Kontraindikasi dan Peringatan Ceftriaxone
Kontraindikasi ceftriaxone adalah pada individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini atau golongan sefalosporin lain, serta pada neonatus prematur atau yang mengalami hiperbilirubinemia. Peringatan penggunaan diperlukan pada individu dengan riwayat alergi penicillin karena bisa terjadi reaksi silang.[2,6,15]
Kontraindikasi
Ceftriaxone dikontraindikasikan pada individu yang memiliki riwayat hipersensitivitas terhadap obat ini atau obat golongan sefalosporin lainnya.
Ceftriaxone juga kontraindikasi pada bayi prematur berusia koreksi < 41 minggu, atau > 41 minggu dengan ikterus, hipoalbuminemia, atau asidosis.
Ceftriaxone sebaiknya tidak diberikan pada neonatus dengan hiperbilirubinemia sebab ceftriaxone menggantikan bilirubin pada area pelekatan albumin dan meningkatkan bilirubin tak terkonjugasi.
Pemberian ceftriaxone bersamaan dengan pelarut kalsium atau pada neonatus yang menerima nutrisi parenteral infus yang mengandung preparat kalsium juga dikontraindikasikan karena ceftriaxone dan kalsium dapat bereaksi membentuk presipitat. Pemberiannya pada kasus ini telah dilaporkan menimbulkan toksisitas hingga kematian pada neonatus.[6,15,19]
Peringatan
Perhatikan penggunaan cairan pelarut ceftriaxone. Tidak diperbolehkan untuk melarutkan ceftriaxone dengan cairan yang mengandung kalsium, seperti Ringer Laktat, karena akan membentuk presipitat. Tidak diperkenankan juga untuk memberikan cairan infus yang mengandung kalsium, seperti yang terkandung dalam nutrisi parenteral, pada jalur intravena yang sama dengan akses pemberian ceftriaxone.
Pemberian ceftriaxone juga harus berhati-hati pada pasien dengan alergi penisilin karena dapat terjadi reaksi silang. Pemberian juga perlu berhati-hati pada pasien dengan gangguan gastrointestinal, fungsi hepar, dan fungsi ginjal.[2]
Reaksi Neurologis Serius
Ceftriaxone dapat menyebabkan reaksi neurologis serius seperti ensefalopati, kejang, mioklonus, dan status epileptikus nonkonvulsif, terutama pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal berat yang tidak mendapat penyesuaian dosis. Gejala ini biasanya bersifat reversibel setelah penghentian obat, sehingga pemantauan fungsi ginjal dan penyesuaian dosis sangat penting untuk mencegah toksisitas neurologis.[15]
Risiko Superinfeksi
Penggunaan ceftriaxone dalam jangka panjang dapat memicu superinfeksi akibat pertumbuhan berlebihan organisme yang tidak sensitif, termasuk Candida, Enterococcus, dan Pseudomonas aeruginosa. Selain itu, dapat terjadi Clostridioides difficile-associated diarrhea (CDAD), yang berkisar dari diare ringan hingga kolitis fatal.[15]
Anemia Hemolitik Imun
Efek samping serius lainnya adalah anemia hemolitik imun yang dapat mengancam jiwa. Bila anemia muncul selama terapi, ceftriaxone harus segera dihentikan dan penyebabnya dievaluasi untuk menyingkirkan kemungkinan anemia akibat sefalosporin.[15]
Pemanjangan Waktu Protrombin
Ceftriaxone juga dapat menyebabkan perpanjangan waktu protrombin (PT), terutama pada pasien dengan gangguan sintesis vitamin K atau simpanan vitamin K rendah, seperti penderita penyakit hati kronis atau malnutrisi.[15]
Pembentukan Batu Kalsium
Efek samping lain yang perlu diperhatikan adalah pembentukan presipitat kalsium–ceftriaxone di kantung empedu atau saluran kemih, yang dapat tampak sebagai pseudolithiasis atau urolitiasis pada pemeriksaan ultrasonografi. Kondisi ini lebih sering terjadi pada pasien pediatrik dan biasanya bersifat reversibel setelah penghentian obat.[15]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha