Pengawasan Klinis Ceftazidime Avibactam
Pengawasan klinis penggunaan ceftazidime avibactam adalah indikasi pemberian obat, karena penggunaan tanpa indikasi akan meningkatkan risiko resistensi obat. Pengawasan lain adalah reaksi efek samping, terutama gangguan sistem saraf pusat.
Mikroorganisme Resisten Obat
Saat ini, secara signifikan terjadi peningkatan bakteri gram negatif resisten obat (multidrug resistant atau MDR). Resistensi antimikroba ini umumnya disebabkan produksi β-laktamase, sehingga pemberian ceftazidime avibactam hanya diberikan untuk kasus infeksi berat, yaitu complicated intra-abdominal infections (cIAI), complicated urinary tract infections (cUTI) termasuk pyelonephritis, hospital-acquired bacterial pneumonia (HABP), dan ventilator-associated bacterial pneumoniae (VABP).[1,2,12]
Penggunaan tanpa kemungkinan kuat infeksi bakteri akan tidak memberikan manfaat bagi pasien, bahkan meningkatkan risiko timbulnya bakteri resisten, termasuk.[12]
Kemungkinan Efek Samping
Efek samping ceftazidime avibactam yang sangat umum terjadi adalah tes direct Coombs positif. Efek samping lain yang perlu pengawasan antara lain kandidiasis, eosinophilia, trombositosis, trombositopenia, sakit kepala, pusing, diare, nyeri perut, nausea, muntah, rash pada kulit, dan peningkatan enzim hati.[12]
Efek Samping Sistem Saraf Pusat
Kejang, nonconvulsive status epilepticus (NCSE), ensefalopati, koma, asterixis, eksitabilitas neuromuskular, dan mioklonus telah dilaporkan pada pasien yang diterapi dengan ceftazidime, terutama pada pasien dengan gangguan ginjal.[3,12]