Farmakologi Nitrous Oxide
Secara farmakologi, inhalasi nitrous oxide berperan dalam mempercepat induksi anestesi, menciptakan efek analgesik dan efek anxiolytic. Nitrous oxide memiliki tingkat absorbsi dan eliminasi yang cepat dari paru-paru karena dapat berdifusi dengan cepat melalui membran alveolus.
Farmakodinamik
Nitrous oxide memiliki second gas effect, yaitu efek yang memungkinkan gas anestesi penyerta dapat diabsorbsi lebih cepat bila digunakan bersama. Nitrous oxide berdifusi dengan cepat melalui membran alveolus sehingga sebagian besar volumenya dapat diabsorpsi dari alveolus ke aliran darah kapiler dalam waktu singkat. Absorbsi yang cepat ini menyebabkan peningkatan konsentrasi oksigen dan gas lain dalam alveolus dan menimbulkan second gas effect.
Nitrous oxide memiliki minimum alveolar concentration (MAC) sebesar 104%. MAC merepresentasikan konsentrasi obat inhalan yang dibutuhkan untuk menjaga 50% subjek yang dianestesi agar tidak merespon stimulus nyeri dengan pergerakan. Angka 104% menunjukkan bahwa nitrous oxide membutuhkan volume yang tinggi untuk dapat mencapai efek anestesi umum karena potensi anestesinya yang rendah sebagai agen tunggal.[2,12]
Efek Anestesi
Nitrous oxide memiliki efek inhibitorik terhadap reseptor glutamat N-methyl-D-aspartate (NMDA) dan reseptor gamma-aminobutyric acid type A (GABAA) supraspinal. Namun, nitrous oxide memberikan efek stimulasi pada reseptor dopaminergik, reseptor alfa-1 dan alfa-2 adrenergik, serta reseptor opioid. Interaksi terhadap reseptor-reseptor ini berperan dalam menimbulkan efek anestesi nitrous oxide.[3,13]
Efek Analgesik
Nitrous oxide juga memiliki properti analgesik. Efek ini dimediasi oleh neuron yang melepaskan peptida opioid endogen yang kemudian menginhibisi reseptor GABAA supraspinal. Inhibisi reseptor GABAA supraspinal memungkinkan penghentian inhibisi reseptor GABAA spinal (descending) dan juga mengaktivasi descending noradrenergic inhibitory pathways. Setelah itu, terjadi modulasi nosiseptif pada medulla spinalis yang memberikan efek analgesik.[4,11]
Efek Anxiolytic
Aktivasi reseptor GABAA oleh nitrous oxide juga menghasilkan efek anxiolytic secara langsung maupun secara tidak langsung melalui aktivasi tempat pengikatan (binding site) benzodiazepine.[4,11]
Farmakokinetik
Secara farmakokinetik, nitrous oxide dapat diabsorbsi dengan cepat dari alveolus ke pembuluh kapiler, dimetabolisme hanya dalam jumlah kecil di tubuh, dan dieliminasi melalui ekspirasi dalam waktu yang juga singkat.
Absorbsi
Kecepatan difusi gas ke dalam darah ditentukan oleh koefisien partisi darah:gas yaitu perbedaan tekanan parsial gas dan cairan. Nitrous oxide memiliki koefisien partisi darah:gas sebesar 0,47 yang menandakan bahwa nitrous oxide dapat diabsorbsi di paru dengan cepat (onset antara 2-5 menit).[13,14]
Distribusi
Nitrous oxide berada di dalam darah sebagai gas bebas, tidak terikat oleh hemoglobin dan tidak mengalami biotransformasi. Nitrous oxide akan didistribusikan terutama pada organ yang kaya vaskularisasi seperti otak, jantung, ginjal, dan kelenjar endokrin.[1]
Metabolisme
Nitrous oxide dimetabolisme dalam jumlah yang kecil di tubuh yaitu sebesar <0,004% pada saluran gastrointestinal dengan bantuan bakteri anaerobik.[13,14]
Eliminasi
Nitrous oxide diekskresikan melalui ekspirasi paru-paru. Sebanyak 99% obat akan dieliminasi di paru-paru tanpa melalui biotransformasi. Sebagian kecil obat dapat diekskresikan melalui kulit.[13,14]