Farmakologi Magnesium Sulfat
Farmakologi magnesium sulfat berkaitan dengan efek vasodilator, antikonvulsan pada eklampsia, dan terminasi torsade pointes. Magnesium memiliki onset yang cepat dan sebagian besar diekskresikan di ginjal.
Farmakodinamik
Farmakodinamik magnesium sebagai kation yang banyak ditemukan pada cairan intraseluler, memainkan peran penting dalam fisiologi dengan bertindak sebagai kofaktor untuk banyak aktivitas enzim, berpartisipasi dalam konduksi saraf, kontraktilitas jantung, dan eksitabilitas otot.[14]
Magnesium Sulfat sebagai Vasodilator
Magnesium sulfat merupakan antagonis kalsium yang bekerja pada kanal kalsium otot polos pembuluh darah. Akibatnya, kadar kalsium intrasel akan menurun dan menginduksi proses inaktivasi calmodulin-dependent myosin light chain kinase. Hal ini menimbulkan efek penurunan kontraksi sehingga terjadi relaksasi arteri. Sebagai hasilnya akan didapatkan penurunan resistensi vaskuler perifer dan juga serebral, redanya vasospasme, dan terjadi penurunan tekanan darah.[6,15]
Magnesium Sulfat sebagai Antikonvulsan
Mekanisme aksi magnesium sulfat dalam menangani kejang pada eklampsia belum diketahui secara pasti. Ion magnesium dapat menembus sawar darah dan berperan sebagai antagonis reseptor N‐methyl‐D‐aspartate (NMDA). Reseptor NMDA merupakan reseptor glutamat yang jika terstimulasi secara berlebihan dapat memediasi terjadinya kejang.
Efek antikonvulsan dari magnesium dicapai melalui supresi aktivasi reseptor NMDA. Pada sistem saraf perifer, magnesium menginhibisi transmisi neuromuskular dengan menurunkan jumlah asetilkolin yang dilepaskan pada end-plate oleh impuls saraf motorik. Hal ini berefek pada penurunan kontraksi dari otot skelet sehingga mencegah terjadinya kejang.[15-17]
Magnesium sulfat sebagai Pelindung Sawar Darah
Eklampsia merupakan bentuk dari ensefalopati hipertensi yang dapat disebut juga sebagai posterior reversible encephalopathy syndrome (PRES). Kondisi ini dicetuskan oleh tingginya tekanan pembuluh darah yang kemudian menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah otak, peningkatan permeabilitas sawar darah, dan berakhir pada edema serebri.
Magnesium memberi perlindungan pada sawar darah. Dengan bertindak sebagai antagonis kalsium, aksinya pada sitoskeleton aktin sel endotel dapat melawan pergerakan paraseluler zat terlarut yang melalui tight junction. Oleh karena itu, pemberian MgSO4 dapat mengurangi pergerakan cairan dan zat terlarut ke dalam otak yang melalui transpor transeluler, menyebabkan penurunan regulasi pinositosis, sehingga membatasi pembentukan edema dan meningkatkan perbaikan klinis pada eklampsia.[14-15]
Magnesium Sulfat sebagai Terapi Torsade Pointes
Magnesium sulfat merupakan obat pilihan untuk tata laksana torsade pointes. Magnesium menurunkan amplitudo early after depolarization melalui inhibisi masuknya kalsium via kanal kalsium tipe L sehingga EAD akan cenderung tidak mencapai batas ambang potensial untuk memprovokasi atau mempertahankan torsade pointes. Sebagai kofaktor natrium kalium ATPase, magnesium dapat juga menstabilkan potensial membran dengan memfasilitasi masuknya kalium dan mengoreksi repolarisasi terdispersi tanpa memperpendek durasi potensial aksi.[18-19]
Farmakokinetik
Farmakokinetik magnesium sulfat memiliki onset aksi yang cepat sebagai antikonvulsan pada administrasi intravena. Sebanyak 30% obat berikatan dengan albumin, dan sebagian besar obat diekskresikan melalui urine.
Absorpsi
Melalui pemberian secara intravena, magnesium diabsorpsi secara cepat di dalam tubuh dan memiliki onset aksi yang berefek langsung sesaat setelah pemberian dan akan bertahan dalam durasi 30 menit. Pada pemberian secara intramuskular, magnesium memiliki onset aksi 1 jam dengan durasi aksi 3–4 jam. Kadar serum antikonvulsan yang efektif berkisar dari 2,5 hingga 7,5 mEq / L.[1,2]
Distribusi
Sebanyak 50–60% obat didistribusikan ke tulang, 1–2% ke cairan ekstrasel, dan sebesar 30% berikatan dengan albumin.[5,20]
Eliminasi
Obat ini diekskresikan di urine sebagai magnesium oleh ginjal dengan kecepatan yang proporsional dengan konsentrasi plasma dan filtrasi glomerulus. Bagian dari obat yang tidak terabsorpsi akan diekskresikan melalui feses.[2,7]