Teknik Pemeriksaan Visus
Pemeriksaan visus atau ketajaman penglihatan secara umum dapat menggunakan teknik sederhana secara manual dengan menggunakan bagan yang berisi tanda, gambar, atau huruf, seperti Snellen chart. Pemeriksaan ini dapat pula digunakan menggunakan alat otomatis berupa autorefraktometer.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien dilakukan dengan menjelaskan mengenai informed consent kepada pasien secara singkat dan jelas mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan, tindakan, dan kerjasama yang perlu dilakukan oleh pasien. Sebelum pemeriksaan, minta pasien melepas kacamata atau softlens, tetapi pada kasus tertentu seperti cedera mata, kacamata tetap digunakan.
Persiapan pasien juga dilakukan dengan meminta kerja sama pasien jika okluder tidak tersedia. Minta pasien untuk menutup bagian mata yang tidak diperiksa menggunakan telapak tangan yang dibentuk mencembung. Pastikan telapak tangan tidak menekan bagian mata tersebut. Pada kegawatdaruratan seperti cedera kimia mata, tata laksana awal seperti irigasi harus didahulukan dibanding pemeriksaan visus.[1,9,10]
Pemeriksaan visus pada pasien bayi dan anak biasanya sulit, karena seringkali anak rewel dan tidak kooperatif. Maka dari itu, untuk menyiasatinya dapat meminta orang tua untuk membawa anak atau bayi dalam keadaan lapar, kemudian makan sambil dilakukan pemeriksaan. Cara lain adalah dengan melakukan sedikit restaining.[3]
Pada pemeriksaan otomatis dengan autorefraktometer, persiapan dilakukan dengan duduk di depan alat refraktometer dan meminta pasien untuk memfiksasikan pandangan pada titik atau gambar tertentu yang berada di dalam mesin.[1,10]
Peralatan
Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan visus dibagi menjadi peralatan manual berupa optotype chart, baik untuk penglihatan jarak jauh maupun penglihatan jarak dekat, okluder, pinhole occluder dan trial frame, lensa, penlight, serta penggaris. Selain itu, peralatan otomatis berupa autorefraktometer dapat digunakan bila diperlukan. Ruangan yang digunakan harus dengan pencahayaan yang cukup.[1,9–11]
Optotype Chart untuk Pemeriksaan Visus Jarak Jauh
Terdapat 4 jenis bagan yang dapat digunakan untuk menilai penglihatan jarak jauh, yaitu Snellen chart, Landolt chart, E chart, dan bagan LogMar.[1]
Gambar 1. Landolt Chart, Snellen Chart, E Chart, dan LogMar Ch. Sumber: Shutterstock, 2022.
Snellen chart:
Snellen chart/bagan Snellen berupa deret huruf untuk pasien yang memiliki kemampuan membaca dan tidak buta huruf.[1,9]
Landolt chart:
Landolt chart berupa deret lambang berbentuk lingkaran dengan bagian yang hilang. Pasien menginterpretasikan arah dari bagian lingkaran yang hilang. Alat ini biasanya digunakan pada pasien baik anak maupun dewasa yang kesulitan untuk membaca huruf.[1,9]
E Chart:
E chart berupa deret lambang “E” dengan arah yang berbeda-beda yang digunakan untuk pasien dewasa atau anak yang tidak memiliki kemampuan membaca (buta huruf). Hal ini hampir serupa dengan Landolt chart dimana prinsip yang utama adalah membaca lambang “E” dan menentukan arah dari “E” tersebut.[1,9]
Bagan LogMar:
Bagan LogMar adalah deret lambang yang setiap baris memiliki 5 huruf dengan jeda antar baris dan huruf sama. Berbeda dengan bagan Snellen, setiap baris deret huruf akan semakin menyempit sesuai dengan logaritma sudut minimum sehingga membentuk piramida terbalik.[1,9]
Peralatan Manual untuk Tajam Penglihatan Jarak Jauh pada Balita
Sedangkan untuk anak yang berusia kurang dari 5 tahun atau balita, dibutuhkan pemeriksaan lainnya sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak seperti Allen picture cards, dot visual acuity test, Sheridan ball test, dan optokinetic nystagmus test.
