Teknik Deep Brain Stimulation Procedure (DBS)
Teknik deep brain stimulation procedure (DBS) merupakan prosedur bedah saraf, berupa implantasi elektroda ke target spesifik di dalam otak. Kemudian, listrik akan dikirim secara konstan atau intermiten dari sumber baterai yang terdapat pada stimulator.[8]
Sistem implan DBS, dengan elektroda ganda yang terhubung ke implantable pulse generator (IPG), sebenarnya serupa dengan alat pacu jantung. Aliran listrik dari DBS bertujuan untuk memberikan terapi jangka panjang dan berkelanjutan, disebut neuromodulasi yang mengubah fungsi saraf melalui modulasi arus listrik.[8]
Berdasarkan lokasi target di otak, ada 3 jenis stimulasi DBS, yaitu di talamus (stimulasi thalamik), di globus pallidus (stimulasi pallidal), dan di inti subthalamik (stimulasi subthalamik). Efeknya sebagian besar cepat, reversible, dapat disesuaikan, dan dapat dititrasi tanpa merusak jaringan saraf secara permanen.[1-2]
Persiapan Pasien
Operasi DBS terdiri dari dua tahap terpisah, pertama menanamkan elektroda di otak dan kedua menanamkan neurostimulator. Beberapa rumah sakit melakukan operasi di sesi yang sama, tetapi ada yang membaginya menjadi dua sesi.[6]
Skrining Praoperasi
Tujuan skrining praoperasi untuk memeriksa indikasi dan risiko operasi. Selama rawat inap, pasien dan caregiver diberikan lagi informasi tentang prosedur pembedahan, efek, dan kemungkinan efek samping, di mana hal ini termasuk dalam informed consent.
Tim yang terlibat dalam pemeriksaan praoperasi adalah subspesialis DBS, spesialis bedah saraf, perawat, neuro-psikolog, spesialis anestesi, dan spesialis lain yang terkait dengan penyakit komorbid pasien. Penilaian neuropsikologis yang lengkap penting untuk menentukan apakah pasien memiliki kondisi kognitif yang cukup atau mungkin sudah mengalami kondisi predemensia, yang berisiko mengalami penurunan kognitif cepat.[6]
Penilaian jalan napas yang komprehensif adalah wajib untuk semua pasien. Pasien dilakukan tes laboratorium, mencakup tes darah lengkap, hitung darah lengkap, golongan darah dan tes cross-matching blood, serum urea, kreatinin, elektrolit, dan glukosa serum. Tes koagulasi (PT/APTT dan INR) tidak diperlukan, kecuali pasien memiliki riwayat gangguan perdarahan, disfungsi hati, atau disfungsi ginjal.
Pasien juga dilakukan pemeriksaan elektrokardiogram (EKG) 12 sadapan, jika memiliki penyakit Parkinson atau faktor risiko kardiovaskular lainnya.[6]
Peralatan
Perangkat DBS terdiri dari bagian-bagian berikut:
- Elektroda: perangkat kecil yang ditempatkan ke dalam bagian otak. Permukaannya terdiri dari 4 bantalan logam (lead) yang menghasilkan denyut elektrik. Denyut listrik yang dihasilkan ini hanya merangsang jaringan otak yang dekat dengan elektroda
Implantable pulse generator (IPG) atau stimulator: perangkat kecil berbentuk kotak yang menghasilkan sinyal listrik untuk elektroda. IPG ini diletakkan di bawah kulit dada pasien. IPG terdiri dari baterai dengan ketahanan umur rata-rata 2‒7 tahun
- Ekstensi: Terdiri dari kabel berinsulasi yang membawa sinyal dari IPG ke elektroda di dalam otak[1]
Posisi Pasien
Pada meja operasi, pasien dalam posisi supinasi. Pasien akan dipasang stereotactic head frame untuk memfiksasi gerakan kepala selama operasi.
