Formulasi Pyridoxine
Formulasi pyridoxine atau vitamin B6 dapat berupa sediaan oral dan injeksi.
Bentuk Sediaan
Di Indonesia, pyridoxine tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 25 mg, serta bentuk injeksi 50 mg/ml. Sediaan sirup, dan injeksi biasanya berupa kombinasi sebagai multivitamin, atau dengan obat lainnya, seperti isoniazid.[6,13]
Cara Penggunaan
Pyridoxine dapat dikonsumsi dengan atau tanpa makanan, tablet ditelan secara utuh tanpa dikunyah atau dihancurkan terlebih dahulu. Untuk sediaan injeksi, pyridoxine dapat diberikan secara intravena maupun intramuskular.[11]
Cara Penyimpanan
Suplemen pyridoxine harus disimpan dalam kemasan yang kedap udara, pada tempat yang kering dan sejuk berkisar 15-30 C. Temperatur tidak boleh melebihi 40 C. Obat jangan dibekukan, jangan disimpan dalam kamar mandi.[1,12]
Jauhkan obat dari lingkungan yang lembap, panas, atau sinar matahari. Pyridoxine hidroklorida bersifat fotosensitif, dan akan terdegradasi secara perlahan apabila terpapar cahaya atau sinar matahari.[1,12]
Kombinasi dengan Obat Lain
Umumnya, suplemen pyridoxine dikombinasikan dengan vitamin B lainnya menjadi vitamin B kompleks guna memperoleh hasil metabolisme terbaik, cepat, dan menyeluruh. Pyridoxine biasanya juga dikombinasikan dengan paduan vitamin dan mineral lainnya sebagai pelengkap nutrisi bagi seseorang yang tidak dapat memenuhi kebutuhan vitamin ini melalui diet harian.
Suplementasi pyridoxine 25-50 mg/hari dengan obat antituberkulosis, isoniazid (INH), penting diberikan guna mencegah perkembangan neuropati perifer. Efek hidrasin pada INH berkompetisi untuk menghambat kerja pyridoxine terhadap fungsi metaboliknya. Hidrasin dapat menghambat enzim dekarboksilase glutamat pyridoxal phosphate yang dependen dan enzim aminotransferase gama aminobutirat. Enzim-enzim ini memproduksi dan mendegradasi gamma-aminobutyric acid (GABA) pada jaringan saraf.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja