Pedoman Klinis Bone Mineral Densitometry (BMD)
Bone mineral densitometry (BMD) atau tes kepadatan tulang biasanya digunakan untuk mengidentifikasi dan mendiagnosis osteoporosis, tetapi dapat juga untuk mengukur risiko fraktur dan melakukan pengawasan terapi osteoporosis. Pedoman klinis BMD di antaranya:
- Penapisan dual energy x-ray absorptiometry (DEXA) penting untuk dilakukan, karena osteoporosis merupakan kondisi tanpa gejala hingga muncul fraktur patologis. Indikasi tes ini untuk membantu menegakkan diagnosis, menentukan derajat keparahan, dan pengawasan pasien berisiko osteoporosis.[1,5]
- BMD merupakan alat pemeriksaan terbaik untuk mengukur kepadatan tulang, di mana validitasnya telah dibuktikan dalam beragam panduan klinis internasional.[5]
- BMD dengan metode DEXA secara global telah direkomendasikan untuk wanita berusia >65 tahun dan pria berusia >70 tahun. Tes ini juga direkomendasikan untuk populasi berisiko osteoporosis, misalnya riwayat keluarga dan pengguna terapi jangka panjang kortikosteroid dan antikonvulsan.[3,5,11-13]
- Beberapa individu dengan kondisi penyakit tertentu dapat memicu perubahan hasil BMD, yaitu pasien dengan gagal ginjal kronis, rheumatoid arthritis, pasien gangguan makan (anoreksia dan bulimia nervosa), pasien yang menjalani transplantasi organ, immobilisasi dalam jangka waktu lama, pasien obesitas. Sementara, kondisi yang terkait dengan osteoporosis sekunder dalah malabsorbsi atau malnutrisi, osteomalasia, defisiensi vitamin D, endometriosis, akromegali, alkoholisme kronis, sirosis hepatis, atau myeloma multipel.[5]