Komplikasi Non-Rebreathing Oxygen Face Mask
Komplikasi langsung dari penggunaan non-rebreathing oxygen face mask (NRM) atau sungkup oksigen non-rebreathing biasanya bersifat ringan, seperti ketidaknyamanan akibat pemasangan karet sungkup yang terlalu ketat. Komplikasi lain umumnya berkaitan dengan pemberian terapi oksigen, yaitu komplikasi akibat alat ataupun efek terapi oksigen pada tubuh pasien. Terapi oksigen selama ini dianggap tanpa komplikasi, tetapi penelitian menunjukkan bukti sebaliknya.
Terapi oksigen bebas pada kasus tertentu dapat meningkatkan mortalitas dan morbiditas. Hal ini terjadi akibat efek hiperoksemia seperti peningkatan sitokin inflamasi dan reactive oxygen species (ROS), penurunan curah jantung, dan konstriksi pembuluh darah paru.[2]
Komplikasi Alat
Komplikasi alat dapat terjadi akibat kegagalan atau kerusakan alat. Hal ini meliputi kebocoran kantong reservoir, kerusakan patensi katup satu arah, kerusakan flow meter atau humidifier, serta kerusakan pada sumber oksigen.
Tabung oksigen harus dijauhkan dari sumber api. Meskipun bukan gas yang mudah meledak, oksigen bisa memperburuk kebakaran sehingga harus berhati-hati dalam penyimpanan dan penggunaannya.
Ukuran sungkup yang tidak sesuai dapat menurunkan optimasi pemberian terapi oksigen. Ukuran sungkup yang terlalu besar mengakibatkan kebocoran oksigen sehingga kadar oksigen yang dihirup pasien tidak lagi optimal. Ukuran sungkup yang terlalu kecil dapat mengakibatkan cedera pada bagian pipi, hidung, dan dagu pasien.[3]
Komplikasi Terapi Oksigen
Komplikasi terapi oksigen umumnya terjadi akibat terlalu tingginya kadar oksigen pada tubuh disebut dengan hiperoksemia. Hiperoksemia mengakibatkan peningkatan sitokin inflamasi dan reactive oxygen species (ROS), penurunan curah jantung, dan konstriksi pembuluh darah paru.[2]
Hiperoksemia
Hiperoksemia adalah kondisi di mana kadar oksigen pada tubuh tinggi yaitu PaO2 lebih dari ~16 kPa (120 mmHg). Pada kondisi ini, saturasi oksigen tidak akan berubah dari 100%. Efek samping yang dapat terjadi pada tubuh meliputi toksisitas paru, vasokonstriksi pembuluh koroner, penurunan curah jantung, serta peningkatan radikal bebas dan sitokin inflamasi.[2]
Terdapat penelitian yang melaporkan risiko stroke dan infark miokard akibat pemberian oksigen pada pasien non-hipoksemia. Selain itu, pada hewan uji, pemberian oksigen berlebihan diketahui meningkatkan ROS dan mengakibatkan kerusakan alveolus difus, perdarahan, kolaps alveolus, infiltrasi sel inflamasi, nekrosis, apoptosis dan cedera endotelium serta epitelium sel paru.[3]
Risiko Retinopati pada Neonatus
Neonatus yang terpapar kadar oksigen yang tinggi berisiko mengalami retinopati.[1]
Hiperkapnia
Hiperkapnia adalah kondisi meningkatnya kadar karbon dioksida pada tubuh. Hal ini dapat terjadi jika pemberian oksigen aliran tinggi pada pasien dengan penyakit paru seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK). Peningkatan kadar karbon dioksida mengakibatkan vasodilatasi sehingga pasien mengalami nyeri kepala, kulit kemerahan, efek sedatif yang menurunkan kesadaran pasien.[3]
Mukosa Kering
Pasien yang mendapatkan terapi oksigen aliran tinggi dapat mengalami gejala akibat mukosa saluran napas yang kering. Pasien yang melaporkan keluhan kering dapat diberikan terapi oksigen dengan tambahan humidifikasi menggunakan alat humidifier.[3]
Peningkatan Risiko Mortalitas
Sebuah meta analisis menunjukkan bahwa pemberian terapi oksigen secara bebas meningkatkan risiko kematian dibandingkan dengan cara konservatif dengan nilai risiko relatif (RR) 1,21 pada hari ke-30 dan 1,14 pada periode yang lebih panjang (median 3 bulan). Meta regresi menunjukkan bahwa jika SpO2 meningkat, pemberian terapi oksigen liberal berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi.[4]
Penulisan pertama oleh: dr. Sunita