Indikasi Non-Rebreathing Oxygen Face Mask
Indikasi non-rebreathing oxygen face mask (NRM) atau sungkup oksigen non-rebreathing meliputi seluruh kondisi yang membutuhkan terapi oksigen konsentrasi tinggi pada pasien yang bernapas spontan. Oksigenasi harus diberikan pada pasien dengan saturasi di bawah target. Target suplementasi oksigen pada pasien sehat yaitu 92-98%, sedangkan pada pasien dengan kondisi hiperkapnia kronis, target saturasi oksigen antara 88-92%.[1,3]
Target saturasi oksigen diukur menggunakan alat oksimeter, namun oksimeter dapat memberikan hasil yang salah pada kondisi anemia, keracunan sianida atau karbon monoksida, dan kondisi perfusi jaringan yang tidak adekuat seperti pada syok.
Kondisi yang memerlukan suplementasi oksigen dibagi menjadi dua yaitu kondisi akut atau eksaserbasi akut dari kondisi kronis. Pemberian suplementasi oksigen pada kondisi kronis diindikasikan pada kasus eksaserbasi akut dari penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), cystic fibrosis, fibrosis paru, dan sarkoidosis. Pada pasien-pasien ini, oksigen perlu dititrasi menurun sesegera mungkin setelah memungkinkan.
Pada kondisi akut seperti syok, sepsis, trauma mayor, henti jantung, resusitasi jantung-paru (RJP), anafilaksis, keracunan sianida atau karbon monoksida, transfusion-related acute lung injury (TRALI), diperlukan pemberian suplementasi oksigen konsentrasi tinggi dengan NRM tanpa terkecuali. Sementara itu, pada kondisi akut seperti asma, bronkitis, gagal jantung akut atau eksaserbasi akut, dan emboli paru, diperlukan pemberian suplementasi oksigen pada pasien tertentu saja.[1]
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penggunaan NRM menghasilkan oksigen konsentrasi tinggi dan meningkatkan risiko perburukan hiperkapnia dan penurunan hypoxic drive pada pasien PPOK. Atas dasar ini, penggunaan oksigen harus berhati-hati pada kasus PPOK.
Pasien dengan PPOK atau faktor risiko hiperkapnia lain yang dalam kondisi kritis harus memiliki target saturasi oksigen yang sama dengan pasien kritis lainnya hingga hasil pemeriksaan gas darah tersedia. Jika hasil pemeriksaan gas darah tersedia, pasien harus diberikan terapi oksigen terkontrol dengan target saturasi 88-92% atau pemberian ventilasi bantuan jika terdapat hipoksemia berat atau hiperkapnia dengan asidosis respiratori.[3]
Keracunan Karbon Monoksida
Pada kondisi ini, berikan sebanyak mungkin oksigen menggunakan NRM dengan laju aliran 15 liter per menit (LPM). Pemeriksaan dengan oksimeter yang menunjukkan hasil normal atau tinggi harus diabaikan karena oksimeter tidak dapat membedakan antara karboksihemoglobin dan oksihemoglobin.
Oksigen memiliki dua peran pada kasus keracunan karbon monoksida. Pertama, oksigen dapat menyingkirkan karbon monoksida yang terikat pada hemoglobin dan jaringan lainnya. Kedua, oksigen juga berfungsi untuk memperbaiki oksigenasi jaringan.[3]
Hipoksemia Akut
Semua pasien dengan hipoksemia akut, yaitu saturasi di bawah 85%, dengan sebab yang belum terdiagnosis harus diberikan terapi oksigen dengan NRM dengan laju aliran 15 LPM. Jika pasien sudah stabil, pemberian oksigen dapat dititrasi dengan nasal kanul dengan target saturasi 94-98%.[3]
Resusitasi Jantung-Paru
Pada algoritma resusitasi jantung-paru (RJP) disebutkan bahwa pemberian oksigenasi penting dilakukan sejak awal tindakan. Oksigenasi pada RJP dapat diberikan baik melalui mulut-ke-mulut maupun melalui alat seperti sungkup oksigen dan intubasi.[4]
Pada unit gawat darurat, pemberian oksigenasi selama proses RJP disarankan menggunakan NRM dengan laju aliran 15 LPM. Jika return of spontaneous circulation (ROSC) terjadi dan saturasi oksigen arteri dapat dimonitor, target saturasi oksigen adalah 94-98%. Lakukan pemeriksaan gas darah untuk menentukan terapi oksigen lanjutan. Jika hasil gas darah menunjukkan gagal napas hiperkapnia, turunkan target saturasi oksigen menjadi 88-92% atau pertimbangkan ventilasi mekanik.[3]
Kondisi Kritis
Kondisi kritis yang memerlukan suplementasi oksigen meliputi trauma mayor, trauma kepala, sepsis, syok, anafilaksis, kejang, dan kasus tenggelam. Pada kondisi tersebut, terapi awal meliputi pemberian suplementasi oksigen dengan NRM dengan laju 15 LPM dan target saturasi oksigen pada rentang 94-98%. Target ini digunakan untuk seluruh pasien hingga hasil analisis gas darah tersedia dan dapat dilakukan penyesuaian terapi oksigen.[3]
Cluster Type Headache
Cluster type-headache dianggap sebagai suatu kondisi kegawatan untuk terapi oksigen meskipun pasien tidak sesak napas dan tidak hipoksemia. Pemberian oksigen dilakukan segera pada kondisi nyeri akut. Pasien sebaiknya diberikan oksigenasi menggunakan NRM dengan laju aliran 12 LPM.[3]
Ibu Hamil dan Melahirkan
Pemberian oksigenasi pada ibu hamil dan melahirkan memiliki prinsip yang sama dengan prinsip umum pemberian suplementasi oksigen. Ibu hamil dengan trauma mayor dan hipoksemia berat harus segera menerima suplementasi oksigen dengan NRM 15 LPM dengan target saturasi oksigen 94-98%.[3]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita