Pengawasan Klinis Empagliflozin
Pengawasan klinis pada penggunaan empagliflozin sangat diperlukan. Pengawasan klinis yang perlu dilakukan, antara lain:
- Lakukan penilaian tanda-tanda klinis reaksi anafilaksis, termasuk angioedema, ruam, dan gangguan pernapasan, harus dilakukan secara rutin, terutama apabila adanya riwayat alergi sebelumnya
- Pantau kadar hemoglobin A1c (HbA1c) setiap 3–6 bulan, dosis empagliflozin dapat ditingkatkan untuk mencapai target HbA1c, yaitu <7% pada sebagian besar pasien
- Lakukan pemeriksaan fungsi ginjal sebelum memulai terapi empagliflozin dan secara berkala setelahnya, terutama pada pasien dengan eGFR <60 mL/menit/1,73 m2
- Lakukan pemeriksaan tekanan darah, profil lipid, dan tes kehamilan sebelum memulai terapi
- Perbaiki status volume sesuai indikasi serta pantau tanda dan gejala hipotensi setelah memulai terapi empagliflozin karena adanya efek kontraksi volume intravaskular
- Pantau kemungkinan adanya efek samping merugikan, termasuk tanda dan gejala genitourinari (infeksi mikotik genital, infeksi saluran kemih), hipoglikemia, dan ketoasidosis diabetik[1–3,5]