Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Teknik Pungsi Arteri general_alomedika 2023-07-31T11:54:07+07:00 2023-07-31T11:54:07+07:00
Pungsi Arteri
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Teknik Pungsi Arteri

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Teknik pungsi arteri diawali dengan evaluasi sirkulasi kolateral dengan tes Allen, kemudian melakukan pungsi pada arteri, dengan arteri yang paling sering adalah arteri radialis.

Teknik pungsi arteri memiliki tantangan tersendiri, terutama pada pasien yang tidak sadar yang umumnya memiliki denyut nadi yang sulit diidentifikasi. Selain itu, pada pasien obesitas atauedema juga menjadi salah satu tantangan dalam tindakan pungsi arteri. Tindakan pungsi arteri disarankan dilakukan oleh operator yang ahli.[3,4]

Persiapan Pasien

Persiapan pasien sebelum tindakan pungsi arteri dibutuhkan informed consent, menentukan lokasi pungsi, dan evaluasi sirkulasi kolateral. Sebelum dilakukan tindakan pungsi arteri, pasien wajib diinformasikan terlebih dahulu mengenai risiko dan keuntungan dari tindakan yang akan dilakukan.

Tindakan ini lebih nyeri dibandingkan pungsi vena, sehingga perlu diinformasikan kepada pasien. Setelah pasien mengerti, pasien dapat diminta persetujuan tindakan. Pada keadaan mengancam nyawa, tindakan pungsi arteri dapat dilakukan tanpa konsen tertulis.[1,3]

Menentukan Lokasi Pungsi

Pasien diminta berbaring terlebih dahulu, kemudian operator melokalisir arteri yang terpalpasi. Berikut ini merupakan beberapa lokasi yang umum digunakan dalam tindakan pungsi arteri:

Arteri Radialis:

Arteri radialis merupakan lokasi yang paling umum digunakan dalam tindakan pungsi arteri. Lokasi ini lebih mudah diakses dan juga lebih nyaman untuk pasien. Arteri radialis dapat dipalpasi saat pergelangan tangan ekstensi dan terletak antara radius distal dan tendon flexor carpi radialis.[1,6]

Arteri Brakialis:

Arteri brakialis dapat dipalpasi saat lengan ekstensi dengan telapak tangan menghadap ke atas dan palpasi bagian medial dari tendon biseps pada fossa antecubiti.[1,6]

Arteri Femoralis:

Arteri femoralis terletak pada titik tengah ligamen inguinalis yang dapat dipalpasi saat pasien berbaring dan ekstensi tungkai bawah.[1,6]

Arteri Axillaris:

Arteri axillaris dapat ditemukan dengan lengan abduksi dan rotasi eksternal dan arteri aksilaris dapat dipalpasi pada bagian aksila.[1,6]

Arteri Dorsalis Pedis:

Arteri dorsalis pedis dapat dipalpasi pada bagian lateral dari tendon extensor midfoot.[1,6]

Evaluasi Sirkulasi Kolateral

Sebelum tindakan pungsi arteri, operator harus memastikan terlebih dahulu patensi sirkulasi kolateral untuk mencegah terjadinya iskemia pada distal lokasi pungsi. Arteri radialis dan dorsalis pedis merupakan lokasi yang memiliki risiko komplikasi iskemik yang lebih tinggi, karena lokasi di distal. Beberapa tes dapat dilakukan untuk mengevaluasi sirkulasi kolateral lokasi pungsi.

Tes Allen modifikasi:

Tes allen modifikasi merupakan tes yang digunakan untuk mengevaluasi sirkulasi kolateral pada lokasi arteri radialis. Berikut ini merupakan beberapa langkah tes Allen modifikasi:

  1. Tangan pasien diangkat tinggi dengan tangan dikepalkan
  2. Kedua arteri radialis dan ulnaris dikompresi dengan dua jempol tangan operator yang menyebabkan penurunan aliran darah ke tangan
  3. Tangan pasien diturunkan dan kepalan tangan pasien dibuka. Pada saat ini telapak tangan pasien akan terlihat berwarna putih
  4. Tekanan pada arteri ulnaris kemudian dilepaskan dengan tekanan pada arteri radialis tetap dipertahankan
  5. Operator kemudian perhatikan telapak tangan pasien. Pada sirkulasi kolateral yang normal, telapak tangan pasien dari putih menjadi berwarna pink (merah muda) selama kurang lebih 6 detik. Akan tetapi, bila telapak tangan tetap berwarna putih, terdapat gangguan pada sirkulasi kolateral dan dapat dilakukan pungsi arteri pada lokasi lainnya[1,3]

Tes Allen:

Tes Allen umumnya sama dengan yang sudah dimodifikasi. Akan tetapi, pada pemeriksaan ini, tindakan dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu dengan melepaskan tekanan pada arteri ulnaris dengan tekanan pada arteri radialis tetap dipertahankan dan sebaliknya.[1,3,9]

The,Process,And,The,Result,Of,The,Allens,Test.,This

Gambar 1. Tes Allen.

Tes Allen pada arteri dorsalis pedis:

Tes Allen pada arteri dorsalis pedis umumnya hampir menyerupai pada arteri radialis. Berikut ini merupakan beberapa langkah tes Allen pada arteri dorsalis pedis:

  1. Tungkai bawah pasien yang akan dilakukan pemeriksaan diangkat sampai kulit telapak kaki memucat
  2. Operator kemudian menekan arteri dorsalis pedis
  3. Tungkai kemudian diturunkan
  4. Warna kaki kemudian akan kembali normal apabila aliran arteri tibialis adekuat[1,3]

Peralatan

Beberapa peralatan yang dibutuhkan pada prosedur tindakan pungsi arteri adalah sebagai berikut:

  1. Sarung tangan non steril, alat proteksi muka dan gown
  2. Cairan antiseptik kulit, seperti alkohol, povidone iodine dan klorheksidin

  3. Syringe pre heparinisasi dan jarum (18,20,21,23 gauge) dan sesuai dengan lokasi pungsi. Semakin kecil jarum maka semakin tinggi risiko spesimen lisis.
  4. Tutup jarum
  5. Kain kasa steril penutup lokasi pungsi setelah pengambilan spesimen dan perban adhesive
  6. Wadah yang berisi es yang telah dihancurkan untuk transportasi spesimen ke laboratorium
  7. Kotak pengaman limbah medis tajam
  8. Lidokain (1% atau 2%) tanpa epinefrin (opsional)[1,4]

Posisi Pasien

Pasien diposisikan secara supinasi dengan posisi lengan ekstensi dan tangan supinasi pada pungsi arteri radialis atau brachialis. Pada pungsi arteri femoralis, tungkai bawah sebaiknya ekstensi. Sedangkan pada pungsi arteri axillaris, lengan pasien dapat abduksi dan rotasi eksternal.[1,4]

Prosedural

Prosedur tindakan pungsi arteri umumnya hampir sama antar lokasi pungsi. Berikut ini merupakan prosedur persiapan tindakan pungsi arteri:

  1. Memperkenalkan diri dan mengkonfirmasi identitas pasien
  2. Pasien diposisikan dengan posisi supinasi dan pastikan pasien dalam kondisi nyaman, kemudian tentukan lokasi arteri yang akan dilakukan tindakan
  3. Evaluasi sirkulasi kolateral dengan melakukan tes Allen. Apabila terdapat kegagalan tes maka dapat dipertimbangkan penggunaan lokasi lain
  4. Lakukan protokol kebersihan tangan, amankan lokasi, dan persiapkan peralatan yang akan digunakan. Gunakan proteksi wajah dan apron untuk mencegah eksposur darah pasien
  5. Disinfeksi lokasi yang akan dilakukan pungsi dengan 70% alkohol dan tunggu sampai kering[1,4]

Setelah prosedur persiapan, dilakukan tindakan pungsi arteri sebagai berikut:

  1. Siapkan jarum dan syringe yang diheparinisasi. Apabila belum terdapat dalam bentuk jadi, maka dapat dilakukan secara manual dengan cara aspirasi 2 mL heparin lithium (1000 unit/mL) ke dalam syringe melalui jarum 22–25 gauge.
  2. Injeksi analgetik lokal dengan lidokain 1% atau 2% dapat diberikan, tetapi umumnya tidak rutin dilakukan
  3. Pegang syringe seperti anak panah dan gunakan jari telunjuk untuk melokalisir denyut nadi kembali. Informasikan pasien akan dilakukan pungsi
  4. Masukkan jarum sesuai dengan lokasi pungsi, yaitu sudut 45o pada arteri radialis, sudut 30o pada arteri brakialis, dan sudut 90o pada arteri femoralis. Jarum juga harus berjarak 1 cm distal dari jari telunjuk untuk mencegah kontaminasi
  5. Masukkan jarum sampai darah terlihat mengisi syringe dengan sendirinya. Tunggu darah mengisi syringe sampai batas yang diinginkan. Jangan melakukan aspirasi. Ultrasonografi dapat membantu pada tindakan pungsi arteri yang sulit
  6. Apabila sampel darah sudah cukup, tarik jarum dan syringe dan letakkan kasa steril pada lokasi pungsi dengan ditekan 2–3 menit atau sampai perdarahan Apabila >5 menit tetapi masih ada perdarahan aktif, kemungkinan pasien memiliki hipertensi, gangguan perdarahan, atau penggunaan antikoagulan
  7. Keluarkan udara dan gelembung pada syringe, masukkan jarum ke dalam tutup jarum, dan roll spesimen pada tangan untuk mencampurkan isi specimen[1,4,10]

Setelah tindakan pungsi arteri, prosedur dilanjutkan dengan langkah sebagai berikut:

  1. Buang jarum dengan aman di tempat infeksius menggunakan satu tangan
  2. Label syringe spesimen dan masukkan specimen dalam wadah berisi es
  3. Buang seluruh peralatan dan alat pelindung diri pada tempatnya
  4. Buang sarung tangan dan cuci tangan dengan sabun dan air atau dengan alkohol
  5. Periksa kembali lokasi pungsi untuk perdarahan. Apabila masih terjadi perdarahan, berikan tekanan pada lokasi pungsi kembali
  6. Bawa sampel yang berada pada wadah berisi es ke laboratorium[1,4]

Follow up

Setelah dilakukan tindakan, follow up dapat dilakukan dengan memperhatikan tanda dan gejala yang mengarah pada komplikasi tindakan pungsi arteri.

