Komplikasi Brakhiterapi
Komplikasi brakhiterapi dapat mencakup pembengkakan, memar, perdarahan, atau rasa nyeri dan ketidaknyamanan di lokasi iradiasi. Brakhiterapi yang digunakan pada kasus ginekologi atau kanker prostat dapat menyebabkan komplikasi saluran kemih kencing jangka pendek, termasuk inkontinensia, nyeri saat buang air kecil, dan vaginitis akibat radiasi.
Pada kulit, dapat muncul inflamasi, eksfoliasi, dan kerontokan rambut. Pada paru, pasien mungkin mengeluhkan sesak dan gangguan penciuman. Apabila lokasi iradiasi berada di dekat kepala, pasien mungkin merasakan sakit kepala, pusing, insomnia, sulit berkonsentrasi, iritabilitas, dan depresi. Pada area okular, pasien bisa mengeluhkan keratokonjungtivitis ataupun mata kering. Pada brakhiterapi yang digunakan untuk sarkoma jaringan lunak, dilaporkan bahwa komplikasi tersering adalah infeksi dalam yang memerlukan debridemen, selulitis, hematoma, dan seroma.
Pada kasus kanker serviks, komplikasi jangka panjang dapat berupa stenosis vagina, sistitis kronis, stenosis rektal, dan vaginitis atrofik. Pada kasus kanker prostat, telah dilaporkan komplikasi berupa nyeri anus, proktitis, diare, retensi urine, nyeri berkemih, dan urgensi.[11,13-15]
Brakhiterapi pada Kanker Prostat
Penggunaan brakhiterapi pada kanker prostat telah dilaporkan menyebabkan toksisitas pada kandung kemih, uretra, dan rektum. Hal ini timbul karena lokasi organ tersebut berdekatan dengan prostat dan dapat terpapar radiasi dosis tinggi jika pemasangan perangkat kurang baik.
Potensi risiko lain adalah undertreatment jika perkiraan dosis yang diperlukan tidak sesuai atau jika sudah ada penyebaran tumor ke area lainnya. Adanya penyebaran ke area di luar area yang ditatalaksana dapat meningkatkan risiko rekurensi.[17]