Teknik Bone Mineral Densitometry (BMD)
Teknik bone mineral densitometry (BMD) atau tes kepadatan tulang dengan metode dual energy x-ray absorptiometry (DEXA sentral) menggunakan alat C-arm yang dilengkapi dengan sumber X-ray, di mana pasien perlu berbaring terlentang selama 10 menit. Sementara, DXA perifer dilakukan dengan alat pindai portabel.[5,7]
Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan, pasien harus berhenti mengonsumsi suplemen kalsium dalam 24‒48 jam. Setiap pasien wanita juga perlu dilakukan pengecekan terhadap kemungkinan hamil. Pemeriksaan perlu ditunda selama +2 minggu jika pasien mendapat pemeriksaan dengan kontras, seperti barium atau gadolinium.[5]
Saat pemeriksaan, pasien sebaiknya menanggalkan seluruh perhiasan maupun pakaian berbahan metal, seperti kancing. Jika ada riwayat BMD sebelumnya, pasien perlu membawa hasil pemeriksaan sebelumnya.[5]
Pasien perlu dipersiapkan untuk mampu berbaring supine selama +10 menit. Pasien dengan berat badan berlebih atau obesitas perlu dicocokkan dengan alat DXA sentral yang sesuai, karena setiap alat memiliki spesifikasi yang berbeda.[5,8]
Peralatan
Peralatan DEXA sentral terdiri dari C-arm dengan sumber X-ray yang menyalurkan energi foton secara bertingkat, collimator, detektor dan perangkat lunak yang sesuai. Sementara, pemeriksaan DXA perifer menggunakan alat pindai portabel yang dapat digunakan jika pemeriksaan sentral tidak tersedia atau pasien tidak dapat berbaring.[5]
Posisi Pasien
Teknik BMD menggunakan dua alat pemindai, yaitu mesin pemindai tulang dan mesin pemindai foton. Hasil pemindaian dari kedua alat ini akan disatukan dan dikirim ke komputer. Keseluruhan pemeriksaan dilakukan di ruang instalasi radiologi.
Pemeriksaan DEXA Sentral
Pada pemeriksaan bagian lumbalis, pasien dibaringkan posisi supinasi dengan panggul dan lutut difleksikan dengan bantalan khusus. Tulang belakang perlu terlihat batas superior krista iliaka bilateral dan bagian sentral dari korpus vertebra T-12/L-5 melalui film postero-anterior. BMD dilakukan pada korpus vertebra L1 hingga L4.
Pada pemeriksaan panggul, pasien dibaringkan posisi supinasi dengan alat khusus sehingga posisi femur sejajar dengan alat pemindai. BMD dilakukan pada neck femoral, greater trochanter, area Ward, regio intertrochanterica, dan keseluruhan panggul.[5]
Pemeriksaan DXA Perifer
Pemeriksaan lengan bawah dilakukan pada lengan non-dominan, dengan posisi pronasi. Gambar perlu menampilkan korteks distal tulang radius/ulna, dengan bagian diafisis disejajarkan dengan film. BMD dilakukan pada bagian tengah atau distal tulang radius/ulna.[5]
Pemeriksaan seluruh tubuh dilakukan dengan memposisikan pasien supinasi, dengan lengan pronasi dan kaki dorsofleksi. BMD dilakukan pada ekstremitas atas, ekstremitas bawah, serta kepala.[5]
Hasil Pemeriksaan
BMD umumnya dilakukan untuk mengukur kepadatan tulang di vertebra lumbalis, panggul, dan lengan bawah, untuk menilai lokasi spesifik yang berisiko mengalami fraktur akibat osteoporosis. Di mana pemeriksaan di bagian lumbal dan panggul adalah yang paling sering dilakukan.[5]
Hasil BMD dituliskan dalam bentuk skor T atau Z. Skor T menunjukkan angka yang membandingkan kondisi tulang pasien dengan rata-rata individu muda dengan tulang yang sehat. Sementara, skor Z merepresentasikan angka yang membandingkan kondisi tulang pasien dengan rata-rata individu dengan usia yang sama. Biasanya, skor T lebih penting untuk diketahui daripada skor Z.[6]
Skor T
Hasil BMD sering diberikan dalam bentuk skor T, yaitu skala pengukuran yang membandingkan antara pengukuran kepadatan tulang pasien dengan kepadatan tulang pada individu sehat berusia 30 tahun. Nilai skor T yang rendah mengindikasikan kekurangan kepadatan tulang.
Resiko patah tulang meningkat 1,5‒2 kali setiap penurunan 1 poin skor T. Skor T nol (0) menunjukkan kepadatan tulang setara dengan orang dewasa muda sehat.[1]
Tabel 1. Interpretasi Pemeriksaan Tes Kepadatan Tulang
Hasil Skor T | Interpretasi |
-1,0 atau lebih tinggi | Kepadatan tulang normal |
Antara -1,0 hingga -2,5 | Osteopenia dan beresiko osteoporosis |
-2,5 atau kurang | Kemungkinan osteoporosis |
-2,5 atau kurang dengan 1 atau lebih fraktur | Osteoporosis berat |
Sumber: dr. Bianda, 2024.[6]
Skor Z
Skor Z juga dapat digunakan pada hasil kepadatan tulang, yaitu perbedaan antara kepadatan tulang pasien dengan kepadatan tulang pada orang sehat dari populasi usia, etnis, dan jenis kelamin yang sama.[2] Sehingga, skor Z ini lebih bermanfaat untuk populasi wanita premenopause, pria berusia <50 tahun, atau anak-anak. Nilai skor Z <-2,0 menunjukkan kepadatan tulang yang rendah. Skor di atas -2,0 menunjukkan rentang wajar dengan kelompok usia yang sama.[1,6]
Follow up
Jika hasil BMD menunjukkan kepadatan tulang yang rendah, pasien direkomendasikan untuk melakukan pencegahan agar kondisi tidak semakin parah, termasuk mencegah fraktur karena osteoporosis. Pasien harus meningkatkan aktivitas fisik, menambah asupan diet kalsium dan vitamin D, serta mengonsumsi obat-obatan untuk meningkatkan kepadatan tulang.[9]
Pemeriksaan BMD secara berkala (setiap 2 tahun sekali) dapat dipertimbangkan pada kondisi osteopenia sedang dan berat.[4,6]