Simbol LEA dan tes HOTV:
Pemeriksaan dengan simbol LEA dan tes HOTV anak usia preschool, yaitu 3–5 tahun, dan >30 bulan untuk simbol LEA. Simbol LEA berisi lambang kotak, apel, dan lingkaran. Pemeriksaan simbol LEA ini dilakukan pada jarak 3 meter. Sedangkan tes HOTV dilakukan dengan menggunakan 4 huruf, yaitu H, O, T, dan V.[3,4,11]
Gambar 2. Simbol LEA. Sumber: Wikimedia Commons, 2016
Dot Visual Acuity Test:
Dot visual acuity test secara umum dilakukan pada anak usia 2–5 tahun dengan menunjukkan beberapa titik hitam dengan ukuran yang berbeda, kemudian dinilai titik terkecil yang dapat dilihat oleh anak.[3,4]
Sheridan Ball Test:
Sheridan ball test umumnya akan digunakan pada anak berusia 1–5 tahun dimana terdapat alat peraga berupa bola dengan berbagai ukuran kemudian ukuran terkecil yang dipilih oleh anak memperkirakan tajam penglihatan anak.[3,4]
Fixation and Following (Tracking):
Pemeriksaan visus dengan fixation and following (tracking) ini dilakukan dengan memanfaatkan fixation behaviour pada anak usia ≤3 tahun dan bayi untuk menilai secara kualitatif ketajaman visus. Pemeriksaan ini dapat menggunakan dokter sebagai objek fiksasi atau mainan seperti boneka.[3]
Optokinetic nystagmus test:
Optokinetic nystagmus test biasanya dilakukan pada bayi berusia <1 tahun dengan alat menggunakan bentuk seperti drum yang diputar secara lambat, kemudian pemeriksa memperhatikan gerakan mata dan menilai kejadian dari nistagmus dan kemampuan padangan dari pasien.[3,4]
Allen Picture Cards:
Allen picture cards memiliki gambar yang mudah dikenal oleh anak-anak dan ditempatkan pada jarak 6 meter. Prinsip penggunaan hampir sama dengan Snellen chart, tetapi dibuat dalam bentuk gambar.
Pada beberapa kondisi yang menjadi kendala adalah terdapat beberapa anak yang tidak mengenal objek tersebut dan hal tersebut bukan karena pandangan yang terganggu namun dicurigai adanya kesulitan untuk mengenal benda atau obyek. Maka dari itu, pemeriksaan ini sudah tidak direkomendasikan lagi oleh World Health Organization (WHO).[3,4]
Peralatan Manual untuk Tajam Penglihatan Jarak Dekat
Pada pemeriksaan tajam penglihatan jarak dekat biasanya dengan menggunakan Jaeger’s chart, Snellen’s near vision test type, atau Roman test.
Jaeger’s Chart:
Jaeger’s chart adalah kartu pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur ketajaman penglihatan jarak dekat dimana pada baris J1 menggambarkan visus 20/15 (dalam feet) sedangkan pada baris J2 menggambarkan visus 20/20 (dalam feet) atau setara dengan visus 6/6 (dalam meter) yang merupakan ketajaman penglihatan optimal seseorang. Pada daftar ini akan terdapat baris dari J1 sampai dengan J7.[12]
Posisi Pasien
Pada seluruh pemeriksaan, pasien diposisikan dalam kondisi duduk serta usahakan pasien dalam kondisi yang nyaman.
