Edukasi Pasien Skrining Kanker Payudara
Edukasi pasien skrining kanker payudara harus dilakukan secara detail, terkait indikasi, tujuan, pilihan teknik, serta risiko pemeriksaan. Selain itu, edukasi sebaiknya juga dilakukan mengenai modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan oleh wanita dengan faktor risiko kanker payudara.[1-5]
Informed Consent dan Shared Decision Making
Pasien hendaknya di informasikan secara lengkap mengenai metode skrining kanker payudara apa yang terbaik dan tepat bagi dirinya, dan kapan dilakukannya. Keuntungan dan risiko metode yang dipilih, yang berhubungan dengan kemungkinan adanya kanker dari identifikasi red flags, juga perlu dibahas dengan pasien.[1-5]
Termasuk penjelasan pemeriksaan lanjutan apabila hasil skrining menemukan kecurigaan keganasan, yaitu biopsi jaringan tumor untuk memastikan status dan tipe tumor/keganasan, serta pemeriksaan lain untuk menentukan staging atau mengetahui sejauh mana kanker sudah menyebar.[1-5]
Metode teknik skrining yang ada tidak berdiri sendiri dalam mendeteksi dini kanker payudara, tetapi berupa gabungan dari beberapa metode untuk saling menguatkan hasil pemeriksaan. Setelah memahami prosedur tindakan yang akan dilakukan, pasien harus memutuskan pilihan teknik yang sesuai dengan preferensi dirinya (shared decision making) dan memberikan informed consent.[1-5]
Edukasi pada Pasien dengan Faktor Risiko
Edukasi kepada para wanita yang memiliki faktor risiko di antaranya:
- Menjaga berat badan normal
- Berolahraga teratur, minimal 4 jam/minggu
- Tidur cukup dan berkualitas pada malam hari
- Hindari paparan hormon estrogen pada jaringan payudara, misalnya kehamilan full-term pada usia muda, menyusui bayi, menghindari terapi hormon, dan memilih alat kontrasepsi yang tepat
- Batasi paparan radiasi bila tidak perlu secara medis
- Hindari merokok dan paparan asap rokok
- Tidak atau batasi konsumsi alkohol
- Hindari zat-zat kimia yang bersifat karsinogen
- Lakukan skrining kanker payudara secara berkala sejak usia 20 tahun[1,4,8,9]
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI), di Indonesia, masih menjadi metode penemuan dini kanker payudara. Oleh karena itu, program promosi dan edukasi untuk melakukan SADARI diberikan pada wanita usia subur, yaitu sejak usia 20 tahun dan dilakukan setiap bulan selesai menstruasi (hari ke-10, terhitung dari hari pertama haid). Jika pasien menemukan atau menyadari adanya perubahan pada payudara, seperti teraba benjolan atau terlihat perubahan kulit dan puting payudara, maka harus segera memeriksakan diri ke dokter.[4,5]