Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Rontgen Tulang Belakang general_alomedika 2024-03-08T09:54:50+07:00 2024-03-08T09:54:50+07:00
Rontgen Tulang Belakang
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Rontgen Tulang Belakang

Oleh :
dr. Henggar Allest Pratama
Share To Social Media:

Teknik rontgen tulang belakang dilakukan terpisah menurut regio tulang belakang, yaitu servikal, torakal, lumbal, dan sakral. Pemeriksaan dapat dilakukan secara anteroposterior dan lateral. Pemeriksaan pada dua sisi penting untuk mendeteksi kelainan tulang belakang secara akurat.[1,8]

Persiapan Pasien

Pada umumnya, rontgen tulang belakang tidak memerlukan persiapan khusus. Lakukan informed consent, pemeriksaan label, dan pastikan identitas sesuai.[1,8]

Informed Consent

Pasien diberikan penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan, termasuk indikasi dan risiko pemeriksaan. Pada kondisi gawat darurat, dimana informed consent secara langsung tidak dapat dilakukan, maka dapat diwakilkan kepada keluarga pasien atau yang mewakili.[1,8]

Pemeriksaan Label dan Identitas

Sebelum dilakukan rontgen tulang belakang, perlu dilakukan pemeriksaan label terkait data nama lengkap, tempat tanggal lahir, nomor rekam medis, tanggal pemeriksaan, posisi dan letak pemeriksaan yang diminta.[1,8]

Persiapan Lain

Persiapan lain yang perlu dilakukan agar kualitas foto baik antara lain melepas pakaian, memakai gaun pemeriksaan, melepas perhiasan, kawat bra (pada wanita), dan segala jenis logam yang bisa menjadi artefak.[1,8]

Peralatan

Beberapa peralatan yang digunakan untuk rontgen tulang belakang, antara lain X-ray generator, X-ray cassette, X-ray film, meja baring, serta mesin X-ray portable yang dapat dibawa ke tempat tidur pasien dan ruang gawat darurat.[1,8]

X-ray Generator

X-ray generator merupakan komponen utama peralatan pemeriksaan rontgen tulang belakang. Terdapat 3 bagian utama pada x-ray generator, yaitu x-ray tube, sumber daya listrik bertegangan tinggi, dan unit kontrol.[1,8]

X‐ray Cassettes

X-ray cassettes umumnya kaku dengan sisi belakang terbuat dari bahan timah untuk mengurangi backscatter, serta terdapat karet atau kain untuk kontak dengan screen film system, dan sisi depannya terbuat dari plastik atau karbon.[1,8]

X‐ray Films

X-ray films menampilkan gambar radiografi yang terdiri dari emulsi, paling umum silver bromide (AgBr), yang ketika terpapar cahaya akan menghasilkan ion perak (Ag+) dan elektron. Modalitas ini sudah mulai tergantikan dengan sistem digital.[1,8]

Meja Baring

Meja baring dilengkapi dengan matras untuk pemeriksaan dengan posisi terlentang.[1,8]

Mesin X-ray Portable

Mesin x-ray portable merupakan mesin yang dapat dibawa ke tempat tidur pasien atau ruang gawat darurat.[1,8]

Posisi Pasien

Rontgen tulang belakang dapat dilakukan pada regio servikal, torakal, lumbal, dan sakral.

Teknik Rontgen Servikal

Rontgen servikalis dapat dilakukan pada berbagai posisi, seperti posisi lateral dan anteroposterior.

Lateral Servikalis:

Rontgen tulang belakang pada posisi lateral servikalis dapat dilakukan dengan posisi erect lateral dan posisi recumbent lateral.

Posisi erect lateral dapat dilakukan dengan leher fleksi untuk memperlihatkan C1 dan C2. Posisi kepala tegak ke depan. Arah sinar sentrasi pada tulang belakang setinggi dagu.

Pada posisi recumbent lateral, pasien tidur telentang, film  berada di samping leher dan sinar sentrasi horizontal 2-3 cm kaudal mastoid tip.

Hasil pada posisi lateral servikalis menggambarkan korpus tulang belakang,  sendi  apofiseal,  prosesus  spinosus,  diskus invertebralis dari C1-C7. Pada rontgen posisi ini, tidak diperbolehkan rotasi kepala karena akan superimpose pada kedua ramus mandibula; atau rotasi badan yang akan mengakibatkan superimpose kanan dan kiri sendi apofiseal. Saat melakukan pengambilan gambar, bahu harus diturunkan sejauh mungkin agar C7 terlihat jelas.

Selain itu, juga terlihat 5 garis normal spina servikalis, yaitu garis tulang belakang anterior, garis tulang belakang posterior, garis spinolaminar, garis spinosus posterior, dan garis clivus odontoid. Akan terlihat pula 2 area, yaitu jarak dinding posterior faringeal dengan anteroinferior tonjolan C2 (normal < 7 mm) dan jarak dinding posterior trakea dengan anteroinferior tonjolan C6 (normal < 22 mm pada orang dewasa dan < 14 mm pada anak).[1,9]

Anterioposterior Servikalis:

Rontgen anteroposterior servikalis dapat dilakukan pada posisi erect atau supinasi dengan kepala lurus ke depan dan tangan di samping. Sinar sentrasi terhadap C4 (batas bawah kartilago tiroid) dengan sudut 15-20 derajat cephaled.

Posisi anteroposterior servikalis seharusnya dapat memperlihatkan korpus vertebra, pedikel, dan diskus invertebralis dari C3-C7, dapat juga terlihat T1-T2. Selain itu, juga terlihat mandibula dan basal tengkorak superimpose dengan C1 dan C2.[1,9]

Anterioposterior Open Mouth Servikalis:

Rontgen tulang belakang anteroposterior open mouth servikalis dapat dilakukan pada posisi yang sama dengan posisi anteroposterior servikalis. Bedanya, pada saat paparan, pasien diminta untuk membuka mulut selebar mungkin dengan hanya membuka rahang bawah tanpa mengubah kepala, sambil mengucapkan ‘aaah’ agar lidah tetap di dasar mulut.

Tujuan proyeksi ini yaitu untuk memvisualisasi struktur C1 dan C2, odontoid procces, korpus tulang belakang C2, lateral mass C1, dan sendi atlantoaxial C1-C2.[1,9]

Anterior dan Posterior Oblique Servikal:

Rontgen tulang belakang pada posisi anterior dan posterior oblique servikal dapat dilakukan dalam posisi erect atau recumbent. Namun, posisi erect biasanya lebih nyaman. Pasien dapat melakukan rotasi pada seluruh badan dan kepala dengan sudut 45 derajat. Sinar sentrasi pada C4 dengan sudut 15-20 derajat cephaled. Proyeksi jenis ini efektif untuk memperlihatkan foramina umco intervertebra dan pedikel.[1,9]

Lateral Servikotorakalis (Swimmer’s):

Pada posisi ini, pasien pronasi dengan lengan kiri ke depan, membentuk sudut 180 derajat dan lengan kanan di samping seperti orang berenang. Sentrasi sinar horizontal ke arah aksial, sedangkan film berada di sebelah kanan. Pada saat pengambilan gambar, usahakan untuk menjaga toraks dan kepala dalam posisi lateral.

Tujuan foto pada posisi ini yaitu untuk memperlihatkan inferior- vertebra servikalis C7, dan superiorvertebra torakalis T1-T2. Rontgen pada posisi ini akan menampakan korpus vertebra, diskus intervertebralis, dan sendi zigapofiseal dari C4-T3.[1,9]

Lateral Hiperekstensi dan Hiperfleksi:

Pada posisi ini, pasien bersikap erect lateral  dengan lengan di samping, sentrasi sinar horizontal pada C4. Bila pada posisi hiperfleksi, dagu pasien ditekan sampai menempel dada dan bila hiperekstensi, dagu diangkat dan kepala ke arah belakang sejauh mungkin.

Rontgen pada posisi ini dilakukan untuk studi terhadap fungsi gerak tulang belakang servikalis. Hasil foto pada posisi ini menunjukkan kurva spinal C1-C7. Pada hiperfleksi, tampak prosessus spinosus terpisah dan pada hiperekstensi, tampak prosessus spinosus merapat.[1,9]

Teknik Rontgen Torakal

Pada rontgen tulang belakang thorakalis, terdapat beberapa posisi pengambilan foto seperti yang akan dijelaskan berikut ini.

Anteroposterior Thorakalis:

Pada posisi anteroposterior thorakalis, pasien tidur telentang dengan sedikit menekuk lutut untuk melihat kifosis. Sentrasi sinar dilakukan secara vertikal ke 3 cm arah posterior dari prosessus xiphoid.

Posisi ini akan memperlihatkan korpus tulang belakang, pedikel, dan diskus intervertebralis. Pada posisi ini, tinggi dari vertebra dapat ditentukan dan perubahan garis paraspinal dapat dievaluasi. [1,10]

Lateral Torakalis:

Pasien bisa dalam sikap erect atau supinasi. Sentrasi sinar diarahkan ke T7 atau T6 dengan sudut 10 derajat cephalad. Hasil rontgen ini menggambarkan badan vertebra, diskus intervetebralis, dan foramina intervertebralis.[1,10]

Oblique Anterior atau Posterior Torakal:

Pasien dapat melakukan dengan sikap lateral erect atau supinasi dengan badan rotasi 20 derajat termasuk bahu dan pelvis. Pasien diminta untuk menekuk lututnya agar stabil.

Hasil rontgen akan memperlihatkan sendi apofiseal. Oblique anterior memperlihatkan sendi apofiseal yang terdekat dengan film, sedangkan pada posisi oblique posterior menunjukkan sendi yang jauh dari film.[1,10]

Teknik Rontgen Lumbalis

Rontgen tulang belakang regio lumbal juga bisa dilakukan pada berbagai posisi, termasuk anteroposterior dan posteroanterior.

Anteroposterior atau Posteroanterior Lumbal:

Pada posisi ini, pasien dalam posisi telentang dengan lutut ditekuk, tangan dilipat di dada. Selain itu, pasien juga dapat melakukannya dengan posisi tidur telentang dan kedua lengan diangkat ke samping kepala. Sentrasi sinar diarahkan pada sentral abdomen setinggi krista iliaka. Hasil rontgen pada posisi ini akan memperlihatkan badan lumbalis, diskus intervertebralis, prosessus spinosus dan transversus, pedikel, sendi sakroiliaka, dan sakrum.[1,11]

Oblique Posterior atau Anterior Lumbal:

Pada posisi ini, pasien dalam posisi semisupinasi dengan sudut 45 derajat atau semi pronasi dengan sudut 45 derajat. Lutut ditekuk untuk stabilitas. Sentrasi diarahkan pada L3.

Pada posisi ini akan tampak sendi apofiseal terbuka yang menggambarkan ‘scotty dog’ dengan pedikel sebagai mata, prosessus transversus sebagai hidung, prosessus artikularis superior sebagai telinga, pars interartikularis sebagai leher, dan prosessus artikularis inferior sebagai kaki.[1,11]

Lateral Lumbal:

Pada teknik ini, posisi pasien lateral recumbent dan lutut sedikit fleksi. Bila dada terlalu sempit atau pelvis lebar maka perlu sudut kaudal 5 atau 10 derajat. Sentrasi sinar diarahkan pada krista iliaka.

Rontgen pada posisi ini akan menampakkan foramina intervertebralis L1-L4, badan tulang belakang, diskus intervertebralis, prosessus spinosus, L5, dan sakrum.[1,11]

Lateral L5-S1:

Posisi ini dilakukan untuk melihat patologi L5 atau S1, misalnya pada spondilolistesis L4-5 atau L5-S1. Pasien mengambil posisi lateral recumbent dan sentrasi sinar pada 4 cm inferior krista iliaca. Hasil akan tampak L4 yang terbuka terhadap L5 dan L5 terhadap S1.[1,11]

Proyeksi Aksial L5-S1:

Pada proyeksi ini, posisi pasien telentang, sentrasi sinar cephaled bersudut 30 derajat untuk laki-laki atau 35 derajat untuk perempuan ke arah garis tengah (midline) setinggi krista iliaka. Rontgen akan menampakkan L5 terhadap S1 dan sendi sakroiliaka.[1,11]

Teknik Rontgen Sakrum dan Coccyx

Rontgen tulang belakang regio sakrum dan coccyx dapat dilakukan dalam proyeksi anteroposterior dan lateral.

Anteroposterior Aksial Sakrum:

Proyeksi anteroposterior aksial sakrum dilakukan dengan posisi telentang dan lutut sedikit fleksi. Sentrasi sinar pada cephaled 15 derajat ke arah garis tengah antara simpisis pubis dan spina iliaka anterior superior (SIAS). Bila posisi tengkurap, sinar cauded sebesar 15 derajat. Sebelum pemeriksaan, pasien diminta untuk buang air agar udara dan feses tidak menutupi tulang sakrum. Hasil rontgen akan menampakkan pubis dan foramina sakralis, sakroiliaca, dan sendi L5-S1.[1,12]

Anteroposterior Aksial Tulang Ekor:

Pasien pada posisi telentang dengan lutut sedikit fleksi. Sentrasi sinar caudad 10-15 derajat pada superior simpisis pubis agar coccyx tidak berada di atas pada simpisis pubis. Sebelum diperiksa, minta pasien buang air agar udara dan feses tidak menutupi coccyx. Proyeksi ini digunakan untuk melihat patologi pada coccyx.[1,12]

Posisi Lateral Tulang Sakrum dan Coccyx:

Pasien lateral recumbent dan sentrasi sinar pada posterior SIAS. Akan tampak tulang sakrum dan coccyx dari arah lateral.[1,12]

Teknik Rontgen Serial Skoliosis

Rontgen serial skoliosis dilakukan dalam beberapa proyeksi, yaitu:

  • Anteroposterior: pasien erect dan recumbent untuk perbandingan. Saat melakukan posisi erect, pasien harus berdiri. Rontgen ini memperlihatkan tulang belakang thorakalis dan lumbal hingga 3 cm di bawah krista iliaka
  • Lateral erect: pasien lateral erect dengan tangan ke atas dan dipastikan tidak ada rotasi. Akan tampak thorakalis dan lumbal dalam posisi lateral, batas bawah film harus tampak krista iliaka

  • Posteroanterior metode Ferguson : pasien berdiri menggunakan dua kaki, kemudian difoto lagi dalam posisi erect dengan satu kaki sesuai letak konveksitas vertebra, menginjak balok yang digunakan sebagai perbandingan. Pada proyeksi ini, pengambilan foto harus tampak seluruh tulang belakang thorakalis dan lumbal hingga 3 cm inferior krista iliaka
  • Anteroposterior atau posteroanterior bending: pasien bisa erect atau supinasi. Pasien diminta untuk mengambil posisi lateral fleksi kanan dan kiri sejauh mungkin. Akan tampak torakal dan lumbal dalam posisi lateral fleksi dengan krista iliaka[1,13]

Follow up

Follow up pada rontgen tulang belakang dilakukan setelah tindakan operasi. Hal ini berguna untuk melihat apakah tindakan yang dilakukan telah mendapatkan hasil yang baik. Selain itu, follow up dapat dilakukan dengan melanjutkan ke pemeriksaan yang lebih tinggi, seperti CT scan dan MRI, sesuai indikasi. Follow up juga bisa dilakukan untuk melihat kemajuan terapi, misalnya pada pasien skoliosis.[1,8,13]

Referensi

1. Yueniwati Y. Prosedur Pemeriksaan Radiologi: Untuk Mendeteksi Kelainan dan Cedera Tulang Belakang. Universitas Brawijaya Press; 2014 Feb 1. http://www.fk.ub.ac.id/wp-content/uploads/repository/dr_yuyun/1-Prosedur-Pemeriksaan-Radiologi-untuk-Mendeteksi-Kelainan-dan-Cedera-Tulang-Belakang.pdf
8. Sandstrom S. The WHO Manual of Diagnostic Imaging: Radiographic Technique and Projections. 2011. https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/42720/9789790440593_ind.pdf?sequence=3&isAllowed=y
9. Al Arif SM, Knapp K, Slabaugh G. Fully automatic cervical vertebrae segmentation framework for X-ray images. Computer methods and programs in biomedicine. 2018 Apr 1;157:95-111.
10. Van Dort MJ, Romme EA, Smeenk FW, Geusens PP, Wouters EF, van den Bergh JP. Diagnosis of vertebral deformities on chest CT and DXA compared to routine lateral thoracic spine X-ray. Osteoporosis International. 2018 Jun 1;29(6):1285-93.
11. Trigg SD, Devilbiss Z. Spine Conditions: Lumbar Spinal Stenosis. FP essentials. 2017 Oct 1;461:21-5.
12. Sudhir G, Kalra KL, Acharya S, Chahal R. Sacral insufficiency fractures mimicking lumbar spine pathology. Asian spine journal. 2016 Jun;10(3):558.
13. Shimizu T, Cerpa M, Lehman RA, Sielatycki JA, Pongmanee S, Lenke LG. Reciprocal Change in Sagittal Profiles After Adolescent Idiopathic Scoliosis Surgery With Segmental Pedicle Screw Construct: A Full-body X-ray Analysis. Spine. 2019 Dec 15;44(24):1705-14.

Kontraindikasi Rontgen Tulang Be...
Komplikasi Rontgen Tulang Belakang

Artikel Terkait

  • Suplementasi Kalsium dan Vitamin D Terbukti Tidak Menurunkan Insidensi Fraktur Pada Lansia
    Suplementasi Kalsium dan Vitamin D Terbukti Tidak Menurunkan Insidensi Fraktur Pada Lansia
  • Pencegahan dan Terapi Osteoporosis akibat Glukokortikoid
    Pencegahan dan Terapi Osteoporosis akibat Glukokortikoid
  • Teriparatide vs Risedronate untuk Osteoporosis Pencegahan Dan Terapi Osteoporosis Akibat Glukokortikoid Telaah Jurnal Alomedika
    Teriparatide vs Risedronate untuk Osteoporosis Pencegahan Dan Terapi Osteoporosis Akibat Glukokortikoid Telaah Jurnal Alomedika
  • Strategi Pencegahan Fraktur karena Osteoporosis
    Strategi Pencegahan Fraktur karena Osteoporosis
  • Suplementasi Kalsium dan Vitamin D3 untuk Mencegah Osteoporosis pada Pasien dengan Terapi Kortikosteroid Jangka Panjang
    Suplementasi Kalsium dan Vitamin D3 untuk Mencegah Osteoporosis pada Pasien dengan Terapi Kortikosteroid Jangka Panjang

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Gabriela
Dibalas 01 Agustus 2023, 15:17
Peran FRAX dalam Prediksi Risiko Fraktur pada Pasien Osteoporosis - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Gabriela
1 Balasan
ALO Dokter!Sudahkah Dokter menggunakan FRAX untuk memprediksi risiko fraktur pada pasien osteoporosis?Yuk, pelajari lebih lanjut hasil-hasil studi terkait...
Anonymous
Dibalas 22 November 2022, 16:33
Nutrisi untuk osteoarthritis dan osteoporosis - Gizi Klinik Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter Kurnia, M.Gizi, Sp.GK, apa saja nutrisi untuk pasien osteoarthritis dan osteoporosis?Lalu apa sebaiknya suplemen yang diberikan? Apakah...
dr. Intan Fajriani
Dibuat 28 Oktober 2022, 12:59
Live Webinar Alomedika - Bagaimanakah Peran Nutrisi pada Pasien dan Pencegahan Osteoporosis? Minggu, 30 Oktober 2022. Pukul:14.00 - 15.00
Oleh: dr. Intan Fajriani
0 Balasan
ALO, Dokter! Jangan lewatkan Live Webinar dengan topik, "Bagaimanakah Peran Nutrisi pada Pasien dan Pencegahan Osteoporosis?"Narasumber : Dr. dr. Andri...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.