Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Pemeriksaan Obstetri general_alomedika 2023-01-17T09:03:12+07:00 2023-01-17T09:03:12+07:00
Pemeriksaan Obstetri
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pemeriksaan Obstetri

Oleh :
dr. Agnes Tjakrapawira
Share To Social Media:

Teknik pemeriksaan obstetri meliputi pemeriksaan fisik abdomen, manuver Leopold, auskultasi denyut jantung janin, pemeriksaan genitalia, dan pemeriksaan fisik umum. Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, anamnesis harus dilakukan untuk mengetahui informasi subjektif mengenai riwayat kehamilan dan persalinan pasien.[7]

Anamnesis

Pada pemeriksaan obstetri pertama kali, hal yang perlu digali antara lain:

  • Riwayat terkait penyakit saat ini dan riwayat penyakit dahulu, termasuk riwayat pengobatan
  • Faktor risiko kondisi patologis kehamilan, seperti usia ibu, riwayat abortus spontan pada kehamilan sebelumnya, dan hipertensi

  • Riwayat obstetri, seperti luaran pada kehamilan sebelumnya ataupun komplikasi maternal dan fetal seperti diabetes gestasional, preeklampsia, stillbirth, dan malformasi kongenital

  • Riwayat keluarga, termasuk kelainan herediter

Hal lain yang perlu digali dalam anamnesis adalah hal–hal yang berhubungan dengan perkembangan janin, termasuk frekuensi dan intensitas tendangan janin, adanya perdarahan atau keluar cairan pervaginam, keluhan sakit kepala, perubahan visus, serta edema pada wajah atau jari.[7,8]

Graviditas dan Paritas

Pada anamnesis juga perlu ditanyakan graviditas dan paritas. Graviditas adalah jumlah kehamilan yang telah dikonfirmasi dan didiagnosis dokter. Paritas adalah jumlah kelahiran setelah usia kehamilan 20 minggu.

Abortus adalah hilangnya kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu, tanpa memandang penyebabnya. Paritas ditambah abortus akan menghasilkan jumlah graviditas.[7]

Pemeriksaan Fisik

Sebelum pemeriksaan fisik, jelaskan prosedur pemeriksaan, minta informed consent, pastikan privasi dan kenyamanan pasien, minta pasien berkemih, kemudian dokter mencuci tangan untuk mencegah infeksi nosokomial.

Alat yang perlu disiapkan adalah:

  • Pita ukur
  • Fetoskop
  • Doppler

Sebelum memulai pemeriksaan regio abdomen, lakukan pemeriksaan keadaan umum, pengukuran berat dan tinggi badan, serta tanda vital pasien. Pemeriksaan lain dilakukan seperti pada pasien pada umumnya, yaitu pemeriksaan dari kepala sampai kaki.

Lihat adanya ikterus yang dapat dapat disebabkan oleh obstetric cholestasis atau intrahepatic cholestasis of pregnancy. Periksa pula adanya melasma, anemia, pembesaran kelenjar tiroid, varises, atau edema ekstremitas.[7-9]

Pemeriksaan Abdomen

Pasien berada pada posisi supinasi atau dorsal recumbent dengan elevasi kepala 30–45o, lutut sedikit ditekuk, lengan dapat diposisikan di samping pasien. Jika pasien mengalami sindrom hipotensi supinasi (SHT), posisikan pasien dalam lateral dekubitus kiri dengan elevasi kepala 15o.[10]

Inspeksi:

Inspeksi abdomen dilakukan untuk melihat ukuran, bentuk, adanya ruam, striae gravidarum, bekas luka, gerakan janin, atau kontraksi. Dengan mengetahui riwayat dan minggu kehamilan, dalam inspeksi ukuran abdomen dapat memberi gambaran mengenai ukuran janin dan apakah kehamilan tunggal atau tidak. Bentuk perut juga dapat memberi gambaran letak janin.

Striae gravidarum dari kehamilan sebelumnya tampak berwarna putih atau kelabu sedangkan striae gravidarum dari kehamilan saat ini berwarna merah muda. Linea nigra merupakan pigmentasi yang wajar saat kehamilan. Bekas luka dapat mengidentifikasi riwayat operasi.[11,12]

Palpasi:

Palpasi perut yang dilakukan pada pemeriksaan obstetri memiliki tujuan skrining. Pengukuran tinggi fundus dapat bisa diukur dengan alat ukur dalam sentimeter setelah 20–24 minggu.

Tinggi fundus uteri (TFU) diukur menggunakan tali pengukur dari simfisis pubis ke fundus uteri dan hanya dilakukan pada kehamilan tunggal. Palpasi perut dilakukan dalam pemeriksaan antenatal untuk perkirakan ukuran janin.[13–18]

Picture 1 Pemeriksaan Obstetri-min

Gambar 1. Pemeriksaan Leopold. Sumber: Wikimedia Commons, Leopold dan Spörlin, 2009.

Pemeriksaaan Leopold I

Pemeriksaan Leopold I disebut dengan fundal palpation. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengukur tinggi fundus uteri (TFU) dan memperkirakan bagian janin pada fundus uteri.[19,20]

Leopold 1 dilakukan dengan pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien dan menghadap ke muka pasien. Pemeriksa meletakkan kedua tangan pada fundus uteri dan dengan lembut melakukan palpasi menggunakan jari–jari. Palpasi bentuk, ukuran, konsistensi abdomen, dan mobilitas bagian janin di fundus.

Pada presentasi bokong, di fundus uteri akan teraba kepala janin berupa massa keras, bundar, dan melenting. Sementara itu, pada presentasi sefalik, di fundus akan teraba bokong janin yang lunak, kurang bundar, dan melenting.

Picture 2 Pemeriksaan Obstetri

Gambar 2. Letak Janin dalam Uterus. Sumber: Shutterstock, 2022

Letak janin dapat dilaporkan dengan letak memanjang (longitudinal), letak lintang (transversal), atau letak miring (oblique). Presentasi janin dapat dilaporkan sebagai presentasi sefalik dan presentasi bokong.[19,20]

Pemeriksaan Leopold II

Pemeriksaan Leopold II disebut dengan lateral palpation. Pemeriksaan kedua ini ditujukan untuk menentukan posisi tulang belakang janin dan anggota tubuh seperti kaki dan tangan. Leopold II dilakukan dengan palpasi lembut pada area paraumbilikalis dengan menggunakan kedua tangan.

Saat palpasi tulang belakang janin, akan teraba struktur keras dan resisten jika dibandingkan dengan anggota tubuh lain seperti tangan dan kaki yang teraba tidak teratur dan jika lebih ditekan akan teraba bagian kecil yang bergerak.[19,20]

Pemeriksaan Leopold III

Pemeriksaan Leopold III disebut dengan Pawlik’s grip maneuver atau second pelvic grip. Pemeriksaan ketiga bertujuan untuk memperkirakan posisi janin pada bagian suprapubik dan mengetahui apakah janin sudah masuk pada pintu atas panggul (PAP).

Pemeriksa menekan dengan lembut abdomen ibu untuk merasakan bagian presentasi menggunakan ibu jari dan jari tengah. Sama seperti Leopold I, palpasi bentuk, ukuran, konsistensi abdomen, dan mobilitas bagian janin untuk mengetahui presentasi janin. Palpasi suprapubik dilakukan menggunakan jari–jari tangan dominan. Jika janin belum memasuki pintu atas panggul, oksiput janin dapat dirasakan.[7,19–22]

Pemeriksaan Leopold IV

Pemeriksaan Leopold IV disebut dengan pelvic palpation atau first pelvic grip. Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan apakah bagian terbawah janin sudah masuk pintu atas panggul.

Pasien tetap diminta untuk menekukan lutut. Pemeriksa berdiri menghadap kaki ibu. Dengan jari-jari kedua tangan, palpasi abdomen ke arah sumbu panggul dimulai dari sisi kanan dan kiri abdomen ibu.[7,19–22]

Pada presentasi sefalik, jika kedua tangan dapat saling bertemu (konvergen), kemungkinan kepala belum masuk ke pintu atas panggul. Sedangkan, jika kedua tangan tidak saling bertemu (divergen) berarti kepala sudah masuk ke pintu atas panggul.[7,19–22]

Auskultasi

Berdasarkan pemeriksaan Leopold, fetoskop diletakan antara bahu pada bagian punggung janin. Sebelum memposisikan diri untuk mendengarkan denyut jantung janin, palpasi terlebih dahulu denyut nadi radialis ibu.

Selagi mempalpasi denyut nadi ibu, letakan telinga ke fetoskop, kemudian lepaskan palpasi denyut nadi ibu, jika detak jantung janin sudah terdengar. Denyut ibu dan janin berbeda, sehingga jika terdengar denyut nadi ibu bersamaan dengan denyut janin, pindahkan posisi fetoskop.[7,9,11,12]

Pemeriksaan detak jantung janin juga dapat dilakukan saat kehamilan berusia 12 minggu dengan menggunakan doppler. Setelah usia kehamilan mencapai 24 minggu, auskultasi dapat dilakukan menggunakan fetoskop. Frekuensi detak jantung janin normal adalah 120–160 kali/menit.[7,9,11,12]

Pemeriksaan Genitalia

Pemeriksaan genitalia dimulai dari inspeksi. Perhatikan adanya cairan yang keluar pervaginam. Jika terdapat cairan, perhatikan karakteristik cairan seperti warna, jumlah dan bau.

Pemeriksaan dalam dilakukan untuk memeriksa pelunakan serviks, adanya dilatasi (pembukaan) atau effacement (penipisan).[1,2,19]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Sel G. Obstetrics: History Taking and Physical Examination. In: Practical Guide to Oral Exams in Obstetrics and Gynecology. Springer, Cham, 2020. https://doi.org/10.1007/978-3-030-29669-8_1
2. Peleg D, Warsof S. Hands off-Disappearance of the abdominal examination during pregnancy. Birth. 2019;46(4):547-549. doi:10.1111/birt.12449
7. Artal-Mittelmark R. Evaluation of The Obstetric Patients. MSD Manuals, 2019. https://www.msdmanuals.com/professional/gynecology-and-obstetrics/approach-to-the-pregnant-woman-and-prenatal-care/evaluation-of-the-obstetric-patient
8. Fowler JR, Mahdy H, Jack BW. Pregnancy. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448166/
9. WHO. WHO recommendations on antenatal care for a positive pregnancy experience. WHO, 2016. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/250796/9789241549912-eng.pdf.;jsessionid=20429B3474C59FF4AE45514BEF4A9CB1?sequence=1
10. Humphries A, Mirjalili SA, Tarr GP, Thompson JMD, Stone P. Hemodynamic changes in women with symptoms of supine hypotensive syndrome. Acta Obstet Gynecol Scand. 2020;99(5):631-636. doi:10.1111/aogs.13789
11. National Institute for Health and Care Exellence. Antenatal Care for Uncomplicated Pregnancy. 2008. https://www.nice.org.uk/guidance/cg62/resources/antenatal-care-for-uncomplicated-pregnancies-pdf-975564597445
12. National Health Service, Mid and South Essex, University Hospitals Group. Abdominal Palpation And Examination In Pregnancy. 2019. https://www.meht.nhs.uk/EasysiteWeb/getresource.axd?AssetID=14516&type=full&servicetype=Attachment
19. Cunningham FG. Williams obstetrics. 26th Edition. New York (NY): McGraw-Hill. March, 2022.
20. Udompornthanakij P, Kongsomboon K, Hanprasertpong T. Accuracy and factors influencing Leopold’s manoeuvres in determining vertex presentation during late third trimester of pregnancy. J Obs Gyn, 2020. 40(5): 639-643.
21. Goetzinger, K. R., Odibo, A. O., Shanks, A. L., Roehl, K. A., & Cahill, A. G. Clinical accuracy of estimated fetal weight in term pregnancies in a teaching hospital. The Journal of Maternal-Fetal & Neonatal Medicine, 2013, 27(1), 89–93. doi:10.3109/14767058.2013.806474
22. Noor, T., Inara, O., Krystal, H., Meena, K. Accuracy of Leopold's Maneuver Compared to Ultrasound in Estimating Fetal Birth Weight [12B]. Obstetrics & Gynecology, 2019. Volume 133 - Issue - p 23S-24S doi:10.1097/01.AOG.0000559397.09291.a3

Kontraindikasi Pemeriksaan Obstetri
Komplikasi Pemeriksaan Obstetri

Artikel Terkait

  • Perbandingan Serum sFlt-1/PlGF sebagai Prediktor Risiko Preeklampsia
    Perbandingan Serum sFlt-1/PlGF sebagai Prediktor Risiko Preeklampsia
  • Profilaksis Aspirin Dosis Rendah untuk Wanita Hamil yang Berisiko Mengalami Preeklampsia
    Profilaksis Aspirin Dosis Rendah untuk Wanita Hamil yang Berisiko Mengalami Preeklampsia
  • Pemilihan Obat Antihipertensi pada Kehamilan
    Pemilihan Obat Antihipertensi pada Kehamilan
  • Trombositopenia pada Kehamilan: Kondisi Fisiologis atau Patologis
    Trombositopenia pada Kehamilan: Kondisi Fisiologis atau Patologis
  • Diagnosis dan Penanganan Hipertensi Post-Partum
    Diagnosis dan Penanganan Hipertensi Post-Partum

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 19 Desember 2024, 15:31
Tatalaksana pasien Post SC dengan PEB di Puskesmas
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat malam dok izin bertanya, kemarin saya ada pasien di puskesmas post SC hari ke-7 dengan PEB, saat pasien pulang dari RS, dari dokter Sp.OG diberikan...
Anonymous
Dibalas 21 September 2024, 21:18
Proteinuri +2 dan edema tungkai hingga perut pada ibu hamil tanpa tensi yang tinggi
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat soreIjin menanykanBila ada pasien hamil 39-40 mgg inpartu dengan proteinuri +2 dengan edema tungkai hingga perut (pitting edema). Tetapi tidak ada...
Anonymous
Dibalas 11 September 2024, 18:19
Terapi Preeklamsi & Superimposed PE
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Pada kasus2 preeklamsi ringan atau HT kronik untuk pemilihan terapi HT nya apakah lebih baik aspirin atau nifedipin ya dok? Apakah ada pertimbangan dalam...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.