Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Indikasi Terapi CPAP general_alomedika 2023-07-13T12:19:04+07:00 2023-07-13T12:19:04+07:00
Terapi CPAP
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Indikasi Terapi CPAP

Oleh :
dr. Qorry Amanda, M.Biomed
Share To Social Media:

Indikasi utama terapi CPAP (continuous positive airway pressure) adalah untuk mempertahankan patensi dan mencegah kolaps saluran napas atau airway. Terdapat beberapa kondisi yang memiliki komplikasi kolaps saluran nafas, di antaranya gagal napas, pemasangan intubasi endotrakeal, atau obstructive sleep apnea (OSA).

Gagal Napas

Terapi CPAP umumnya lebih berhasil untuk  pasien gagal napas tipe I. Gangguan utama gagal napas I adalah proses difusi oksigen pada membran alveolar-kapiler paru yang rusak. Gejala utama gagal napas tipe I adalah hipoksemia tanpa disertai hiperkapnia. Pada pemeriksaan tanda vital, laju pernapasan naik hingga >25 kali/menit pada pasien dewasa dan >60 kali/menit pada neonatus.[16-18]

Pada pemeriksaan analisis gas darah, gagal napas tipe I ditandai dengan tekanan oksigen (paO2) <60 mmHg atau <8 Kpa, dan tekanan karbondioksida (PaCO2) yang cenderung normal atau dapat sedikit turun. PaO2 pada gagal napas I tetap rendah meskipun telah diberi terapi oksigen aliran tinggi >45%, sehingga dipertimbangkan diberikan aliran udara bertekanan positif dari CPAP.[16-18]

Contoh gagal napas tipe I adalah pneumonia, bronkitis, bronkiolitis, pneumonitis, edema paru akut, dan emboli paru. CPAP juga dapat digunakan pada pasien neonatus yang mengalami distress pernapasan akut karena gangguan anatomi, seperti tracheomalacia, hyaline membrane disease, dan transient tachypnea of the newborn.[16-18]

Pemasangan Intubasi Endotrakeal

Tindakan CPAP juga dapat digunakan untuk oksigenasi sebelum dilakukan intubasi endotrakeal, atau untuk pasien yang telah di ekstubasi tetapi masih membutuhkan tekanan positif untuk ventilasi respirasinya.[19,20]

CPAP juga kadang digunakan pada pasien dengan penyakit terminal yang memiliki status DNR (do not resuscitate).[21]

Obstructive Sleep Apnea

Terapi CPAP saat ini dapat digunakan di rumah pasien obstructive sleep apnea (OSA), yang memiliki kondisi:

  • Respiratory disturbance index (RDI) ≥15 kejadian per jam, dengan/tanpa gejala

  • RDI 5−14 kejadian per jam, yang disertai salah satu gejala mengantuk, nonrestorative sleep, kelelahan atau gejala insomnia, mendengkur, hipertensi, gangguan mood, gangguan kognitif, penyakit arteri koroner, stroke, gagal jantung kongesti, atrial fibrilasi, atau diabetes mellitus tipe 2

RDI atau indeks respiratory disturbance diartikan sebagai jumlah terjadinya obstructive sleep apnea, obstructive hypopnea, dan respiratory effort related arousal (RERA) per jam saat tidur. Sedangkan gejala kelelahan atau insomnia akibat OSA termasuk kondisi terbangun dari tidur dengan masih menahan napas, terengah-engah, atau perasaan seperti tercekik.[4]

COVID-19

Dalam penanganan hipoksia akibat COVID-19, National Health Service di Inggris lebih menyukai metode pemberian oksigen tekanan positif non invasif melalui CPAP daripada high flow nasal oxygen (HFNO).[4]

Meskipun HFNO memiliki ambang toleransi yang baik bagi sebagian besar pasien, tetapi HFNO menggunakan sumber oksigen yang lebih besar daripada CPAP. Dalam kondisi pandemi COVID-19 dimana oksigen menjadi kebutuhan penting bagi setiap fasilitas pelayanan kesehatan, hal ini menjadi pertimbangan.[21,22]

Referensi

4. Kryger M. Maholtra A. Management of obstructive sleep apnea in adults. UpToDate. 2021. https://www.uptodate.com/contents/management-of-obstructive-sleep-apnea-in-adults
16. Shebl E. Burns B. Respiratory Failure. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK526127/
17. Göksu E. Kılıç D. İbze S. Non-invasive ventilation in the ED: Whom, When, How?. Turkish journal of emergency medicine, 18(2), 52–56. 2018. https://doi.org/10.1016/j.tjem.2018.01.002
18. Yadav S. Lee B. Kamity R. Neonatal Respiratory Distress Syndrome. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK560779/
19. Rajan S. Joseph N. Tosh P. et al. Effects of Preoxygenation with Tidal Volume Breathing Followed by Apneic Oxygenation with and without Continuous Positive Airway Pressure on Duration of Safe Apnea Time and Arterial Blood Gases. Anesthesia, essays and researches, 12(1), 229–233. 2018. https://doi.org/10.4103/aer.AER_219_17
20. Saeed F. Lasrado S. Extubation. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539804/
21. MichiganGov. CPAP/BiPAP Administration. Michigan General Procedure. 2019. https://www.michigan.gov/documents/mdch/CPAP_BiPAP_administration_298302_7.pdf
22. Guan L. Zhou L. Le Grange JM., et al. Non-invasive ventilation in the treatment of early hypoxemic respiratory failure caused by COVID-19: considering nasal CPAP as the first choice. Critical care (London, England), 24(1), 333. 2020. https://doi.org/10.1186/s13054-020-03054-7

Pendahuluan Terapi CPAP
Kontraindikasi Terapi CPAP

Artikel Terkait

  • Agonis Reseptor Glucagon-like Peptide-1 pada Penanganan Obstructive Sleep Apnea
    Agonis Reseptor Glucagon-like Peptide-1 pada Penanganan Obstructive Sleep Apnea
  • Perawatan Alat CPAP di Rumah
    Perawatan Alat CPAP di Rumah
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 05 November 2024, 21:48
Sleep apnea pada anak yang sudah pernah tonsilektomi
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Hallo dok, saya ijin konsultasi. Ada anak yang sudah pernah riwayat operasi Amandel, namun keluhannya masih mengorok dan tiba2 seperti henti nafasnya. Apa...
Anonymous
Dibalas 03 Februari 2024, 07:06
Kapan perlu merujuk pasien dengan Obstructive Sleep Apnea (OSA)?
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin konsultasi dok saya memiliki pasien dengan curiga ke arah Obstructive Sleep Apnea (OSA) dengan score ESS 7. Yang saya tanyakan dok, kapan...
dr.Olvy Sekarsari Octaviana
Dibalas 28 April 2023, 09:09
Tata Laksana Obstructive Sleep Apnea (OSA) di layanan primer
Oleh: dr.Olvy Sekarsari Octaviana
1 Balasan
ALO Dokter, izin berdiskusi.. ketika dalam praktek layanan primer atau dalam praktek telemedicine ditemukan pasien dengan diagnosis mengarah pada OSA, terapi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.