Untuk tajam penglihatan jarak jauh, posisi pasien tergantung dari bagan yang digunakan. Bagan Snellen, Landolt, dan E chart membutuhkan jarak 6 meter dari kursi pemeriksaan pasien. Jika ruangan tidak memungkinkan menempatkan pasien di jarak 6 meter dari bagan yang digunakan, dapat digunakan bagan LogMar yang hanya membutuhkan jarak 4 meter saja. Sedangkan pemeriksaan dengan LEA chart dapat digunakan jarak 3 meter.[3–5]
Untuk tajam penglihatan jarak dekat, alat diposisikan pada 33–35 cm sesuai dengan jarak pandang mata terdekat (punctum proximum). Pada pemeriksaan dengan alat otomatis, tempatkan wajah pasien di depan, kemudian alat akan mengukur kelainan refraksi dan kelengkungan kornea secara otomatis.[5]
Prosedural
Prosedural pemeriksaan visus ditentukan oleh jenis pemeriksaan visus yang dilakukan (jarak dekat atau jarak jauh), serta apakah pemeriksaan dilakukan menggunakan alat otomatis atau manual.[5]
Prosedural Pemeriksaan Visus Jarak Jauh menggunakan Peralatan Manual
Prosedural pemeriksaan visus jarak jauh menggunakan peralatan manual seperti bagan Snellen atau bagan LogMar. Pemeriksaan ini dilakukan tanpa koreksi atau uncorrected visual acuity (UCVA) sebagai baseline dan dengan koreksi best-corrected visual acuity (BCVA). Langkah prosedural pemeriksaannya adalah sebagai berikut:
- Posisikan kartu pada jarak 6 meter (4 meter untuk bagan LogMar) dari tempat duduk pasien dengan ketinggian sejajar dengan mata pasien.
- Mulai pemeriksaan visus dari mata kanan dan minta pasien menutup mata kiri dengan menggunakan tangan yang mencembung tanpa memberikan penekanan pada mata atau menggunakan okluder yang berwarna pekat, tidak transparan
- Mulai pemeriksaan dengan meminta pasien membaca dari baris terbesar sampai dengan terkecil yang bisa dibaca. Aturan membaca tiap baris dapat dilakukan dari kiri ke kanan atau ditunjuk secara acak
- Penentuan baris yang terbaca adalah apabila huruf, gambar, atau tanda yang terbaca lebih dari sebagian karakter yang ada dalam baris tersebut. Sebagai contoh, bila terdapat 6 karakter pada baris tersebut, pasien sekurang-kurangnya dapat membaca 4 dari 6 karakter tersebut
- Catat hasil pemeriksaan visus sesuai dengan baris terkecil yang dapat dibaca oleh pasien, visus terbaik adalah bila pasien mampu membaca sampai dengan baris 6/6 yang memiliki arti bahwa pasien dapat membaca baris tersebut dari jarak 6 meter dimana populasi umum juga mampu membaca dari jarak 6 meter
- Ulangi prosedur 1 sampai 6 tersebut ke mata sebelahnya yang belum diperiksa[1]
Bila tajam penglihatan kurang dari 6/6 pada 1 atau 2 mata, ulangi tes tersebut dengan menggunakan pinhole, yaitu pasien memegang pinhole di depan mata yang diperiksa dan instruksikan pasien untuk membaca baris terkecil yang dapat dibaca pada pemeriksaan sebelumnya melalui lubang pinhole. Kemudian catat hasil pemeriksaan. Bila terjadi perbaikan dengan teknik ini, maka pasien mengalami kelainan refraksi.[1]
Bila sampai dengan baris paling atas pasien tidak dapat membaca, maka pasien diminta maju pada jarak 3 meter. Jika tidak bisa, mendekat lagi 1 meter untuk membaca baris teratas dari kartu.[1]
Hitung Jari atau Finger Counting:
