Teknik Tes Narkoba
Teknik dari tes narkoba secara umum adalah dengan mengambil sampel yang diinginkan dengan peralatan yang sesuai. Sampel kemudian dikerjakan dengan metode-metode tertentu, seperti immunoassay, kromatografi gas dan spektrometri massa. Terdapat beberapa sampel yang bisa diambil seperti urine, darah, saliva, keringat, dan kuku.
Persiapan Pasien
Persiapan pasien tergantung pada spesimen yang diambil. Beberapa jenis sampel yang bisa diambil antara lain urine, darah, saliva, keringat, dan rambut. Sebelum mengoleksi sampel saliva, donor dilarang untuk minum, makan, atau memasukkan sesuatu dalam mulutnya selama 10-20 menit.[5]
Peralatan
Peralatan dalam mengambil sampel tes narkoba tergantung pada spesimen yang diambil. Peralatan untuk mengambil sampel darah adalah:
- Tabung sampel darah dan labelnya
- Alat pengambil darah
- Sarung tangan non steril
- Tourniquet
- Swab alkohol 70%
- Kain kasa atau penutup luka injeksi
- Kontainer anti bocor[6]
Peralatan untuk mengambil sampel urine adalah:
- Wadah urine
- Kontainer plastik
- Penyerap
- Label
Bluing agent (untuk mencegah dilusi spesimen oleh donor)[2,10]
Peralatan untuk mengambil sampel saliva adalah:
-
Absorbent foam atau sebuah pad
- Diluent atau bahan pengawet[5]
Peralatan untuk mengambil sampel keringat adalah:
Patch keringat (dengan pad penyerap diantara lapisan impermeabel dan berpori) atau usapan keringat[5]
Peralatan untuk mengambil sampel kuku adalah:
- Gunting kuku
- Skapel
- Swab alkohol[9]
Sampel rambut umumnya tidak membutuhkan peralatan khusus.[5]
Prosedural
Prosedur dari tes narkoba terdiri dari persiapan pasien, pengambilan sampel, dan pemeriksaan. Prosedur pengambilan sampel disesuaikan dengan jenis sampel yang diinginkan agar menghindari positif palsu atau negatif palsu.
Persiapan Pasien
Umumnya tidak diperlukan persiapan khusus pada pasien sebelum melakukan pemeriksaan, kecuali pada pemeriksaan saliva. Pada pemeriksaan dengan menggunakan saliva, donor dilarang untuk minum, makan, atau menempatkan sesuatu dalam mulut selama 10-20 menit sebelum pengambilan sampel.[1,5]
Pengambilan Sampel
Teknik dari tes narkoba dimulai dari pengambilan sampel atau spesimen. Spesimen urine adalah yang paling sering digunakan karena metabolit zat lebih banyak terdeteksi di urine dibandingkan sampel. Namun konsentrasi metabolit zat di urine tidak berkorelasi terhadap kadar zat dalam darah.
Untuk mengetahui kondisi intoksikasi, maka dibutuhkan sampel darah. Beberapa sampel lain yang bisa diambil adalah saliva, rambut, keringat, dan kuku. Sampel kuku umumnya digunakan ketika sampel rambut tidak bisa diambil atau analisa postmortem.[4]
Sampel diambil berdasarkan jenis sampel yang diperlukan. Sebelum mengambil sampel, penting untuk mengidentifikasi pasien, memberikan penjelasan mengenai prosedur yang akan diambil, dan melakukan persetujuan medis (informed consent).
Sample Urine:
Tahapan untuk mengambil sampel darah adalah:
- Sumber air harus diamankan terlebih dahulu untuk mencegah dilusi yang disengaja
- Menyingkirkan sabun, disinfektan, pembersih, atau zat lain yang bisa mempengaruhi hasil
- Melepas pakaian yang tidak diperlukan (jaket, topi, dan lain-lain) dan menitipkan barang-barang pribadi
- Mencuci tangan
- Memberikan kontainer spesimen dan botol urine, spesimen urin minimal 45 ml
- Donor tidak boleh menyiram toilet
- Pemeriksa kemudian menginspeksi urin untuk melihat adanya warna yang tidak wajar, benda asing, bau yang tidak biasa, atau tanda adanya kontaminasi (misalnya berbusa ketika dikocok)
- Spesimen dibawa ke laboratorium[2,10]
Sample Darah:
Tahapan untuk mengambil sampel darah untuk tes narkoba sama dengan prosedur phlebotomy pada umumnya.[6]
Sample Saliva:
Merupakan salah satu spesimen alternatif yang paling banyak digunakan karena tidak memerlukan keterampilan khusus atau wadah tertentu, dan konsentrasi zat dalam saliva lebih representatif terhadap konsentrasi zat dalam darah dibandingkan dengan sampel urine.
Pengambilan saliva dapat dilakukan dengan cara donor memasukkan adsorben atau pad di bawah lidah atau antara gusi dan pipi selama 2-5 menit. Kemudian sampel bisa diperiksa langsung atau disimpan dalam diluent atau bahan pengawet untuk diantar. Suhu penyimpanan bisa dengan suhu ruangan atau 4°.[5]
Sample Keringat:
Tahapan untuk mengambil sampel keringat adalah:
- Kulit dibersihkan dahulu untuk menghilangkan debu dan kotoran
- Patch keringat ditempatkan pada lengan atas
- Sampel dikirimkan ke laboratorium untuk diperiksa[5]
Sample Kuku:
Tahapan untuk mengambil sampel kuku adalah:
- Bersihkan kuku dengan alkohol swab
- Gunting kuku dengan ketebalan 2-3 mm
- Masukkan dalam tabung spesimen[5,9]
Sample Rambut:
Tahapan untuk mengambil sampel rambut adalah:
- Sampel rambut diambil dari bagian vertex posterior, karena daerah ini memiliki variabilitas fase pertumbuhan yang lebih rendah serta kurang dipengaruhi jenis kelamin dan usia
- Rambut dipotong sedekat mungkin dengan akar rambut dengan panjang kurang lebih 1,5 inchi atau 3,8 cm[5]
Pemeriksaan
Pemeriksaan tes narkoba melibatkan tiga metode, yaitu dengan cara immunoassay dan spektrometri massa, dan kromatografi gas.[1]
Immunoassay
Merupakan pemeriksaan yang paling banyak digunakan, terutama sebagai pemeriksaan skrining. Pemeriksaan ini menggunakan antibodi yang mengenali sebuah metabolik pada sebuah alat analisis otomatis.
Waktu pemeriksaan menggunakan metode immunoassay hanya beberapa menit, dan kemudian diinterpretasikan sebagai hasil positif dan negatif. Immunoassay tidak membutuhkan keahlian khusus dan bisa digunakan dalam pemeriksaan bedside atau klinik.
Terkait stimulan methamphetamine and amphetamine, beberapa zat bisa menyebabkan reaksi silang dan menghasilkan positif palsu, misalnya pseudoefedrin dan psikotropika. Untuk mengatasi hal ini, pemeriksaan immunoassay harus mendeteksi baik amphetamine dan methamphetamine agar dapat melaporkan hasil positif. Immunoassay juga tidak bisa mendeteksi kebanyakan opioid sintetik sehingga dibutuhkan pemeriksaan konfirmasi dengan kromatografi gas/spektrometri massa.[1,4,7,8]
Kromatografi Gas/ Spektrometri Massa
Metode yang paling akurat untuk memeriksa obat adiksi dengan sensitivitas dan spesifisitas tinggi untuk mendeteksi metabolit. Metode ini menggunakan saringan elektromagnetik untuk mengarahkan ion kepada detektor tertentu.
Meskipun canggih, pemeriksaan ini membutuhkan tenaga yang terampil, instrumen pendukung, dan waktu pemeriksaan yang lebih lama dibandingkan dengan immunoassay. Salah satu kekurangan dalam pemeriksaan kromatografi gas/spektrometri massa adalah ketidakmampuan untuk membedakan isomer yang sama, seperti pada methamphetamine dan levorphanol.[1,4]
Assays untuk Substance
Cannabis:
Pemeriksaan urine terhadap cannabis mendeteksi metabolit delta-9 tetrahydrocannabinol (THC), terutama zat THC carboxylase. Pemeriksaan skrining cannabis umumnya tersedia dalam berbagai fasilitas kesehatan.
Meskipun jarang terjadi, beberapa obat bisa menyebabkan hasil positif palsu seperti dronabinol, efavirenz, proton pump inhibitors (contohnya omeprazole, lansoprazole) hemp seed oil, nonsteroidal antiinflammatory drugs (NSAIDs) (contohnya ibuprofen). Batas bawah deteksi cannabis adalah 20-100 ng/mL, tergantung dari jenis pemeriksaan yang digunakan.[1,13]
Kokain/ Cocaine:
Kokain atau cocaine secara cepat dimetabolisme dalam tubuh. Umumnya kokain hanya sebentar terdeteksi dalam darah dan urine namun hasil metabolit utamanya, benzoylecgonine (BE), bisa terdeteksi di urine antara beberapa hari sampai 10 hari atau lebih dalam pemakaian kronis.
Kromatografi gas dan spektrometri massa adalah metode yang paling akurat dalam mendeteksi kokain dan metabolitnya, namun membutuhkan laboratorium khusus. Pemeriksaan standar dengan assay lebih praktis dilakukan sebagai skrining. Pemerksaan ini memiliki spesifisitas yang tinggi terhadap BE dengan kejadian positif palsu yang rendah.[1]
Amphetamine:
Struktur amphetamine yang mirip dengan beberapa zat lain membuat kejadian positif palsu lebih sering terjadi dibandingkan pemeriksaan zat lain. Zat lain ini diantaranya adalah pseudoefedrine, efedrine, phenylephrine, dan banyak obat bebas serta suplemen herbal lain.
l-methamphetamine, isomer amphetamine murni yang terdapat pada inhaler hidung sering menyebabkan positif palsu bahkan pada pemeriksaan baku emas spektrometri massa.[1,3]
Benzodiazepine:
Secara umum, benzodiazepine terdeteksi dalam 3 jam setelah dikonsumsi dan bertahan hingga 2 minggu. Benzodiazepine tidak terdeteksi dalam pemeriksaan skrining urine, zat yang terdeteksi adalah metabolit benzodiazepine yaitu 1,4-benzodiazepines, misalnya oxazepam dan nordiazepam.
Benzodiazepine yang tidak dimetabolisme menjadi zat ini (contohnya clonazepam, lorazepam, midazolam, dan alprazolam) mungkin tidak terdeteksi oleh skrining. Tes urine memiliki spesifisitas yang baik, namun sensitivitasnya cukup bervariasi antar jenis obat. Beberapa faktor yang mempengaruhi adalah banyaknya obat yang dikonsumsi, usia, berat badan, dan coingestant.[1,3,14]
Opioids:
Banyak opioid, terutama opioid sintetik, tidak terdeteksi dalam skrining urine. Oleh karena itu, pemeriksaan glukosa darah sewaktu harus dilakukan apabila dicurigai terdapat kasus keracunan opioid.[1]
Hasil Positif Tes Narkoba Setelah Mengonsumsi Zat
Hasil tes yang positif berarti zat atau metabolit yang dicari memang ada pada atau di atas ambang batas konsentrasi ketika sampel diambil. Tidak ada hubungan fisiologis dengan adanya metabolit dalam sampel, misalnya dalam keadaaan intoksikasi, karena obat bisa terdeteksi dalam kadar yang tidak menyebabkan efek klinis.
Zat yang dikonsumsi, biasanya dapat dideteksi selang beberapa menit dari paparan dan akan tetap positif selama berhari-hari. Namun, waktu deteksi cukup bervariasi berdasarkan jenis zat.
Periode waku positif dari tes narkoba tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Waktu Hasil Positif Tes Narkoba Setelah Mengonsumsi Zat.
Zat | Rentang Waktu yang Dibutuhkan untuk Mendapatkan Hasil Positif | Lama Waktu Positif |
Marijuana | 1-3 jam | 1-7 hari hingga beberapa bulan dalam pemakaian kronis |
Opioid/ heroin/ methadone | 2-8 jam | 1-3 hari, metadon 3-10 hari |
Amphetamine/ methamphetamine/ cocaine | 2-6 jam | 1-3 hari |
Phencyclidine/ PCP | 4-6 jam | 7-14 hari |
Ekstasi | 2-7 jam | 2-4 hari |
Benzodiazepine | 2-7 jam | 1-7, 2-30 hari untuk diazepam |
Barbiturat | 2-4 jam | 7-21 hari |
Ketamine | 2-4 jam | 3-7 hari |
Antidepresan trisiklik | 8-12 jam | 2-7 hari |
Oksikodon | 1-3 jam | 1-2 hari |
Sumber: dr. Adrian Prasetio, 2021.[1,2,16]
Hasil Positif Palsu dan Negatif Palsu
Tes narkoba mudah dilakukan dan biasanya dilaporkan sebagai negatif atau positif terhadap obat yang diperiksa. Namun interpretasi hasil tersebut sering menyesatkan apabila tidak memiliki pemahaman yang cukup. Tes narkoba adalah prosedur yang kompleks dan membutuhkan pengetahuan tentang potensi hasil positif negatif dan palsu.
Hasil Positif Palsu
Pada pasien yang akan diperiksa tes narkoba harus ditanyakan juga zat atau obat yang sedang dikonsumsi. Hal ini dilakukan untuk mencegah ketegangan pada pasien akibat hasil positif palsu.
Immunoassay bisa menunjukkan hasil positif palsu pada beberapa reaksi silang seperti:
- Pemeriksaan amphetamine - penggunaan pseudoefedrin, efedrin, fenilefrin, propranolol, atenolol, levodopa
- Pemeriksaan opioid - ingesti biji Poppy (bagels, roti)
- Phencyclidine/ PCP - obat pilek yang dijual bebas (dextromethorphan, doxylamine); serta tramadol
- Cannabinoid: produk makanan yang mengandung Hemp, paparan obat yang langka (dronabinol) [1]
Hasil Negatif Palsu
Demikian pula dengan hasil negatif, tidak berarti seseorang tidak pernah menggunakan zat adiksi di masa lalu, atau kadar obat berada di bawah ambang batas deteksi alat.
Hasil pemeriksaan yang negatif bisa berarti:
- Donor belum menggunakan obat
- Tes yang dilakukan tidak memeriksa obat yang dikonsumsi
- Konsentrasi obat dalam cairan tubuh berada di bawah ambang batas laboratorium
- Proses pengambilan spesimen yang salah[8]
Tes narkoba bisa menunjukkan hasil negatif palsu pada beberapa situasi seperti:
- Skrining amphetamine tidak bisa secara rutin mendeteksi MDMA (ekstasi) atau methamphetamine. Meskipun pasien menggunakan atau sudah terintoksikasi dengan methamphetamine, hasil tes mungkin negatif, tergantung dari assay yang digunakan.
- Ketamin merupakan zat yang banyak disalahgunakan namun tidak termasuk dalam skrining narkoba rutin. Seorang pasien yang menggunakan atau intoksikasi ketamin tidak akan terdeteksi pada skrining tes narkoba pada kebanyakan fasilitas kesehatan
- Beberapa zat yang sering disalahgunakan, mislanya gamma hydroxybutyrate (GHB), lysergic acid diethylamide (LSD), turunan amphetamine (misalnya, efedrin, mephedrone, MDPV), beberapa cannabinoid sintetis, dan tryptamines (misalnya, DMT, MEO, DeoMT), tidak terdeteksi oleh banyak tes narkoba yang umum dilakukan
Pemalsuan Hasil Pemeriksaan
Hasil negatif palsu bisa terjadi akibat pemalsuan hasil pemeriksaan. Salah satu cara pemakai zat dalam memalsukan hasil adalah dengan menukar urine dengan milik orang lain. Cara tersebut bisa dicegah dengan menetapkan prosedur pengecekan, dokumentasi, serta pengawasan yang ketat. Beberapa cara lain dalam melakukan hasil tes adalah sebagai berikut.
Mengencerkan Sampel dengan Meminum Air:
Metode ini adalah salah satu cara termudah untuk menurunkan konsentrasi obat dalam urine. Meminum air dalam jumlah besar mampu menurunkan kadar zat hingga di bawah ambang batas pemeriksaan. Dilusi juga bisa terjadi secara tidak sengaja pada pasien yang mendapatkan cairan infus atau dalam terapi diuretik.
Ingesti Zat Penyamar:
Mengonsumsi beberapa zat untuk menyembunyikan obat adiksi, misalnya dengan konsumsi niasin atau Goldenseal yang dipercaya bisa “membersihkan” urin. Konsumsi niasin dalam dosis besar bisa menyebabkan toksisitas dan berhubungan dengan morbiditas pasien.
Menambahkan Zat Lain ke Sampel Urine:
Motivasi dalam menambahkan zat lain tidak hanya untuk mendapatkan hasil negatif, melainkan juga hasil positif. Beberapa zat yang mencegah deteksi obat adiksi adalah zinc sulfat, ammonia, pemutih, hidrogen peroksida, sabun cair, iodin. Zat ini mengganggu proses pemeriksaan dan bisa menyebabkan hasil negatif, terutama pada pemeriksaan cannabis. Sedangkan beberapa pasien lain bisa menggunakan zat lain untuk mendapatkan hasil positif palsu.
Umumnya dilakukan berkaitan dengan pemantauan kepatuhan pengobatan agar pasien tampak mengonsumsi obat yang diberikan. Untuk mencegah ini, tes narkoba yang dilakukan untuk pemantauan kepatuhan terap harusi mendeteksi tidak hanya obat utama namun juga metabolitnya.[1]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja