Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Panendoskopi general_alomedika 2024-05-15T13:49:28+07:00 2024-05-15T13:49:28+07:00
Panendoskopi
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Panendoskopi

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Teknik prosedur panendoskopi melibatkan triple endoscopy, yakni laringoskopi, bronkoskopi, dan esofagoskopi. Panendoskopi dilakukan di bawah anestesi umum. Pasien diposisikan dalam posisi Jackson untuk memaksimalkan paparan laring dengan leher fleksi dan kepala ekstensi.[7]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien yang perlu dilakukan sebelum prosedur panendoskopi antara lain adalah dengan melakukan pemeriksaan barium swallow, terutama bila pasien memiliki keluhan disfagia atau odinofagia.  Selanjutnya, pada pasien dapat dilakukan pemeriksaan rontgen servikal posisi lateral fleksi-ekstensi jika terdapat riwayat arthritis servikal, riwayat operasi leher sebelumnya, atau riwayat cedera leher.

Bila diperlukan, pasien dapat dirujuk ke dental prosthodontic untuk dibuatkan pelindung gigi akrilik agar tidak terjadi kerusakan gigi berat saat prosedur dilakukan. Jangan lupa pula untuk meminta persetujuan tindakan medis ke pasien yang sebelumnya telah menerima edukasi mengenai prosedur panendoskopi. Edukasi harus mencakup deskripsi tindakan yang akan dilakukan, indikasi, serta risiko komplikasi yang mungkin terjadi.[5]

Peralatan

Peralatan yang dipersiapkan saat melakukan prosedur panendoskopi antara lain laringoskop direk, bronkoskopi rigid dan fleksibel, serta esofagoskop rigid dan fleksibel dengan beberapa ukuran. Selain itu, juga perlu dipersiapkan kamera, kabel serat optik, monitor, forsep biopsi, sikat biopsi, jarum aspirasi, baki alat trakeostomi, tonsilektomi, bronchofiberscope, dan Jackson laryngeal dilator sesuai kebutuhan.[5,10-12]

Selain peralatan utama, persiapan medikamentosa antara lain adalah injeksi lidocaine 4%, semprot hidung oxymetazoline, stik perak nitrat untuk mengontrol perdarahan, toluidine blue dan asam asetat 1% untuk mewarnai tumor agar dapat terlihat lebih jelas.[5]

Posisi Pasien

Posisi pasien yang menjalani prosedur panendoskopi dengan anestesi umum adalah dengan posisi Jackson atau Boyce-Jackson. Posisi ini diperlukan untuk memaksimalkan penampakan laring dengan posisi leher fleksi dalam hubungannya dengan dada, serta kepala ekstensi dalam hubungannya dengan servikal. Pemosisian kepala dapat dibantu dengan ganjalan bahu dan fiksator kepala. Mata pasien diberi penutup dan dipasangkan pelindung gigi.[7]

Prosedural

Prosedur panendoskopi dimulai dari bagian dengan permasalahan yang ditemui pada tiap pasien. Namun, secara umum urutan pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari sedasi, pemeriksaan laring dengan laringoskop, berikutnya dilanjutkan dengan pemeriksaan bronkoskopi, dan terakhir dilakukan pemeriksaan esofagoskopi. Endoskopi bronkus dan esofagus dapat dilakukan dengan endoskopi rigid dan fleksibel yang perbedaannya ada pada fungsi. Endoskopi fleksibel terutama digunakan dengan indikasi diagnostik, sedangkan endoskopi rigid digunakan dengan indikasi tindakan atau terapeutik.[8]

Laringoskopi

Setelah pasien menjalani anestesi umum, pemeriksaan laringoskopi dimulai dengan menempatkan pelindung gigi agar tidak menimbulkan cedera pada gigi saat prosedur dilakukan. Kemudian, pertama kali dimasukkan laringoskop Jackson ke rongga mulut, atau sebagai alternatif dapat menggunakan laringoskop Dedo.

Setelah laringoskop berhasil masuk, dilakukan evaluasi dimulai dari inspesksi pada orofaring (fosa tonsilar, dasar lidah, dinding faring), struktur supraglotis endolaring. aritenoid, lipatan ariepiglotik, pita suara palsu, pita suara sejati, ventrikel, sinus piriformis, dan subglotis.[5]

Setelah melakukan inspeksi, selanjutnya dilakukan pemeriksaan palpasi, salah satunya dengan memeriksa elastisitas pita suara sejati dan mobilitas aritenoid menggunakan spatula. Bila pada pemeriksaan inspeksi dan palpasi ditemukan lesi yang mecurigakan, dapat dilanjutkan dengan biopsi atau eksisi lesi kecil.[5,8]

Bronkoskopi

Prosedur bronkoskopi dimulai dengan bronkoskopi fleksibel dimasukkan secara lembut melalui lubang hidung hingga mencapai nasofaring. Selanjutnya, ujung scope diarahkan ke inferior agar dapat terlihat gambaran faring. Kemudian, instrumen dimasukkan perlahan melewati glottis hingga memasuki tracheobronchial tree. Lakukan inspeksi secara visual. Bila akan dilakukan tindakan biopsi, dapat dilakukan dengan bantuan sikat biopsi, lavage bronchoalveolar, atau dengan forsep biopsi.

Berbeda dengan bronkoskopi fleksibel, bronkoskopi rigid dimasukkan melalui sisi kanan lidah. Selanjutnya, dengan tangan kiri, operator mengayun instrumen. Scope terus dimasukkan perlahan hingga ujung epiglotis terlihat, kemudian scope dimasukkan melewati glotis.[8]

Alternatif lain adalah dengan melewatkan bronkoskop melalui pipa endotrakeal atau lubang trakeotomi yang sudah ada.[5]

Esofagoskopi

Esofagoskopi terutama penting pada kasus pasien dengan keluhan disfagia, odinofagia, tertelan bahan kaustik, trauma, tertelan benda asing, kecurigaan kelainan anatomi, dan keganasan pada traktus aeoridestif bagian atas.[8] Prosedur esofagoskopi dapat dibantu dengan dilator Jackson yang mengikuti di lumen. Jika dari penilaian tindakan esofagoskop rigid sulit dilakukan karena ada kelainan anatomi, maka langkah yang dapat dilakukan adalah penggunaan esofagoskop fleksibel atau melakukan pemeriksaan barium esofagram tanpa melakukan tindakan esofagoskopi.[5]

Esofagoskopi rigid dimasukkan melalui sisi kanan lidah, selanjutnya tangan kiri operator mengayun instrumen. Tangan kanan operator bertindak menstabilkan ujung proksimal scope, suctioning, dan insersi instrumen melewati lumen esofagoskop. Setelah sinus piriformis terlihat, scope dilewatkan sepanjang sinus piriformis ke dalam krikofaringeus. Selanjutnya, jempol kiri digunakan untuk memasukkan instrumen menuju esofagus.[8]

Follow up

Pemantauan pada pasien yang menjalani prosedur panendoskopi adalah mengevaluasi efek samping pasca anestesi, seperti mual, muntah, dan tingkat kesadaran. Pada pasien yang menjalani biopsi pada daerah yang terdapat infeksi, biopsi besar yang membutuhkan jahitan, serta biopsi yang dilakukan pada area yang terkontaminasi (contohnya rongga mulut dan orofaring), pertimbangkan pemberian antibiotik.[5,13]

Bila saat prosedur panendoskopi terjadi kesulitan dan terdapat risiko komplikasi perforasi, maka pasien perlu dipuasakan selama 6-8 jam setelah tindakan esofagoskopi tanpa pemberian analgesik yang lebih kuat dari codeine untuk mengobservasi apakah terdapat perforasi dan mediastinitis.[5]

Referensi

5. University of Iowa. Iowa Head and Neck Protocols: Panendoscopy. 2018. https://medicine.uiowa.edu/iowaprotocols/panendoscopy
7. Ellard L, Wong DT. Anesthesia for airway panendoscopy. Anesthesia for Otolaryngologic Surgery, 2013. 228–236. doi:10.1017/cbo9781139088312.027
8. Jacobson AS, Urken ML, et al. Head and Neck Diagnostic Procedures. Medscape, 2006. https://www.medscape.com/viewarticle/521712_6
10. Peterson K, Ginglen JG, et al. Direct Laryngoscopy. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513224/
11. Mahmoud N, Vashisht R, et al. Bronchoscopy. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448152/
12. University of Iowa. Iowa Head and Neck Protocols- Esophagoscopy Tray, Adult. 2017. https://medicine.uiowa.edu/iowaprotocols/esophagoscopy-tray-adult
13. Agar N. Patient Information. Panendoscopy and Biopsy. Austin Hospital ENT Registrar. 2008. https://www.austin.org.au/Assets/Files/ENT%20-%20Panendoscopy%20Biopsy%20Info.pdf

Kontraindikasi Panendoskopi
Komplikasi Panendoskopi

Artikel Terkait

  • Vaksinasi HPV Sebagai Pencegahan Kanker Orofaring
    Vaksinasi HPV Sebagai Pencegahan Kanker Orofaring
  • Red Flag Suara Serak
    Red Flag Suara Serak
  • GERD Non-Erosif dan Insiden Adenokarsinoma Esofagus – Telaah Jurnal Alomedika
    GERD Non-Erosif dan Insiden Adenokarsinoma Esofagus – Telaah Jurnal Alomedika
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 14 Juni 2023, 10:04
Pengaruh paparan asap las pada pekerja di pabrik
Oleh: Anonymous
1 Balasan
ALODOK, Ijin konsul.Di pabrik kami yg melakukan penggilingan tebu utk diproses menjadi gula pasir, ada beberapa pasien Bronkitis dan ada 1 org survivor KNF...
dr. Nurul Falah
Dibalas 04 Februari 2022, 15:17
Pengaruh siklus radioterapi terlambat pada pengobatan KNF - Onkologi Radiasi Ask the Expert
Oleh: dr. Nurul Falah
2 Balasan
Alo dr. Steven, Sp.Onk.Rad, izin bertanya dokter.Bagaimana pengaruhnya jika terjadi keterlambatan menjalani siklus radioterapi pada pasien dengan kanker...
dr. Reren Ramanda
Dibalas 16 November 2021, 11:37
Hubungan infeksi HPV pada kejadian kanker - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Reren Ramanda
2 Balasan
Alo dr. Sekti Sp. THT-KL(K), izin bertanya dokter, apakah memang terdapat hubungan antara infeksi HPV dengan kejadian Ca pada bidang THT terutama pada pasien...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.