Edukasi Pasien Eksisi Tumor Jinak Kulit
Edukasi pasien eksisi tumor jinak kulit perlu diberikan sebelum dan sesudah tindakan. Edukasi pasien memegang peranan penting agar tidak terjadi kesalahan komunikasi maupun kesalahan tindakan.[2,5]
Edukasi Sebelum Tindakan
Pasien perlu diberikan edukasi secara menyeluruh mengenai penyakit tumor jinak kulit yang diderita saat ini, termasuk indikasi atau tujuan tumor tersebut perlu dilakukan eksisi.[2,5]
Kemudian, pasien dijelaskan mengenai langkah-langkah tindakan eksisi yang akan dilakukan, komplikasi yang mungkin timbul saat atau setelah tindakan, dan perawatan luka bekas eksisi. Apabila pasien sudah mengerti, dokter harus meminta informed consent.[2,5]
Tindakan eksisi tumor jinak kulit dilakukan pada pasien dalam kondisi sadar, karena pembiusan hanya lokal di area sekitar tumor. Oleh karena itu, pasien harus diberi pengarahan agar tetap tenang selama tindakan.[2,5]
Edukasi Setelah Tindakan
Rasa nyeri bisa dirasakan pasien sekitar 1‒2 jam setelah eksisi, yaitu saat aksi kerja obat anestesi lokal mulai menghilang. Pasien dapat diberikan obat analgesik peroral untuk meredakan rasa nyeri tersebut, misalnya dengan paracetamol, ibuprofen, atau asam mefenamat.[2,5]
Pasien disarankan untuk tetap menggunakan balut luka atau dressing selama 48 jam, dan perlu menghindari gerakan berlebih pada area luka agar jahitan tidak terlepas. Pastikan luka tetap kering pada 48 jam pertama. Pelepasan jahitan tergantung pada lokasi luka eksisi.[3,8]
Tabel 1. Waktu Pelepasan Jahitan Tergantung Lokasi Luka
Lokasi Luka | Waktu Pelepasan Jahitan |
Kulit wajah | 3‒5 hari |
Kulit kepala atau lengan | 7‒10 hari |
Kulit batang tubuh atau kaki | 10‒14 hari |
Kulit telapak tangan atau telapak kaki | 14‒21 hari |
Sumber: dr. Apri Haryono Hafid, 2021.[8]
Pasien juga harus diberitahukan tanda dan gejala komplikasi setelah tindakan. Pada area luka umumnya akan berwarna merah muda dan terasa sedikit nyeri, di mana kondisi ini normal dan perlahan akan berkurang. Namun, jika kemerahan dan/atau nyeri semakin buruk maka pasien perlu kontrol ke dokter, termasuk jika terlihat nanah pada luka maupun pasien merasa demam.[6]