namun letakkan fokus utama pada area dimana implan akan dipasang, baik pada area edentulous maupun area dimana gigi nekrosis masih ada. Jenis pemeriksaan yang dapat digunakan meliputi pemeriksaan visual, perkusi, palpasi, hingga sondasi.
Jika gigi yang akan direstorasi dengan implan masih ada, maka perlu diperhatikan kondisi kavitas, erosi, abrasi, perubahan warna, dan kondisi-kondisi patologis lainnya. Sebaiknya rencana perawatan dipastikan sebelum gigi tersebut menjalani ekstraksi, agar pilihan perawatan yang diambil adalah pilihan perawatan yang terbaik sesuai dengan kondisi gigi tersebut.
Setelah melakukan pemeriksaan pada gigi, selanjutnya yang perlu dilakukan dokter adalah melakukan pemeriksaan jaringan tulang pendukung. Pada proses osseointegrasi oleh implan, memerlukan tulang yang sehat, dalam artian memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.
Periksa juga jaringan lunak rongga mulut, yaitu jaringan periodontal dan gingiva. Sama seperti jaringan keras (tulang), jaringan lunak juga harus berada pada kondisi optimal untuk memberikan lingkungan yang adekuat pada perawatan implan gigi.[3,4,6,9,11,13]
Pemeriksaan Penunjang
Pada perawatan implan gigi, pemeriksaan penunjang wajib untuk dilakukan guna mengetahui kondisi kesehatan jaringan pendukung gigi, dan mengetahui apakah ada struktur anomali pada area yang akan dilakukan implan.
Dental x-ray yang dapat dilakukan untuk mendapatkan gambaran optimal area yang akan diimplan utamanya meliputi teknik periapikal dan teknik panoramik. Jika diperlukan, dapat juga melakukan pengambilan radiograf dengan teknik skull radiography.
Dengan melakukan pemeriksaan dental x-ray, dokter akan mendapatkan informasi mengenai:
- Kualitas dan kuantitas tulang alveolar
- Anatomi, posisi dan ukuran struktur anatomi yang harus dihindari oleh implan gigi: sinus maksilaris dan nervus alveolaris mandibula
- Kemungkinan adanya infeksi di gigi sekitar lokasi implan akan dipasang
- Posisi natural dari gigi asli yang akan digantikan oleh implan
CT-scan akan sangat membantu dokter untuk menentukan panjang implan yang akan digunakan dan seberapa dalam implan harus tertanam. Selain itu, gambaran pencitraan CT-scan dapat menyediakan dokter informasi-informasi mengenai infeksi tulang, tumor, lokasi pembuluh darah, lokasi dan posisi sinus maksilaris serta nervus alveolaris mandibular.[3,4,6,9,11,13]
Prosedur Bedah Utama
Penempatan implan gigi dapat dibedakan menjadi 3: immediate post-extraction, delayed-immediate post-extraction, dan late implantation. Pada immediate post-extraction, implan ditempatkan segera setelah pencabutan gigi dilakukan. Pada delayed-immediate post-extraction, implan ditempatkan dua minggu hingga tiga bulan pasca ekstraksi. Sementara, pada late implantation, implan ditempatkan 3 bulan pasca ekstraksi.
Teknik yang terakhir dianggap merupakan teknik paling aman karena jaringan tulang baru sudah tumbuh, sehingga akan menyediakan kualitas dan kuantitas tulang alveolar yang memadai untuk pemasangan implan.
Saat penempatan implan gigi ke dalam tulang alveolar dalam teknik late implantation, prosesnya dapat dibedakan menjadi beberapa tahap di bawah ini.
Pembukaan Jaringan Lunak:
Lakukan insisi pada puncak tulang alveolar, membelah attached gingiva yang lebih tebal menjadi dua bagian, sehingga implan nantinya akan dikelilingi oleh pita jaringan gingiva yang tebal. Sebuah teknik alternatif pada pembukaan jaringan lunak tanpa flap (flapless surgery) juga diperkenalkan untuk meminimalkan jaringan gingiva yang terlibat.
Drilling dengan Bur High Speed:
Dengan menempatkan surgical guide atau stent, lakukan pengeboran tulang alveolar untuk menempatkan pilot holes ke dalam soket. Kecepatan bur harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan kerusakan atau nekrosis tulang alveolar. Jaga suhu tulang tetap dingin dengan menggunakan semprotan air atau salin.
Drilling dengan Bur Low Speed:
Pilot hole yang sudah ditempatkan kemudian dilebarkan dengan wider drills yang dipasangkan pada handpiece low speed. Pada tahap ini, lakukan irigasi untuk mengiringi drilling guna menjaga suhu tulang tetap dingin dan tidak terjadi overheating.
Penempatan Implan:
Setelah itu, implan ditempatkan baik secara self-tapping atau manual. Kemudian, implan disekrup ke tempatnya dengan kunci yang sesuai dan dikontrol dengan torsi yang pas agar tidak membebani tulang sekitarnya. Jangan menekan terlalu keras, karena akan meningkatkan risiko osteonekrosis dan menyebabkan kegagalan proses osseointegrasi implan.
Adaptasi Jaringan Lunak:
Setelah implan terpasang, tahap selanjutnya adalah adaptasi jaringan. Terdapat dua jenis adaptasi jaringan lunak, yaitu healing abutment dan cover screw. Pada healing abutment, tempatkan healing abutment melewati mukosa, kemudian adaptasikan jaringan sekitarnya ke sekitar abutmen tersebut. Sementara, cover screw dilakukan dengan menutupkan gingiva di atas implan yang telah tertanam.
Restorasi Sementara:
Restorasi sementara ini perlu dilakukan jika restorasi permanen dilakukan beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian.[3,4,6,9,11,13]
Prosedur Bedah Tambahan
Prosedur bedah tambahan dilakukan jika terdapat bentuk anatomis abnormal yang dapat mempengaruhi perawatan implan gigi, contohnya adalah abnormalitas sinus maksilaris dan resorbsi tulang masif yang menyebabkan kurangnya kualitas serta kuantitas tulang alveolar. Pada kasus-kasus ini, bedah tambahan yang dapat dilakukan adalah sinus lift, bone graft, atau soft tissue reconstruction.[3,4,6,9,11,13]
Prosedur Prostodontik
Prosedur prostodontik adalah fase dimana gigi tiruan dipasangkan ke implan yang telah ditanam. Fase ini baru bisa berjalan jika proses osseointegrasi sudah dipastikan berhasil.
- Langkah pertama di dalam prosedur prostodontik adalah melepas restorasi sementara
- Langkah kedua adalah melakukan tes derajat osseointegrasi. Untuk melihat derajat osseointegrasi ini, pastikan pasien sudah tidak merasakan nyeri, tidak ada mobilitas implan, tanda-tanda inflamasi dan infeksi, serta tidak ada perdarahan gingiva. Guna memastikan osseointegrasi berjalan dengan sempurna, lakukan pengukuran mobilitas implan dan pemeriksaan radiograf periapikal
- Melepas alat adaptasi jaringan lunak (healing abutment atau cover screw)
- Pemasangan abutment implan di bagian oklusal implan gigi
- Pembuatan cetakan gigi dan registrasi gigitan pasien untuk memberikan hasil restorasi permanen yang baik
- Kirim hasil cetakan tersebut ke laboratorium dental untuk dibuatkan restorasi permanen
- Lakukan fitting. Ini merupakan percobaan hasil restorasi permanen dari laboratorium dental sudah sesuai dengan kondisi riil di rongga mulut atau belum. Lakukan penyesuaian yang diperlukan pada fase ini
- Pemasangan protesa ke implan. Cara pemasangan protesa ke implan dapat dibedakan berdasarkan jenis protesa, yaitu fixed atau removable. Pada protesa fixed, protesa dapat dipasang dengan teknik lag-screws atau sementasi. Sementara, pada protesa removable, dipasang dengan menggunakan adapter atau retainer[3,4,6,9,11,13]
Follow up
Setelah prosedur ini dilakukan, dokter harus memberikan obat kepada pasien minimal meliputi analgesik, antiinflamasi, dan antibiotik. Selain itu, dokter harus mengedukasi pasien untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut pasca bedah. Hal ini untuk menghindari terjadinya infeksi.
Sampaikan pada pasien bahwa adanya luka, pembengkakan gusi dan wajah, nyeri, dan perdarahan minor adalah hal wajar dan tidak perlu dikhawatirkan, karena proses tersebut adalah proses penyembuhan dan adaptasi jaringan.
Penjahitan hendaknya menggunakan non-absorbable, agar pasien datang ke klinik sekaligus dokter mengevaluasi penyembuhan dan adaptasi jaringan pasca dilakukan tindakan bedah. Lepas benang jahit jaringan 7-10 hari pasca bedah.
Selanjutnya, proses yang perlu diperhatikan oleh dokter dalam prosedur pemasangan implan adalah proses osseointegrasi. Proses ini adalah terbentuknya formasi jaringan tulang baru yang cekat terhadap implan tanpa campur tangan jaringan lunak. Proses ini memerlukan beberapa minggu atau bulan.
Setelah bagian prostetik terpasang, follow-up dapat dilakukan 6 bulan hingga satu tahun sekali. Selain untuk memantau kesehatan dan kebersihan rongga mulut secara keseluruhan, juga dapat melihat kondisi implan dan prostetik yang telah terpasang.[3,4,6,9,11,13]