Bila bila tidak dapat membaca bagian terbesar optotype chart pada jarak 1 meter, lakukan hitung jari atau finger counting pada jarak 1 meter. Apabila pasien dapat membaca jari pemeriksa dengan benar di 1 meter, maka hasil pemeriksaan visus adalah 1/60 dimana pasien mampu membaca pada 1 meter yang pada populasi umum dapat membaca dari 60 meter.[1]
Lambaian Tangan:
Bila sampai dengan jarak 1 meter menggunakan tes jari namun belum dapat membaca maka menggunakan pemeriksaan dengan lambaian tangan yang dimulai dari jarak 60 cm, di mana pada populasi umum lambaian tangan dapat dilihat dari jarak 300 meter.[1]
Identifikasi Cahaya:
Bila dengan lambaian tangan belum dapat membaca, minta pasien mengidentifikasi cahaya dengan menempatkan cahaya pada jarak 30 cm di depan wajah pasien. Bila pasien dapat melihat cahaya dari arah lurus, gerakan cahaya ke 4 kuadran. Maka respon pasien dibedakan menjadi persepsi cahaya dengan arah, persepi cahaya tanpa deteksi arah, atau tanpa persepsi cahaya (visus=0).[1]
Prosedural Pemeriksaan Visus Jarak Dekat menggunakan Peralatan Manual
Pemeriksaan tajam penglihatan jarak dekat paling umum dilakukan dengan menggunakan alat berupa Jaeger’s chart atau Roman’s test yang dilakukan dengan prosedural sebagai berikut:
- Kondisikan ruangan dengan cahaya yang cukup
- Posisikan kartu pada jarak 30–35 cm, disesuaikan dengan jarak baca. Mengingat bagan untuk pemeriksaan visus jarak dekat tidak terstandarisasi, sebaiknya sesuaikan jarak dengan aturan penggunaan dan spesifikasi pada bagan yang digunakan
- Pemeriksaan secara bergantian, saat pemeriksaan mata kanan maka mata kiri ditutup dengan okluder, begitu pula sebaliknya. Catat baris di mana pasien dapat membaca dengan jelas dan benar, yaitu mampu membaca lebih dari 50% karakter pada baris tersebut
- Bila ada gangguan refraksi, ulangi pemeriksaan kembali dengan kondisi binokuler[5]
Pemeriksaan Otomatis dengan Autorefraktometer
Pada pemeriksaan otomatis dengan autorefraktometer, prosedural dari pemeriksaan adalah:
- Pasien diposisikan duduk di depan alat
- Pasien dikoordinasikan untuk meletakkan dagu pada penyangga bagian bawah dan menempelkan dahi pada penyangga bagian atas
- Pasien diperintahkan untuk melihat ke depan selama dan tahan kondisi mata agar tetap terbuka dan tidak berkedip.
- Arahkan joystick vertikal atau horizontal sesuai fokus sampai didapatkan bulls-eye appearance, lalu tekan tombol pengukur
- Pada kondisi ini, cahaya dari gambar di dalam autorefraktor akan melewati kornea, pupil, lensa sampai ke retina, kemudian dipantulkan kembali ke sensor pada mesin. Distorsi cahaya yang kembali ini dinilai sebagai gangguan refraksi pada mata.
- Setelah pemeriksaan selesai, maka akan tercetak catatan hasil pemeriksaan ketajaman mata pasien dari alat tersebut[10]
Pelaporan Hasil Pemeriksaan
Ketajaman penglihatan dilaporkan sebagai rasio X/Y, X merupakan jarak pasien ke bagan yang digunakan sedangkan Y merupakan baris terkecil yang masih dapat dibaca oleh pasien. Hasil pemeriksaan harus dicatat untuk masing-masing mata. Dokter juga harus mencatat hasil visus tanpa atau uncorrected visual acuity (UCVA) dan dengan koreksi atau best-corrected visual acuity (BCVA), serta apakah visus membaik ketika menggunakan pinhole.[1]
Contoh hasil pemeriksaan visus: Visus oculi dextra (OD): tanpa kacamata, 6/16, membaik menjadi 6/9 dengan penggunaan pinhole.
Pada pemeriksaan jarak jauh dengan metode manual, hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
- Visus 6/6, visus normal, yaitu objek tersebut dapat dilihat pada populasi dengan mata yang normal dari jarak 6 meter dan pasien dapat melihat dari jarak 6 meter
- Visus <6/6, gangguan ketajaman penglihatan jarak jauh atau miopia, misalnya hasil 6/20 maka objek tersebut dapat dilihat pada populasi dengan mata yang normal dari jarak 20 meter maka pasien dapat melihat dari jarak 6 meter
- Visus 1/60, melihat jari dari jarak 1 meter di mana normalnya dapat dilihat dari jarak 60 meter
- Visus 1/300, hanya dapat melihat lambaian tangan
- Visus 1/∞, disebut juga sebagai visus persepsi cahaya, yaitu hanya mengetahui ada atau tidaknya cahaya, kemudian dibedakan apabila dapat menentukan arah datangnya cahaya maka disebut sebagai persepsi cahaya dengan arah namun bila tidak mengetahui arah datangnya cahaya maka disebut sebagai persepsi cahaya tanpa deteksi arah
- Visus 0, tidak dapat mengidentifikasi cahaya atau no light perception[6]
Pada pemeriksaan jarak dekat dengan metode manual, hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
- J1+, yaitu setara dengan visus 20/20, yaitu visus optimal penglihatan
- J1, yaitu setara dengan visus 20/25
- J2, yaitu setara dengan visus 20/30
- J3, yaitu setara dengan visus 20/40
- J5, yaitu setara dengan visus 20/50
- J7, yaitu setara dengan visus 20/70
- J10, yaitu setara dengan visus 20/100
Dari visus tersebut maka akan dikonversikan menjadi kekuatan lensa koreksi dengan sferis berlensa positif.[8]
Follow Up
Follow up pada pemeriksaan visus diputuskan berdasarkan usia dan hasil ketajaman visus. Pada bayi, follow up dilakukan rutin pada usia <3 bulan dan 3–6 bulan dan rujuk ke dokter spesialis mata bila didapatkan kelainan pada pemeriksaan fisik mata. Sedangkan pada anak usia 3–5 tahun, skrining ketajaman visus harus dilakukan kembali dan rujuk bila hasil di luar dari gangguan refraksi ringan, seperti miopia ringan.[13,14]
Pada seluruh kelompok usia, sebaiknya pemeriksaan visus dilakukan setiap 1–2 tahun sebagai bagian dari medical check up rutin atau setiap tahun untuk penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada ibu yang merencanakan hamil, pemeriksaan visus dan pemeriksaan mata lainnya dilakukan sebelum konsepsi, trimester pertama, kedua, ketiga, dan 6–12 bulan postpartum.[13,14]
Rujukan ke dokter spesialis mata diperlukan bila dari pemeriksaan didapatkan di luar dari:
- Hipermetropia ringan
- Miopia ringan
- Astigmatism ringan
- Presbiopia
- Buta senja[13,14]
Hasil dari pemeriksaan visus akan menggambarkan kondisi dari ketajaman penglihatan pasien. Pada pasien dengan gangguan visus, pertama-tama bedakan dulu apakah gangguannya terkait refraksi atau tidak berdasarkan hasil penggunaan pinhole. Visus akan membaik pada gangguan visus terkait refraksi jika pinhole digunakan sedangkan visus akan tetap sama pada gangguan visus tidak terkait refraksi.
Gangguan Visus Terkait Refraksi
Gangguan tajam penglihatan terkait refraksi dapat berupa :
- Miopia
- Hipermetropia
- Astigmatisma
- Presbiopia[1,15]
Gangguan tersebut diatasi dengan menggunakan lensa sferis negatif untuk miopia, lensa sferis positif untuk hipermetropia dan presbiopia, atau lensa silindris untuk astigmatisma. Untuk kekuatan lensa (dalam satuan dioptri) akan dikonversikan dari hasil pemeriksaan visus.[1,15]
Pada presbiopia, dapat digunakan kacamata sebagai berikut :
- Kacamata baca menggunakan lensa sferis positif
Kacamata bifokal yang merupakan gabungan dari kacamata untuk melihat jauh dan membaca
- Kacamata trifokal yang memiliki 3 lensa untuk melihat jarak jauh, sedang, dan membaca
- Kacamata progresif, memiliki kekuatan lensa yang berbeda dari atas ke bawah sehingga dapat digunakan untuk membaca hingga melihat jauh tanpa ada batasan yang jelas antar area refraktif[1,15]
Gangguan Visus Nonrefraksi
Gangguan visus non refraksi diakibatkan oleh penyakit mata selain gangguan refraksi, misalnya:
- Glaukoma
- Ablatio retina
- Retinopati
- Ambliopia
- Trauma mata[1,15]
Hal tersebut dapat ditegakkan dengan dilanjutkan prosedur pemeriksaan lainnya, misalnya pemeriksaan mata segmen anterior dan posterior, tonometri, ultrasonografi pada mata, pemeriksaan saraf mata bagian belakang.
Dokter perlu memperhatikan bahwa penurunan ketajaman penglihatan yang signifikan pada gangguan visus non refraksi merupakan tanda bahaya akan kondisi penyakit/cedera yang serius. Selanjutnya, pengobatan yang diberikan akan disesuaikan dengan diagnosa yang ditegakkan sebagai penyebab gangguan penglihatan.[1,15]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli