Pendahuluan Terapi CPAP
CPAP atau continuous positive airway pressure adalah terapi pemberian aliran udara bertekanan positif ke saluran pernapasan, untuk menjaga patensi jalan napas pada pasien yang masih bisa bernapas secara spontan. Selain itu, tujuan menggunakan CPAP adalah meringankan usaha napas pasien untuk memperbaiki oksigenasi.[1,2]
Kondisi sistem kardiopulmonal menjadi penyebab tersering dilakukan terapi CPAP, seperti pneumonia, bronkitis, bronkiolitis, edema paru akut, dan emboli paru. Terapi CPAP juga dapat digunakan secara rutin oleh pasien obstructive sleep apnea (OSA).[1,2,15]
OSA yang menimbulkan gejala seperti mendengkur dapat mengganggu aliran udara yang masuk ke alveoli, sehingga dalam jangka panjang akan mengganggu kualitas tidur dan kesehatan umum pasien. Tekanan positif yang diberikan CPAP diharapkan dapat mengatasi obstruksi saluran napas.[1,2,15]
CPAP termasuk ke dalam non-invasive positive pressure ventilation (NIPPV), yakni terapi ventilasi dengan menggunakan tekanan positif tanpa bersifat invasif pada pasien. CPAP juga ikut memberikan positive end-expiratory pressure (PEEP) atau tekanan di alveoli paru, yang memiliki nilai normal di atas tekanan atmosfer pada setiap akhir siklus respirasi. CPAP dapat mempertahankan PEEP, menurunkan risiko atelektasis, meningkatkan luas permukaan alveolus, serta memperbaiki oksigenasi.[1,2]
Tekanan positif yang diberikan CPAP berbeda dengan bilevel positive airway pressure (BiPAP). Tekanan positif dari BiPAP berdasarkan fase respirasi pasien, baik inspirasi maupun ekspirasi. Oleh karena itu, pemasangan CPAP tidak memerlukan penyesuaian tekanan berdasarkan fase respirasi pasien, di mana pasien perlu untuk menginisiasi pernapasannya secara mandiri.[1,2]