Pedoman Klinis Trakeostomi
Pedoman klinis trakeostomi yang penting diingat adalah penentuan indikasi yang ada apakah bersifat darurat atau elektif, kemudian diikuti dengan permintaan informed consent dari pasien/keluarganya, persiapan sebelum tindakan, langkah-langkah prosedural, dan perawatan setelah tindakan. Poin-poin yang perlu diperhatikan adalah:
- Trakeostomi terutama dilakukan untuk mengatasi obstruksi jalan napas atas akibat benda asing, anafilaksis, infeksi, neoplasma, dan trauma pada pasien yang tidak bisa menerima intubasi endotrakeal. Selain itu, trakeostomi juga dapat dilakukan untuk membantu pulmonary toilet dan mengganti intubasi pada pasien yang tergantung ventilator dalam waktu lama
- Trakeostomi dapat dilakukan secara bedah terbuka maupun secara perkutan sesuai dengan kondisi pasien dan keahlian masing-masing dokter
- Perawatan luka, suction kanul dalam, dan pembersihan gigi serta daerah orofaring perlu dilakukan setiap hari sampai waktu dekanulasi
- Balon kanul selalu dikempiskan kecuali bila ada kepentingan untuk memfasilitasi ventilasi mekanik. Komunikasi dengan pasien harus terus dilakukan untuk menilai integritas neurologis dan psikologis pascatindakan
- Untuk mencegah aspirasi, kemampuan menelan juga perlu terus dievaluasi. Jika terdapat disfagia, sebaiknya ditata laksana dengan manipulasi kanul trakeostomi, perubahan diet, perubahan posisi, dan penggunaan selang makan
- Indikasi utama dekanulasi adalah pasien tidak lagi memerlukan proteksi jalan napas (misalnya refleks menelan dan batuk baik) dan/atau tidak memerlukan ventilasi mekanik lagi[6-8]