Beberapa tanda dan gejala yang dapat menunjukkan komplikasi pada pasien seperti perdarahan aktif, nyeri, paresis, perubahan warna kulit, demam dan eritema.[1,3,8]

Perdarahan Aktif

Perdarahan aktif terus menerus dapat menunjukkan terjadinya laserasi pembuluh darah saat tindakan.[1,3,8]

Risiko Sindrom Kompartemen

Pada pasien dengan gejala nyeri, parestesia, pucat, dan hilangnya pulsasi dapat menunjukkan terjadinya hematoma yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sindrom kompartemen.[1,3,8]

Paresis dan Nyeri Persisten

Pasien dengan gejala paresis dan nyeri persisten dapat dipikirkan terjadinya lesi saraf pada saat tindakan.[1,3]

Perubahan Warna Kulit, Hilangnya Pulsasi, dan Akral Dingin

Gejala dan tanda perubahan warna kulit, hilangnya pulsasi, dan akral dingin umumnya dapat menunjukkan kemungkinan terjadinya komplikasi iskemia jaringan.[1,3,8]

Demam dan Eritema

Pasien dengan demam dan eritema pada daerah pungsi menunjukkan terjadinya komplikasi infeksi.[1,3,8]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Theodore AC, Manaker S, Finlay G. Arterial blood gases. UpToDate. 2020.
3. Danckers M, Fried ED. Arterial Blood Gas Sampling. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1902703-overview#a1
4. Dhingra, N. et al. WHO guidelines on drawing blood : best practices in phlebotomy. World Health Organ. 2010;31–4.
6. Dev SP, Hillmer MD, Ferri M. Arterial puncture for blood gas analysis. N Engl J Med. 2011;364(5):e7(1).
8. Rowling SC, Fløjstrup M, Henriksen DP, Viberg B, Hallenberg C, Lindholt JS, Alberg-Fløjborg A, Nanayakkara PWB, Brabrand M. Arterial blood gas analysis: as safe as we think? A multicentre historical cohort study. ERJ Open Res. 2022 Feb 28;8(1):00535-2021. doi: 10.1183/23120541.00535-2021. PMID: 35237684; PMCID: PMC8883174.
9. Zisquit J, Velasquez J, Nedeff N. Allen Test. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507816/
10. Bobbia X, Grandpierre RG, Claret PG, Moreau A, Pommet S, Bonnec JM, Bayard RP, Lefrant JY, Muller L, de La Coussaye JE. Ultrasound guidance for radial arterial puncture: a randomized controlled trial. Am J Emerg Med. 2013 May;31(5):810-5. doi: 10.1016/j.ajem.2013.01.029. Epub 2013 Mar 25. PMID: 23535230.

Kontraindikasi Pungsi Arteri
Komplikasi Pungsi Arteri

Artikel Terkait

  • Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
    Efek Samping Sistem Kardiovaskular Pada Bronkodilator Kerja Panjang Untuk Penyakit Paru Obstruktif Kronis
  • Manajemen Ketoasidosis Diabetik pada Pasien Gagal Jantung dan Gagal Ginjal
    Manajemen Ketoasidosis Diabetik pada Pasien Gagal Jantung dan Gagal Ginjal
  • Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
    Perbandingan Potensi Kortikosteroid Sistemik
  • Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023
    Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023
  • Pedoman Penanganan PPOK 2025 – Ulasan Guideline Terkini
    Pedoman Penanganan PPOK 2025 – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Emillya Sari
Dibalas 22 November 2023, 15:57
Manajemen PPOK Menurut Pedoman GOLD 2023 - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Emillya Sari
1 Balasan
Penyakit paru obstruktif kronik atau PPOK merupakan suatu kondisi paru yang ditandai adanya sindrom respirasi kronik seperti batuk berdahak dan sesak napas...
dr.Peter Fernando
Dibalas 12 Juli 2023, 15:23
Mnemonic #10: Gejala PPOK
Oleh: dr.Peter Fernando
2 Balasan
P - Perlahan (Progressif): Gejalanya berkembang secara perlahan seiring waktu. P - Pernafasan (Sulit): Kesulitan bernafas, terutama saat aktivitas fisik. O -...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 21 Desember 2022, 09:00
Pilihan Terapi Yang Tepat untuk Pasien Asma dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) - Artikel Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Pilihan terapi yang tepat untuk pasien asma dan PPOK adalah kombinasi long-acting beta-2 agonist (LABA) dan inhaled corticosteroid (ICS). Termasuk...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.