Teknik Skin Test
Teknik skin test melibatkan 3 macam uji utama yaitu uji intradermal, uji tusuk, dan uji tempel. Prinsip pemeriksaan adalah dengan memberi paparan alergen pada pasien untuk mengetahui apakah timbul reaksi hipersensitivitas. Pemeriksaan ini dapat dimanfaatkan dalam manajemen berbagai penyakit, termasuk dermatitis atopik, dermatitis kontak, anafilaksis, asthma, dan rhinokonjungtivitis alergi.
Uji Intradermal
Secara prinsip, uji intradermal dilakukan dengan memasukkan bahan yang akan diperiksa ke intradermal. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan untuk mengetahui apakah pasien memiliki alergi terhadap suatu obat sebelum pemberian obat. Uji intradermal dapat digunakan sebelum pemberian berbagai obat injeksi yang berpotensi menyebabkan alergi, seperti penicillin, insulin, dan serum antitetanus.
Persiapan
Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan dengan langkah berikut:
- Tentukan obat yang akan diujikan
- Larutan Phenolated saline (0,5% fenol dalam cairan salin normal) atau cairan salin normal untuk mengencerkan obat dan sebagai kontrol negatif
- Kontrol positif berupa larutan histamin 0,01 µg/ml
- Spuit 1 cc
- Perlengkapan kedaruratan medik, seperti oksigen, epinefrin, dan peralatan intubasi sebagai persiapan jika terjadi reaksi anafilaksis[1-4]
Prosedur
Sebelum bahan yang akan diuji disuntikkan ke intradermal, lakukan pengenceran bahan maksimal 2 jam sebelum tindakan. Obat diencerkan dengan phenolated saline atau cairan normal salin
Penyuntikan bahan uji intradermal dilakukan dengan cara:
- Larutan Phenolated saline atau cairan salin normal digunakan sebagai kontrol negatif
- 0,01 ml larutan histamin 0,01 µg/ml disuntikkan pada volar lengan bawah sampai terbentuk indurasi dengan diameter 4-6 mm
- Uji intradermal dimulai dengan penyuntikan larutan obat yang sudah diencerkan. 0,01 ml larutan obat disuntikkan pada kulit ekstensor lengan hingga terbentuk indurasi dengan diameter 4-6 mm[1-4]
- Pembacaan dilakukan pada menit ke 15-30 setelah penyuntikan bahan uji
- Uji intradermal disebut positif (+) bila dalam 30 menit setelah penyuntikan bahan obat terjadi urtika dengan diameter lebih dari 10 mm dan eritema di sekitar urtika, atau bila selisih diameter urtika bahan uji dan kontrol negatif ≥ 1,5 mm, atau terjadi perluasan diameter urtika ≥ 1,5 mm dibanding diameter urtika awal penyuntikan
- Pasca penyuntikan perlu dilakukan pengawasan efek samping berbahaya seperti syok anafilaksis[1-4]
Uji Tempel
Secara garis besar, uji tempel dilakukan dengan menempelkan bahan-bahan yang diduga alergen, biasanya sudah dalam satu panel, ke tubuh pasien untuk melihat bahan mana yang menimbulkan reaksi hipersensitivitas.[7]
Persiapan
Alat dan bahan yang perlu dipersiapkan adalah :
- Alergen, biasanya sudah tersedia dalam satu panel terstandar. Setiap alergen dipreparasi dalam vehikulum yang sesuai seperti petrolatum yang memiliki kemampuan oklusi yang baik. Unit uji temple yang bisa digunakan misalnya Finn Chamber, Gama chamber, dan Plastic square chamber
- Plester hipoalergenik
- Perlengkapan kedaruratan medis[1,4,7]
Persiapan pada pasien mencakup :
- Jika pasien sedang mengalami reaksi alergi, tes dilakukan saat lesi kulit sudah dalam keadaan tenang
- Uji dilakukan minimum 1 minggu setelah pasien menghentikan penggunaan kortikosteroid topikal pada lokasi uji, serta kortikosteroid sistemik setara prednison >20 mg/hari dan imunomodulator
- Uji dilakukan minimum 4 minggu setelah pajanan berat sinar matahari atau fototerapi UVB[1-4]
Prosedur
Uji tempel dengan Finn chamber merupakan yang paling sering digunakan.
- Tentukan lokasi uji yaitu punggung atas atau interskapula. Bila tidak memungkinkan, dapat dilakukan di lengan atas sisi lateral
- Bahan alergen yang akan diujikan diisikan pada unit uji tempel dan diberi tanda. Isikan alergen sebanyak 20 mg atau sepanjang 8 mm pada unit chamber. Bila berupa alergen cair, teteskan 20 μL atau 1 tetes di atas kertas filter yang diletakkan pada unit chamber
- Posisi pasien duduk atau telungkup
- Kulit dibersihkan dengan kapas alkohol
- Unit uji tempel ditempelkan di kulit dan diberi perekat atau plester hipoalergenik
- Pada uji tempel obat, pasien diminta menunggu di tempat selama 30 menit untuk mendeteksi efek samping reaksi tipe cepat yang mungkin terjadi
- Pasien diijinkan pulang dengan pesan agar lokasi uji tidak basah kena air dan tidak melakukan aktivitas yang menimbulkan keringat berlebihan
- Apabila timbul perih, nyeri, atau reaksi iritan lain, minta pasien segera menghubungi dokter. Unit uji tempel bisa dilepas lebih awal jika timbul keluhan sangat berat
- Pembacaan pada umumnya dilakukan pada jam ke-48, 72, dan 96. Untuk alergen tertentu, pembacaan dapat ditambah lebih dari 96 jam
- Setelah 48 jam, unit boleh dibuka. Beri tanda dengan larutan gentian violet atau skin marker. Pembacaan dilakukan 15-30 menit setelah plester dilepaskan
- Hasil uji tempel yang positif bermakna dinilai relevansinya dengan anamnesis dan gambaran klinis. Hasil relevansi positif dianggap sebagai penyebab. Interpretasi dilakukan sesuai standar International Contact Dermatitis Research Group (ICDRG)(Tabel 1)
Tabel 1. Interpretasi Uji Tempel
Hasil | Tampilan |
? | eritema |
+ | eritema, infiltrat, papul |
++ | eritema, infiltrat, papul, vesikel |
+++ | eritema, infiltrat, papul, vesikel berkonfluensi atau bula |
- | negatif |
IR | reaksi iritan |
NT | tidak dilakukan uji |
- Setelah pembacaan hasil, pasien diizinkan pulang, namun lokasi uji tetap dianjurkan untuk tidak basah atau terkena air
- Pada hari ke-3 (72 jam) dan hari ke-4 (96 jam), dilakukan pembacaan ulang dengan cara yang sama[1-4,7]
Uji Tusuk
Pada uji tusuk, pemeriksaan terhadap alergen spesifik dilakukan dengan mencukit atau menusuk kulit untuk memasukkan bahan yang diduga mencetuskan alergi. Interpretasi dilakukan 15-20 menit setelah aplikasi. Hasil dikatakan positif jika muncul ruam ≥3 mm.[5]
Persiapan
Alat dan bahan yang dipersiapkan adalah:
- Alergen yang telah distandarisasi, termasuk inhalant, makanan, dan obat
- Jarum 25–27 G sesuai jumlah allergen
- Kontrol positif berupa histamin klorhidrat 10 mg/ml
- Kontrol negatif berupa cairan salin normal
- Perlengkapan kedaruratan medis
Pasien perlu menghentikan Hentikan obat-obat antihistamin, seperti cetirizine, loratadine, dan fexofenadine selama 3 hari. Ketotifen dihentikan selama 15 hari. Obat yang dapat memberi hasil positif palsu antara lain morfin, codeine, aspirin, dan tetrasiklin. Obat yang dapat memberi hasil negatif palsu antara lain epinefrin, efedrin, aminofilin, dan kortikosteroid lebih dari 10 mg prednison per hari.[1-5]
Prosedur
Uji tusuk bisa dilakukan di lengan bagian volar atau punggung bagian atas. Pemeriksaan dilakukan di lengan bagian volar dengan jarak 3 cm dari siku dan 5 cm dari pergelangan tangan.
- Bersihkan lokasi uji dengan kapas alkohol
- Lokasi penusukan ditandai dengan jarak kurang lebih 2 cm
- Sebelum melakukan pemeriksaan dengan alergen, terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan dengan kontrol positif dan kontrol negatif
- Kontrol positif harus menghasilkan urtika dengan diameter minimal 3 mm, dan kontrol negatif memberikan hasil negatif
- Teteskan alergen pada area yang telah ditandai dan tusuk area tersebut dengan jarum dengan sudut 30-40 derajat untuk menghindari pendarahan
- Jarum diganti di setiap tusukan alergen yang berbeda
- Pasien dianjurkan untuk tidak menggaruk walaupun terasa gatal
- Setelah 15-20 menit, alergen dan kontrol dikeringkan dengan tisu
- Ukur diameter setiap urtika
- Diameter urtika kontrol positif harus minimum 3 mm lebih besar daripada kontrol negatif
- Hasil dikatakan positif bila didapatkan alergen dengan diameter urtika >50% dari jumlah diameter kontrol positif dan kontrol negatif. Relevansi hasil uji dihubungkan dengan hasil anamnesis dan gejala klinis[1-5]