Efek Samping dan Interaksi Obat Penisilamin
Efek samping pemberian penisilamin atau penicillamine dapat mengakibatkan kematian, sehingga penggunaan penisilamin harus disertahui pengetahuan yang cukup terkait toksikologi dan efek samping obat ini. Efek samping yang dapat mengakibatkan kematian di antaranya leukopenia, anemia aplastik, dan agranulositosis. Interaksi penisilamin dengan obat lain di antaranya adalah dengan isoniazid.
Efek Samping
Toksisitas akut pada pemberian penisilamin rendah, namun efek samping jangka panjangnya dapat mengakibatkan kematian. [3,7] Efek samping pemberian penisilamin yang dapat mengakibatkan kematian di antaranya leukopenia, anemia aplastik, dan agranulositosis. Efek samping lain yang dapat terjadi pada pemberian penisilamin adalah alergi serta gangguan pada sistem gastrointestinal, ginjal, dan sistem saraf serta neuromuskular.[3]
Efek Samping Hematologi
Leukopenia dan trombositopenia dapat terjadi pada sekitar 5% pasien yang mengonsumsi penisilamin. Kondisi ini dapat mengakibatkan kematian atau morbiditas yang berat.[3,16]
Leukopenia yang terjadi bersifat granulositik, dan peningkatan eosinofil dapat terlihat. Penisilamin harus dihentikan jika terjadi penurunan leukosit hingga mencapai kurang dari 3500/mm3.[3]
Trombositopenia dapat bersifat idiosinkratik atau berbasis imunitas. Penisilamin harus dihentikan jika terjadi penurunan trombosit hingga kurang dari 100.000/mm3. Terapi dapat dimulai kembali setelah dilakukan evaluasi terhadap kondisi klinis pasien berdasarkan penilaian dokter.[3]
Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis pada pasien yang memulai pengobatan dengan penisilamin harus dilakukan 2 kali/minggu pada bulan pertama pengobatan, setiap dua minggu selama 5 bulan, dan seterusnya dilakukan setiap bulan. Pemeriksaan darah lengkap dan hitung jenis juga sebaiknya dilakukan setelah meningkatkan dosis. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan adanya leukopenia, trombositopenia, anemia aplastik, dan agranulositosis. Penentuan penghentian terapi dilakukan berdasarkan penilaian dokter dan hasil laboratorium.[3,16]
Alergi dan Efek Samping pada Kulit
Alergi dan efek samping pada kulit merupakan efek samping yang paling sering terjadi pada pemberian penisilamin. Sekitar 25-50% pasien dapat mengalami salah satu dari 4 kondisi di bawah ini:
- Reaksi hipersensitivitas akut seperti ruam morbiliformis atau urtikaria
- Dermatopati berupa gangguan serat elastis seperti elastosis perforans serpiginosa (EPS), cutis laxa, anetoderma, dan pseudo-pseudo-xanthoma elasticum (PPXE)
- Gangguan autoimun, termasuk penyakit bulosa dan jaringan penunjang seperti lupus-erythematosus-like syndrome akibat obat
- Gangguan kulit lain seperti lichen planus, dermatitis psoriasiformis, alopesia, dan gangguan pada kuku [5]
Penisilamin dihentikan pada sekitar 10% pasien yang mengalami efek samping pada kulit. Penghentian obat didasarkan pada penilaian dokter berdasarkan kondisi klinis pasien. Jika erupsi disertai dengan demam, atralgia, limfadenopati, penisilamin sebaiknya dihentikan.[3,5]
Kondisi berbasis alergi lain seperti tiroiditis dan hipoglikemia dapat terjadi, namun kondisi ini sangat jarang ditemukan.[3]
Efek Samping pada Ginjal
Proteinuria dengan atau tanpa hematuria dapat terjadi pada sekitar 6% pasien, dan dapat merupakan tanda terjadinya glomerulopati yang dapat berkembang menjadi sindrom nefrotik.[3]
Proteinuria dan hematuria pada pasien dapat bersifat reversibel, namun dokter harus tetap melakukan penilaian secara ketat untuk menentukan apakah penisilamin harus dihentikan. Proteinuria dan hematuria pada pemberian penisilamin dapat menjadi tanda Goodpasture-like syndrome, yaitu suatu kondisi autoimun yang ditandai oleh kerusakan ginjal dan dapat mengakibatkan kematian.[3,5]
Proteinuria yang melebihi 1 gram/24 jam atau proteinuria dengan kadar yang terus meningkat merupakan indikasi penghentian penisilamin. Di samping itu, hematuria makroskopik atau hematuria mikroskopik persisten juga merupakan indikasi penghentian penisilamin.[3]
Efek Samping pada Sistem Saraf dan Neuromuskular
Tinnitus, neuritis optik, neuropati perifer (termasuk sindrom Guillain-Barré), sindrom myasthenia (dapat berkembang menjadi myasthenia gravis) dapat terjadi pada pemberian penisilamin. Di samping itu, gangguan visual dan psikiatri, gangguan mental, agitasi, dan ansietas juga dapat terjadi. Penghentian obat didasarkan pada penilaian dokter berdasarkan kondisi klinis pasien. [3]
Interaksi Obat
Terdapat beberapa interaksi obat, antara lain:
Meningkatkan Konsentrasi Obat
Interaksi obat penisilamin dapat terjadi pada pemberian bersama dengan isoniazid. Penisilamin dapat meningkatkan efek kerja isoniazid.[3]
Meningkatkan Risiko Efek Samping Obat
Selain itu, penggunaan bersama dengan terapi emas (gold sodium thiomalate), antimalaria seperti primaquine, obat sitotoksik, oksifenbutazon, atau fenilbutazon harus dihindari. Obat-obatan tersebut dapat mengakibatkan efek samping hematologi dan kerusakan pada ginjal, dan pemberian bersama dengan penisilamin dapat memperparah efek samping tersebut.[3]