Indikasi Tambal Gigi
Indikasi tambal gigi meliputi karies, abrasi, abfraksi, atrisi dan fraktur gigi, dengan catatan kondisi tersebut belum mengenai kamar atau tanduk pulpa. Apabila kelainan gigi sudah mengenai jaringan pulpa, maka perawatan yang diperlukan tidak sekadar tambal gigi, melainkan harus melakukan tindakan perawatan pulpa seperti kaping pulpa, pulpotomi, atau pulpektomi.[7,8]
Karies Gigi
Karies terjadi akibat proses demineralisasi struktur jaringan gigi yang dipengaruhi oleh 5 faktor. Lima faktor tersebut adalah host (gigi), lingkungan (saliva), mikroorganisme (bakteri penyebab karies, contoh: Streptococcus mutans), substrat (sisa makanan), dan waktu (seberapa lama sisa makanan berada di rongga mulut).[3,9]
Berdasarkan lokasi, karies dibagi menjadi enam jenis:
- Kelas I: karies berada pada pit oklusal, pit bukal, fisur oklusal gigi posterior hingga cingulum dan 2/3 incisal gigi anterior
- Kelas II: karies berada pada sisi mesial-oklusal, atau distal-oklusal gigi posterior
- Kelas III: karies berada pada sisi mesial atau distal tanpa melibatkan sudut incisal gigi anterior
- Kelas IV: karies berada pada sisi mesial atau distal dan melibatkan sudut incisal gigi anterior
- Kelas V: karies berada pada 1/3 permukaan servikal, bukal, atau lingual/palatal gigi anterior maupun posterior
- Kelas VI: karies berada pada incisal gigi anterior atau melibatkan minimal satu tonjol gigi posterior[10,11]
Sementara itu, ditinjau dari kedalaman karies, karies dapat dibedakan menjadi:
- Karies superfisial: hanya melibatkan struktur enamel gigi disertai dengan sedikit dentin
- Karies media: sudah melibatkan struktur dentin dalam ukuran sedang hingga tersisa selapis tipis dentin di atas kamar pulpa atau tanduk pulpa
- Karies profunda: sudah melibatkan jaringan pulpa[10]
Tambal Gigi pada Karies
Jenis karies yang masih dapat ditangani dengan tambal gigi direk adalah pada karies superfisial dan karies media. Meski begitu, beberapa kasus karies media yang tinggal menyisakan sedikit dentin di atas kamar pulpa, perlu penanganan tambahan sebelum penumpatan dilakukan.
Jika sisa dentin di atas kamar pulpa memiliki ketebalan > 5 mm, maka dilakukan tumpatan sandwich, yaitu semen ionomer kaca digunakan sebagai pelindung pulpa, dikombinasikan dengan resin komposit. Di lain pihak, jika ketebalan < 5 mm, maka perlu dilakukan kaping pulpa terlebih dahulu menggunakan kalsium hidroksida atau Mineral Trioxide Aggregate (MTA).[12]
Pada kasus karies profunda, harus dilakukan perawatan jaringan pulpa seperti pulpotomi atau pulpektomi terlebih dahulu.[10]
Abrasi Gigi
Abrasi gigi adalah sebuah kondisi patologis dimana terjadi kehilangan struktur jaringan keras gigi akibat gaya gesek objek eksternal yang memasuki rongga mulut selain proses mastikasi fisiologis. Contoh objek eksternal yang dapat menyebabkan abrasi adalah sikat gigi. Biasanya abrasi terjadi pada area servikal gigi akibat penekanan sikat gigi yang berlebihan pada area tersebut.
Pada kasus abrasi, dapat langsung dilakukan penumpatan pada area abrasi tersebut. Jika abrasi yang terjadi sudah masif sehingga hanya tinggal sedikit dentin yang tersisa untuk melindungi pulpa, dapat ditambahkan perawatan kaping pulpa indirek.[10-12]
Abfraksi
Abfraksi adalah sebuah kondisi patologis hilangnya struktur jaringan keras gigi pada permukaan servikal, hampir mirip seperti abrasi. Namun, perbedaan abfraksi dengan abrasi adalah bahwa abfraksi terjadi akibat tekanan oklusal dan lateral dari proses mastikasi.[11]
Perawatan pada kasus abfraksi sama seperti dengan abrasi, yaitu dapat langsung dilakukan penumpatan pada area tersebut dan dapat dikombinasikan dengan kaping pulpa indirek jika dentin yang tersisa di atas pulpa sudah sangat tipis.[13]
Atrisi Gigi
Atrisi gigi adalah sebuah kondisi patologis hilangnya jaringan keras gigi pada permukaan incisal atau oklusal gigi. Penyebab atrisi gigi adalah gesekan antar gigi antagonis saat proses mastikasi, maloklusi, atau pada kondisi bruxism.[14]
Perawatan atrisi gigi pada kondisi maloklusi memerlukan adjustment terlebih dahulu agar tumpatan gigi tidak mudah lepas atau rusak. Sementara itu, pada kondisi bruxism, diperlukan pembuatan pelindung gigi (night guard) agar tumpatan tidak terlepas kembali.[9]
Erosi Gigi
Erosi adalah sebuah kondisi patologis hilangnya jaringan keras gigi akibat proses kimiawi tanpa intervensi bakteri. Contoh penyebab erosi ini adalah makanan asam (seperti jeruk atau cuka), gastroesophageal reflux disease, serta konsumsi obat seperti aspirin dan vitamin C.[8]
Pada erosi gigi dapat dilakukan penumpatan secara langsung, namun perlu disertai dengan menghilangkan penyebab terjadinya erosi tersebut. Hal ini bertujuan agar tidak terjadi rekurensi di kemudian hari.[15]
Fraktur Gigi
Fraktur gigi adalah hilangnya jaringan keras gigi dan jaringan lunak gigi (pulpa) akibat trauma ekstraoral. Klasifikasi fraktur gigi yang paling sering digunakan adalah Klasifikasi Ellis:
- Kelas 1: fraktur mahkota yang melibatkan struktur enamel
- Kelas 2: fraktur mahkota yang melibatkan struktur enamel dan dentin, tanpa melibatkan pulpa
- Kelas 3: fraktur mahkota yang melibatkan struktur enamel, dentin, dan pulpa
- Kelas 4: trauma ekstraoral pada gigi yang menyebabkan gigi menjadi non vital, dapat disertai kehilangan struktur gigi atau tidak
- Kelas 5: trauma ekstraoral pada gigi yang menyebabkan gigi terlepas dari soketnya atau avulsi
- Kelas 6: fraktur terjadi pada area radiks gigi, dapat disertai kehilangan struktur mahkota atau tidak
- Kelas 7: trauma ekstraoral gigi yang menyebabkan perubahan posisi gigi
- Kelas 8: trauma ekstraoral gigi yang menyebabkan fraktur mahkota masif namun gigi tetap berada pada tempatnya dan akar tidak mengalami perubahan
- Kelas 9: trauma ekstraoral pada gigi decidui
Pada kasus fraktur, yang dapat dilakukan tambal gigi secara langsung adalah pada kelas 1, 2, dan 9. Khusus pada kelas 9, harus dipastikan bahwa fraktur pada gigi decidui belum melibatkan jaringan pulpa.[16]