Teknik Auskultasi Paru
Teknik auskultasi paru dilakukan dengan menempatkan stetoskop pada dinding dada pasien. Untuk mendengarkan suara napas, stetoskop ditempatkan pada semua lobus paru kanan dan kiri.[1]
Persiapan Pasien
Sebelum melakukan pemeriksaan auskultasi paru, pasien ditempatkan di ruangan pemeriksaan yang tenang, nyaman, dan tertutup bagi pasien. Pemeriksaan ini membutuhkan pasien untuk membuka baju, sehingga klinisi perlu memastikan privasi pasien tetap terjaga. Apabila dokter laki-laki akan melakukan pemeriksaan terhadap pasien perempuan, maka dokter perlu didampingi tenaga medis perempuan selama pemeriksaan untuk menjadi saksi pemeriksaan klinis.[1,4]
Setelah pasien menyetujui tindakan medis, maka pasien diminta melepaskan pakaian bagian atas. Sebelum melakukan auskultasi paru, dokter perlu melakukan hand hygiene dengan mencuci tangan.[1,5]
Peralatan
Pemeriksaan auskultasi paru memerlukan peralatan berupa stetoskop. Masing-masing dari sisi stetoskop mempunyai fungsi yang berbeda. Bagian bel stetoskop berfungsi untuk mendengarkan suara berfrekuensi rendah, sedangkan bagian diafragma atau membran dari stetoskop berfungsi untuk mendengarkan suara dengan frekuensi tinggi.
Selain stetoskop, tenaga medis juga perlu menyediakan tempat tidur medis dan tirai untuk menjaga privasi pasien yang akan menjalani pemeriksaan.[1,5]
Posisi Pasien
Posisi pasien duduk atau supinasi adalah posisi paling umum dalam pemeriksaan auskultasi paru. Namun kondisi klinis pasien perlu dipertimbangkan. Pasien dengan gangguan pernapasan yang tidak bisa duduk dengan tegak dapat diposisikan berbaring 45 derajat. Apabila pasien tidak dapat berpindah dari posisi tidur, maka pasien dapat dimiringkan ke salah satu sisi untuk memeriksa paru bagian posterior.[1,4]
Prosedural
Setelah klinisi siap dengan peralatan medis yang mendukung, melakukan hand hygiene, dan pasien sudah diposisikan, maka pemeriksaan auskultasi paru dapat dimulai. Prosedur auskultasi paru menilai kesamaan, kualitas, intensitas, dan perubahan dari suara pernapasan. Urutan prosedur pemeriksaan adalah:
- Posisikan pasien secara nyaman, lapang pemeriksaan harus bebas dari baju atau aksesoris yang dapat mengaburkan hasil pemeriksaan
- Kenyamanan pasien adalah hal yang utama. Pastikan tirai tertutup, dan hangatkan stetoskop dengan tangan apabila diperlukan
- Posisikan ear tips tepat pada telinga dan membentuk segel yang mencegah masuknya suara asing dari luar
- Tempatkan stetoskop pada dada pasien dengan sedikit tekanan. Pasien kemudian diminta untuk menarik dan membuang napas. Stetoskop ditempatkan pada posisi pemeriksaan selama pasien bernapas
- Bantu pasien untuk bernapas secara normal. Hiperventilasi akan meningkatkan risiko sinkop.
- Pemeriksaan dilakukan secara step ladder pada kedua sisi secara bergantian untuk membandingkan suara paru pada satu sisi dengan sisi lainnya. Auskultasi dimulai dari intercostal space (ICS) pertama sampai ketujuh
- Pemeriksaan diulangi pada bagian posterior dada. Hindari menempatkan stetoskop pada skapula karena suara napas tidak akan terdengar
- Minta pasien untuk mengangkat tangan sehingga bagian lateral dada dapat diperiksa pada sisi kanan dan kiri.[1,5]
Suara Napas Fisiologis
Suara napas fisiologis terbagi menjadi 3, yaitu:
- Vesikular: suara napas pada hampir pada seluruh lapang paru dimana inspirasi terdengar lebih panjang dibandingkan ekspirasi. Suara napas vesikular bernada rendah dan lembut.
- Bronkovesikular: suara napas yang terdengar pada bagian bronkus utama dan pada sisi kanan atas posterior paru. Pada suara napas ini ekspirasi terdengar sama dengan inspirasi. Suara napas bronkovesikular merupakan gabungan dari bronkial dan vesikular.
- Bronkial: suara napas yang terdengar dengan nada tinggi dan keras pada bagian manubrium sterni (trakea) dan bagian posterior dada di antara cervical (C) 7 dan torakal (T) 3. Suara ekspirasi terkadang lebih panjang dibandingkan dengan inspirasi. Suara napas bronkial yang terdengar pada bagian lain mungkin mengindikasikan adanya kondisi patologis.[2,6]
Stridor
Stridor terjadi akibat obstruksi atau penyempitan saluran napas. Suara stridor terdengar kontinu dengan nada tinggi yang menetap dan tidak terputus oleh batuk. Stridor dapat terdengar pada ekspirasi dan inspirasi. Beberapa kondisi patologis terkait adalah lesi pita suara atau trakeomalasia.[2,7]
Mengi (Wheezing)
Mengi terdengar mirip stridor, dengan karakteristik nada tinggi dan terkadang terdengar tanpa menggunakan stetoskop. Mengi lebih sering terjadi pada fase ekspirasi dan menunjukkan suatu obstruksi saluran napas. Penyakit yang menyebabkan mengi adalah asma, penyakit paru obstruktif kronis, tumor endobronkial, atau benda asing pada bronkus.[6,8]
Crackle
Crackle adalah suara yang dihasilkan saluran napas kecil terutama pada saat inspirasi dan bersifat intermitten. Terdapat 2 jenis crackle, yaitu tipe kasar dan halus. Crackle kasar mengindikasikan pneumonia sedangkan edema paru mungkin menghasilkan crackle halus akibat sekret yang berlebihan. Crackle kasar dipengaruhi oleh batuk, sementara crackle halus tidak.[2,5]
Friction Rub
Suara friction rub dihasilkan oleh gesekan antara pleura akibat inflamasi. Suara ini terdengar kontinu dengan intensitas rendah serta bertahan selama inspirasi dan ekspirasi. Friction rub tidak dipengaruhi oleh batuk.[3,5]
Perubahan Resonansi Suara
Pasien diminta untuk menyebutkan angka “sembilan puluh sembilan” dan klinisi mendengarkan melalui stetoskop pada setiap lapang paru. Kondisi patologis pada paru dapat menyebabkan perubahan frekuensi dan intensitas suara.
Peningkatan intensitas dan nada suara ini disebut sebagai bronkofoni yang mengindikasikan suatu konsolidasi paru. Sedangkan egofoni adalah perubahan suara menjadi suara hidung dan menyebabkan huruf “E” terdengar seperti “A”.[6,9]
Follow up
Kelainan pada pemeriksaan auskultasi paru mengindikasikan perlunya pemeriksaan lebih lanjut, seperti pencitraan, pemeriksaan laboratorium, atau elektrokardiografi untuk menemukan penyebab kelainan. Auskultasi paru dapat dilakukan pasca tindakan tertentu, misalnya pemberian bronkodilator, untuk memantau perbaikan dari suara paru.[3,4]