Efek Samping dan Interaksi Obat Botulinum Toxin Tipe A
Efek samping toksin botulinum tipe A (Botox®) cukup jarang terjadi. Jika ada, efek samping umumnya ringan dan swasirna. Potensi interaksi obat dengan aminoglikosida perlu diperhatikan. Efek samping setelah injeksi untuk keperluan kosmetik dapat terjadi jika obat digunakan secara tidak tepat dan menyebabkan ekspresi wajah yang tidak diinginkan atau keterbatasan fungsi otot.[7,9]
Efek Samping
Meskipun efek samping berat akibat toksin botulinum tipe A sangat jarang terjadi, perlu diketahui adanya laporan kematian spontan, terkadang dikaitkan dengan disfagia, pneumonia, paralisis signifikan, atau anafilaksis. Laporan efek samping lain yang juga jarang namun berpotensi fatal adalah efek samping yang melibatkan sistem kardiovaskular, termasuk aritmia dan infark miokard.
Efek samping toksin botulinum tipe A lainnya yang pernah dilaporkan adalah ruam kulit (termasuk eritema multiforme, urtikaria, dan erupsi psoriasiform), pruritus, dan reaksi alergi. Pada lokasi injeksi juga bisa dirasakan nyeri lokal, nyeri tekan, atau memar. Umumnya efek samping timbul dalam minggu pertama setelah injeksi, berlangsung sementara atau bertahan selama beberapa bulan.[7]
Distonia Servikal
Pada uji klinis penggunaan toksin botulinum tipe A untuk distonia servikal, efek samping yang paling sering dilaporkan adalah disfagia (19%), infeksi pernapasan (12%), nyeri leher (11%), dan sakit kepala (11%). Efek samping lain yang lebih jarang (2-10%) mencakup sering batuk, pilek, sakit punggung, rhinitis, pusing, hipertonia, nyeri di tempat suntikan, asthenia, mulut kering, gangguan bicara, demam, mual, dan mengantuk.[7]
Hiperhidrosis Primer
Dalam uji klinis buta ganda, efek samping yang paling sering dilaporkan (3‒10% pasien) setelah penggunaan toksin botulinum tipe A adalah nyeri dan perdarahan di tempat suntikan, keringat nonaksila, infeksi, faringitis, pilek, sakit kepala, demam, nyeri leher atau punggung, pruritus, dan kecemasan.[7]
Blefarospasme
Pada pasien blefarospasme yang mendapat injeksi toksin botulinum tipe A untuk blefarospasme, efek samping yang ditemukan di uji klinis mencakup ptosis (20.,8%), keratitis pungtata superfisial (6,3%), dan mata kering (6,3%).[7]
Strabismus
Pada pasien strabismus, efek samping ptosis dilaporkan pada 0,9% sampel uji klinis setelah injeksi rektus inferior dan 37,7% setelah injeksi rektus superior. Selain itu, juga ditemukan efek samping berupa perdarahan retrobulbar yang tidak disertai penurunan visus. 1 pasien dari uji klinis ini mengalami efek samping serius berupa iskemia segmen anterior setelah injeksi pada rektus medial.[7]
Kosmetik
Penggunaan Toksin botulinum tipe A untuk tujuan kosmetik yang tidak menggunakan dosis dengan benar atau injeksi ke lokasi yang tidak tepat dapat menyebabkan ekspresi wajah yang tidak diinginkan atau keterbatasan fungsi otot wajah. Sebagai contoh adalah ptosis akibat kelemahan berlebihan pada otot frontalis atau otot levator kelopak mata.
Efek lain dapat berupa diplopia, ektropion, epifora, senyum asimetris, disfagia, dan kesulitan membuka mulut, yang sering disebut sebagai kondisi botulisme iatrogenik.[12]
Interaksi Obat
Pemberian toksin botulinum tipe A bersama dengan aminoglikosida atau agen lain yang mengganggu transmisi neuromuskular harus berhati-hati karena efek toksik dari neurotoksin dapat dipotensiasi.
Efek dan keamanan dari pemberian toksin botulinum tipe A dengan neurotoksin botulinum subtipe lain secara bersamaan atau dalam beberapa bulan masih belum diketahui. Potensi terjadinya kelemahan neuromuskular yang berlebihan perlu diwaspadai.[5,7]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini