Teknik Tes IQ
Teknik tes intelligence quotient atau tes IQ terdiri dari dua jenis, yaitu pertanyaan atau perintah verbal seperti menyebutkan definisi suatu kata dan tugas atau kegiatan nonverbal, misalnya menyusun balok mainan. Secara umum, tes IQ dapat menilai kemampuan verbal, aritmatik, visuospasial, dan pemecahan masalah.[3]
Persiapan Pasien
Tidak ada persiapan khusus yang diperlukan sebelum tes IQ. Pasien hanya diminta untuk tenang dan rileks, menggunakan pakaian yang membuat dirinya merasa nyaman, dan memastikan bahwa kondisi fisiknya sehat dengan istirahat cukup.[11]
Peralatan
Ruangan yang digunakan untuk tes IQ dapat memengaruhi hasil tes. Ruangan sebaiknya terpisah dari ruangan lain dan nyaman bagi pasien, relatif tenang, dan tidak menimbulkan situasi stressful (misalnya tidak diawasi orang tua atau guru). Jarak pemeriksa tidak boleh terlalu dekat agar pasien tidak terintimidasi tetapi juga tidak boleh terlalu jauh agar pasien bisa mendengarkan instruksi dengan baik.[11]
Untuk masing-masing skala Stanford Binet dan skala Wechsler, terdapat satu set daftar alat standar untuk digunakan. Alat-alat tersebut meliputi daftar pertanyaan, kartu-kartu petunjuk dan perintah, serta alat dan bahan untuk tugas-tugas nonverbal.[2,12]
Posisi Pasien
Saat tes IQ, posisi pasien sebaiknya duduk di hadapan pemeriksa dengan dipisahkan oleh sebuah meja.[2,11,12]
Prosedural
Pelaksanaan tes IQ membutuhkan waktu sekitar 45 menit sampai 2 jam. Tes IQ bisa dijalankan oleh psikolog atau psikiater.
Skala Stanford Binet
Skala ini umumnya digunakan untuk anak dan remaja. Skala Stanford Binet menilai 5 faktor kognitif secara umum. Setiap faktor dinilai dengan aktivitas verbal dan nonverbal. Kelima faktor tersebut adalah:
Fluid reasoning, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah baru
Quantitative reasoning, yaitu kemampuan untuk memecahkan masalah dengan angka dan kalimat, serta memahami konsep dasar angka
Visual spatial processing, yaitu kemampuan untuk mengenali hubungan antara objek-objek tertentu, mengenali orientasi spasial, dan menganalisis pola
Working memory, yaitu kemampuan untuk memproses dan mempertahankan informasi verbal dan nonverbal serta menginterpretasikannya
- Pengetahuan, yaitu kemampuan untuk menyerap informasi secara umum yang telah terakumulasi seiring waktu melalui pengalaman di rumah, sekolah, tempat kerja, dan lingkungan secara umum[2,12]
Skala Stanford Binet terdiri dari sekelompok pertanyaan dan aktivitas nonverbal untuk menilai kelima faktor tersebut, dengan berbagai tingkat kesulitan berdasarkan usia tertentu, mulai dari usia 2 tahun.[2,12]
Pemeriksa memulai tes dengan memberikan subtes object-series matrices dan vocabulary untuk menentukan aktivitas yang akan ditanyakan kepada pasien mulai dari aktivitas untuk umur tertentu. Pertanyaan dan aktivitas nonverbal kemudian ditingkatkan kesulitannya sampai pertanyaan yang sesuai dengan usia kronologis pasien atau sampai pasien tidak lagi mampu menjawab pertanyaan dan menyelesaikan aktivitas yang diberikan.
Penghitungan IQ untuk skala Stanford Binet adalah dengan membandingkan usia mental (MA) berdasarkan hasil tes yang diselesaikan dengan usia kronologis (CA) sesuai umur pasien dikalikan 100. Rumusnya adalah IQ = MA/CA x 100. Misalnya, seorang anak berusia 12 tahun hanya mampu menyelesaikan tes untuk anak 9 tahun, maka IQ anak tersebut adalah 9/12 x 100 = 75. Klasifikasi IQ berdasarkan skala Stanford Binet dapat dilihat pada tabel di bawah.[2,12]
Tabel 1. Klasifikasi IQ berdasarkan skala Stanford Binet
Sangat superior | 140 ke atas |
Superior | 120–139 |
Rata-rata tinggi | 110–119 |
Normal atau rata-rata | 100–109 |
Rata-rata rendah | 80–89 |
Borderline | 60–79 |
Disabilitas intelektual | 30–69 |
Sumber: dr. Irwan Supriyanto, Ph.D., Sp.KJ, 2021[2,6,12]
Skala Wechsler
Kelemahan skala Stanford Binet adalah hanya dapat digunakan pada anak dan remaja. Maka dari itu, David Wechsler mengembangkan skala yang bisa digunakan pada anak, remaja, maupun orang dewasa.
Berbeda dengan skala Stanford Binet di mana pertanyaan dan aktivitas nonverbal mencakup 5 faktor yang dikelompokkan untuk tiap grup umur tertentu, pertanyaan di skala Wechsler dikelompokkan ke dalam subtes. Skala Wechsler terdiri dari 3 jenis tes yang digunakan untuk kelompok umur yang berbeda-beda:
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence dikembangkan untuk anak usia prasekolah. Revisi terakhir tes ini adalah edisi ke–4 tahun 2012
Wechsler Intelligence Scale for Children dikembangkan untuk anak usia sekolah dan remaja. Revisi terakhir tes ini adalah edisi ke–5 tahun 2014
Wechsler Adult Intelligence Scale dikembangkan untuk pasien usia 16 tahun ke atas. Revisi terakhir tes ini adalah edisi ke–4 tahun 2008[2,6,12]
Dalam skala Wechsler, tugas dan pertanyaan yang mampu dikerjakan seseorang dalam kelompok umur tertentu sudah ditentukan. Tugas dan pertanyaan terdiri dari 15 subtes. Berdasarkan nilai 15 subtes tersebut, skor-skor indeks akan diukur, yaitu skor verbal comprehension, perceptual reasoning, working memory, processing speed, serta full scale IQ.
Lima belas subtes dalam Wechsler Adult Intelligence Scale adalah sebagai berikut:
Vocabulary (verbal comprehension), di mana pasien diminta mendefinisikan kata-kata yang semakin lama semakin sulit
Similarities (verbal comprehension), di mana pasien diminta menjelaskan persamaan dua item
Arithmetic (working memory), di mana pasien diminta menyelesaikan masalah-masalah aritmetik yang sering ditemui di buku-buku sekolah. Masalah disampaikan secara oral dan pasien tidak boleh menggunakan alat bantu untuk menghitung
Digit span (working memory) untuk menilai memori jangka pendek dan atensi, pemeriksa menyampaikan tiga set angka pada pasien. Saat set pertama, pasien hanya diminta mengulangi. Saat set kedua, pasien diminta mengulangi dari belakang. Sementara itu, untuk set ketiga, pasien diminta mengurutkan dari yang terkecil
Information (verbal comprehension), di mana pasien diminta menjawab pertanyaan singkat terkait pengetahuan umum yang sering ditemui dalam hidup sehari-hari dan dalam interaksi budaya
Comprehension (verbal comprehension, supplemental subtest), di mana pasien diminta menerangkan kenapa prosedur tertentu harus dikerjakan, menginterpretasikan peribahasa, dan menentukan apa yang harus dilakukan pada situasi tertentu. Subtes ini menilai akal sehat pasien dan penilaian praktis dalam menyelesaikan masalah
Letter-number sequencing (working memory, supplemental subtest), di mana pemeriksa membacakan kombinasi huruf dan angka, lalu pasien menyebutkan angka mulai dari yang terkecil dan menyebutkan huruf sesuai urutan alfabet
Picture completion (perceptual reasoning, supplemental subtest) yang berisi sejumlah kartu berwarna, masing-masing menunjukkan gambar dengan satu bagian yang hilang. Pasien harus mengidentifikasi bagian yang hilang
Coding (processing speed), di mana pasien diminta mengisi bagian yang kosong pada sebuah seri angka yang panjang dengan menggunakan kunci yang diberikan
Block design (perceptual reasoning), di mana pasien harus menyusun hingga 9 blok mainan untuk membentuk desain yang terdapat dalam sejumlah kartu
Matrix reasoning (perceptual reasoning) yang berisi item untuk menilai kemampuan pemrosesan informasi visual dan keterampilan reasoning abstrak
Symbol search (processing speed) yang berisi item yang meminta pasien untuk menentukan apakah ada simbol stimulus yang muncul dalam sebuah deret
Visual puzzles (perceptual reasoning) yang terdiri dari sebuah daftar potongan puzzle, pasien diminta memilih potongan-potongan yang bila disatukan akan membentuk puzzle sesuai yang ditunjukkan
Figure weights (perceptual reasoning, supplemental subtest), di mana pasien diminta melihat gambar dua dimensi sebuah timbangan lalu memilih bandul pemberat yang sesuai agar timbangan tersebut seimbang
Cancellation (processing speed, supplemental subtest), di mana pasien diminta untuk melihat sebuah daftar bentuk bangun dan menandai bentuk bangun target[2,12]
Setelah tes selesai, nilai kasar semua subtes akan dikonversi menjadi nilai standar sesuai kelompok umur pasien. Full-scale IQ dan skor indeks dihitung dengan menjumlahkan skor pada subtes yang sesuai kemudian mengonversikannya menjadi skor yang ekuivalen dengan skor IQ. Rentang klasifikasi skor IQ untuk Wechsler Adult Intelligence Scale sama dengan skala Stanford Binet. Akan tetapi, hasil kedua pemeriksaan ini tidak dapat saling ditukarkan.[2,12]
Follow Up
Setelah melakukan tes IQ, dokter kemudian melakukan interpretasi. Proses ini harus mempertimbangkan keterbatasan yang dimiliki tes IQ. Penelitian menunjukkan adanya celah dalam interpretasi yang bisa berdampak negatif terhadap faktor-faktor penting perkembangan manusia.[12,13]
Celah interpretasi (interpretive gap) adalah adanya akses yang lebih mudah untuk mendapatkan pendidikan, pekerjaan, dan berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk perkembangan yang baik bagi mereka yang mempunyai IQ tinggi. Sementara itu, kondisi yang sebaliknya mungkin dialami oleh mereka yang mempunyai IQ kurang.
Dokter harus teliti menilai ada tidaknya faktor-faktor yang bisa menyebabkan penurunan kinerja dalam pengerjaan tes IQ, misalnya gangguan penglihatan atau pendengaran. Terlebih lagi, hasil tes IQ anak-anak akan cenderung berubah seiring waktu mengikuti perkembangannya.
Perkembangan atau penurunan kemampuan berbahasa anak-anak biasanya berkaitan dengan masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Sementara itu, perubahan kognitif pada remaja umumnya berhubungan dengan perubahan di otak yang dialami saat masa perkembangannya. Oleh karena itu, hasil tes IQ mungkin tidak bisa menangkap seluruh kapasitas yang dimiliki anak.[14]
Sebagai tambahan, adanya “Flynn effect”, pertanyaan-pertanyaan yang kedaluwarsa, dan jawaban-jawaban normatif mungkin bisa menyebabkan skor IQ menjadi lebih tinggi. “Flynn effect” adalah fenomena peningkatan skor IQ 3 poin tiap dekadenya. Karena revisi terakhir skala Stanford Binet dan Wechsler Adult Intelligence Scale sudah terjadi beberapa tahun lalu, maka hasil pengukuran skor IQ perlu disesuaikan.[15,16]
Beberapa studi menunjukkan bahwa pendidikan orang tua juga bisa memengaruhi skor IQ anak-anak dengan disabilitas intelektual, misalnya pada anak-anak dengan sindrom Down. Terdapat perbedaan yang jelas antara skor verbal dan nonverbal.[17]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli