Teknik Terapi CPAP
Teknik terapi CPAP (continuous positive airway pressure) termasuk mempersiapkan pasien, memastikan kelengkapan komponen peralatan CPAP yang digunakan, menentukan posisi pasien saat dilakukan terapi CPAP, melakukan prosedur lengkap pemasangan CPAP, serta melakukan follow up.
Persiapan Pasien
Edukasi menjadi bagian yang sangat penting dalam mempersiapkan pasien menggunakan CPAP, terutama yang belum pernah sama sekali menggunakan alat bantuan napas apa pun. Pasien perlu diterangkan mengenai kondisi penyakitnya yang memerlukan terapi CPAP, dan apa tujuan akhir dari terapinya. Setelah diberikan edukasi, pasien diminta persetujuan atau informed consent.[2,6,7]
Pasien yang dirawat inap perlu berada di ruangan dengan pencahayaan baik, dan jumlah perawat yang cukup untuk memonitor status pasien. Pada pasien neonatus atau bayi, penggunaan CPAP perlu dilakukan di neonatal intensive care unit (NICU) atau pediatric intensive care unit (PICU) dengan rasio perawat:pasien sebanyak 1:2 ketika kondisi pasien stabil, atau 1:1 ketika kondisi tidak stabil.[2,3]
Pada pasien yang dicurigai atau terkonfirmasi COVID-19, terapi CPAP direkomendasikan untuk dilakukan di ruangan yang memiliki tekanan negatif dan memiliki siklus aliran udara yang baik.[2,6,7]
Sedangkan untuk pasien obstructive sleep apnea (OSA), harus dipastikan terlebih dahulu rekomendasi pengaturan alat CPAP yang sesuai bagi kondisi pasien. Rekomendasi parameter pengaturan tersebut dapat diperoleh dari dokter atau ahli fisioterapi yang menangani OSA. Edukasi lain agar dapat mengoptimalkan hasil terapi OSA dengan CPAP adalah menganjurkan pasien tidur dalam posisi terlentang (supine), menurunkan berat badan yang berlebihan, serta mengurangi konsumsi alkohol.[24]
Peralatan
Peralatan CPAP terdiri dari mesin CPAP, kabel power, air tube, water chamber, dan nasal kanul/nasopharyngeal tube/orofacial mask.
Mesin CPAP dan Kabel Power
Mesin CPAP memiliki mode pengaturan yang dapat disesuaikan dengan indikasi pasien menggunakan CPAP. Mesin ini dapat menyala karena adanya koneksi yang stabil ke daya listrik melalui kabel power.[1,2]
Sebuah mesin CPAP biasanya memiliki tali pengikat untuk memposisikan masker/selang yang terhubung dengan pipa menuju motor mesin. Motor mesin bekerja meniupkan udara ke dalam pipa, dan ke saringan udara (air filter) untuk memurnikan udara yang masuk ke hidung.[1,2,8]
Air Tube dan Water Tube
Air tube berfungsi untuk menghubungkan nasal kanul/nasopharyngeal tube/orofacial mask dengan mesin CPAP. Sedangkan water tube berfungsi untuk menambahkan kelembaban udara pada aliran udara yang dihembuskan mesin CPAP. Pada penggunaan suplementasi oksigen, dapat ditambahkan konektor oksigen yang berfungsi mengalirkan oksigen ke dalam air tube CPAP.[1,2,8]
Nasal Kanul, Nasopharingeal Tube, atau Orofacial Mask
CPAP dapat diberikan dalam beberapa cara, yaitu nasal, masker orofasial,
Nasal CPAP:
Aliran oksigen diberikan melalui nasal kanul yang dipasang di lubang hidung, atau masker kecil yang ukurannya tepat menutupi kedua lubang hidung. Nasal CPAP cocok diberikan pada pasien yang tenang dan kooperatif, tidak sedang mengalami penyakit derajat berat, masih aktif makan dan minum melalui mulut, atau penderita klaustrofobia dengan orofacial mask.[7,9,11]
Orofacial Mask CPAP:
CPAP menggunakan masker oksigen penuh (face-mask) yang diletakkan pada wajah dan menutupi area hidung dan mulut. CPAP orofacial mask lebih cocok diberikan pada pasien yang gelisah dan kurang kooperatif, memiliki tanda klinis penyakit derajat berat, dan yang lebih suka bernapas melalui mulut seperti pada fenomena pursed-lips.[7,9,11]
Nasopharyngeal Tube CPAP:
Selang nasofaringeal dimasukkan melalui lubang hidung hingga ujungnya mencapai nasofaring. Pemberian CPAP metode nasofaringeal lazim dijumpai pada pasien neonatus. CPAP via nasopharyngeal tube biasanya diberikan untuk menghindari stenosis subglotis atau barotrauma pada mukosa nasal. Keunggulan metode ini adalah fiksasi yang lebih baik daripada CPAP via nasal kanul atau orofacial mask.[9,28,30]
Secara umum, tidak didapatkan efikasi yang berbeda secara signifikan dari ketiga jenis CPAP tersebut. Namun, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa pasien OSA lebih nyaman menggunakan nasal CPAP. Sementara pada pasien neonatus, nasal dan nasopharyngeal CPAP lebih efektif daripada face-mask CPAP. Beberapa penelitian juga menyimpulkan bahwa short bi-nasal prongs lebih efektif untuk neonatus dibandingkan nasopharyngeal CPAP.[27-29]
Humidifier
Terapi CPAP menggunakan mesin yang dirancang khusus untuk memberikan aliran udara tekanan positif secara konstan, sehingga dapat menyebabkan mukosa saluran napas menjadi kering. Beberapa jenis mesin CPAP memiliki tambahan fitur humidifier yang bisa melembabkan saluran pernapasan.[1,2,8]
Posisi Pasien
Tidak ada pertimbangan posisi khusus pada pasien dewasa, tetapi CPAP lebih sering dilakukan pada pasien dewasa yang tidur dalam posisi supine.[8,9]
Posisi pada Neonatus atau Bayi
Pada pasien neonatus atau bayi, mulut dipastikan dalam kondisi tertutup dengan menggunakan pacifier atau tali dagu (chin strap). Posisi proning dapat dipertimbangan untuk meningkatkan oksigenasi dan memperbaiki konsistensi pola napas. Posisi supine dapat dipertimbangkan dengan menggunakan alas kepala berupa bantal khusus untuk menjaga posisi tetap lurus di tengah.[8,9]
Prosedural
Prosedur penggunaan mesin continuous positive airway pressure (CPAP) baik di dalam rumah sakit atau di rumah pasien tertera pada tabel-tabel di bawah. Pada penggunaan di rumah sakit, selanjutnya dilakukan pengaturan parameter pada mesin ventilator yang telah dihubungkan dengan CPAP.
Tabel 1. Prosedur Pemasangan CPAP
Sumber: Qorry, 2022.[8,9]
Tabel 2. Parameter pada Tahap Awal Pemasangan CPAP untuk Neonatus/Bayi
Tabel 3. Parameter Pemasangan CPAP yang Biasa Digunakan pada Pasien Dewasa
Follow up
Pasien yang menggunakan CPAP harus dimonitor secara ketat untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan terapi. Beberapa parameter yang perlu dimonitor saat penggunaan CPAP di rumah sakit adalah:
- Kepatuhan dan kesadaran pasien
- Tanda-tanda vital, yaitu tekanan darah, frekuensi nadi, laju pernapasan
- Saturasi oksigen dan analisis gas darah
- Konsentrasi oksigen inspirasi (FiO2) dan tekanan CPAP[1,3,9,12]
Adanya penurunan kesadaran atau apnea panjang merupakan indikasi tindakan evaluasi segera, untuk menghentikan CPAP dan menggantinya dengan intubasi endotrakeal. Tanda lain untuk mempertimbangkan intubasi di antaranya:
- Peningkatan kebutuhan oksigen atau usaha napas
- Peningkatan PaCO2 hingga >60 mmHg disertai pH <7,25, meskipun telah dipasang CPAP
- Peningkatan FiO2 dan hipoksia
- Apnea rekuren[1,3,4,9]
Sedangkan tanda perbaikan pada pasien, sehingga terapi CPAP dapat dihentikan, adalah bila seluruh kriteria di bawah terpenuhi:
- Laju napas <25 kali/menit
- Saturasi oksigen >93%
- FiO2 <40%
- Usaha pernapasan normal, di mana tidak ada distress maupun pemakaian otot pernapasan tambahan[1,3,9]
Pada pasien obstructive sleep apnea (OSA) yang disarankan menggunakan CPAP, sebaiknya dijadwalkan untuk evaluasi gejala OSA yang mengganggu setelah 2 bulan pertama menggunakan CPAP. Konsultasi dapat dilakukan ke dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).[31]