Sesi satu dilakukan implantasi elektroda DBS dengan anestesi lokal, agar memungkinkan untuk mengukur aktivitas otak patofisiologis yang optimal di area target dan memberikan umpan balik tentang efek stimulasi listrik. Sesi kedua adalah operasi dinding dada untuk menanamkan neurostimulator tepat di bawah kulit dekat klavikula, pada operasi ini menggunakan anestesi umum.[3,6]
Prosedural
Secara garis besar, saat operasi, tim bedah akan memasangkan stereotactic head frame untuk memfiksasi gerakan kepala selama operasi. Dokter bedah kemudian menanamkan kawat tipis mengarah ke struktur yang telah diidentifikasi sebelum operasi. Elektroda kecil di ujung kabel akan mengenai struktur yang dituju.[3]
Elektroda kemudian dihubungkan ke kabel yang berada superfisial dari kulit, yang akhirnya terhubung ke IPG di dalam dinding dada. Selama prosedur, dokter bedah saraf dan dokter saraf akan memantau fungsi otak secara ketat, untuk memastikan penempatan elektroda yang tepat. Operasi dinding dada selanjutnya melibatkan penempatan IPG tepat di bawah kulit dekat klavikula.[3]
Gambar 1. Pemasangan Deep Brain Stimulation, yang terdiri dari elektroda, IPG, dan ekstensi.
Konfirmasi Lokasi Target
Setelah menentukan posisi struktur target untuk pemasangan elektroda, dilakukan verifikasi dengan pengujian neurofisiologis dan klinis intraoperatif. Agar dapat melakukan pengujian intraoperatif ini dengan maksimal, pasien harus sadar dan tidak mengonsumsi obat antiparkinson dalam semalam. Pengujian intraoperatif ini dilakukan pada DBS untuk gangguan gerakan (tremor esensial, distonia, penyakit Parkinson) atau untuk sindrom nyeri.[6]
Konfirmasi Neurofisiologis dan Radiologis:
Untuk konfirmasi neurofisiologis dari lokasi target, perekaman dilakukan dengan menggunakan satu atau beberapa mikroelektroda, yang dimasukkan ke dalam jalur yang telah ditentukan. Sinyal dapat diperoleh dari masing-masing neuron di area target. Batas dari berbagai inti target dapat diuraikan dan dibandingkan dengan batas yang sebelumnya telah ditentukan oleh pemeriksaan MRI.
Konfirmasi dengan Uji Stimulasi:
Setelah area target ditentukan dengan cara radiologis dan neurofisiologis, dilakukan uji stimulasi. Ini adalah simulasi DBS yang akan diterapkan pada pasien setelah operasi, dan dapat digunakan untuk menentukan apakah stimulasi di area yang ditentukan memang akan meredakan gejala penyakit, misalnya pengurangan tremor dan kekakuan.
Selain itu, ambang listrik yang menginduksi efek samping juga dapat dilihat, seperti gangguan gerakan mata, gangguan bicara, atau kontraksi otot tak sadar, yang disebabkan oleh penyebaran arus tidak sengaja ke struktur sekitarnya.[6]
Implantasi Elektroda
Selanjutnya, berdasarkan informasi radiologis, neurofisiologis, dan klinis, posisi optimal untuk elektroda DBS diputuskan. Elektroda DBS permanen kemudian diposisikan di area target di bawah kendali sinar-X, dan ditambatkan ke tengkorak sehingga pemindahan elektroda pasca operasi tidak akan terjadi.[6]
DBS biasanya dilakukan secara bilateral, sehingga pengujian intraoperatif dan implantasi elektroda diulangi di bagian kontralateral otak.[6]
Penempatan IPG
Dalam operasi selanjutnya di bawah anestesi umum, elektroda dihubungkan ke kabel ekstensi, yang berjalan secara subkutan melalui leher ke daerah infraklavikula. Kemudian, kabel ekstensi dihubungkan ke neurostimulator. Stimulator ditanamkan secara subkutan pada dinding toraks atau perut.[6]
Follow Up
Pasca operasi, pasien sering mengeluhkan rasa lelah atau tidak nyaman. Hal ini merupakan kondisi normal, tetapi beberapa kasus harus diwaspadai karena kelelahan atau kantuk disebabkan oleh pneumocephalus atau delirium.
Sakit kepala pasca operasi sering terjadi, dan dapat diobati dengan paracetamol kombinasi dengan opioid atau agonis-α2, seperti clonidine. Esketamin dapat dipertimbangkan untuk sakit kepala yang gagal berespons dengan pengobatan lain.
Dianjurkan untuk mengamati pasien selama 24 jam untuk neuromonitoring. Pada penderita penyakit Parkinson, penting untuk memulai pemberian obat antiparkinson sesegera mungkin.[6]