Pengawasan Klinis Ceftriaxone
Pengawasan klinis awal pada pasien yang mendapat ceftriaxone meliputi evaluasi fungsi ginjal dan hati sebelum dan selama terapi, karena gangguan pada organ ini dapat memengaruhi eliminasi obat dan meningkatkan risiko toksisitas. Penyesuaian dosis perlu dipertimbangkan pada pasien dengan insufisiensi ginjal berat.
Pemantauan hematologi berkala juga direkomendasikan, terutama pada pasien yang menjalani terapi jangka panjang. Pemeriksaan darah lengkap dapat mendeteksi dini anemia hemolitik, leukopenia, atau trombositopenia yang dapat terjadi akibat reaksi imun terhadap ceftriaxone. Jika terdapat penurunan signifikan kadar hemoglobin atau tanda-tanda hemolisis, obat harus segera dihentikan dan dilakukan evaluasi penyebab.
Selain itu, pengawasan terhadap tanda-tanda infeksi sekunder atau superinfeksi diperlukan, khususnya pada pasien yang menerima terapi ceftriaxone dalam jangka waktu lama. Munculnya diare berat atau berkepanjangan perlu menimbulkan kecurigaan terhadap Clostridioides difficile-associated diarrhea (CDAD).
Pemeriksaan waktu protrombin (PT) perlu dilakukan pada pasien dengan risiko defisiensi vitamin K, seperti penderita penyakit hati, malnutrisi, atau penggunaan bersamaan antikoagulan. Perpanjangan PT yang signifikan dapat meningkatkan risiko perdarahan dan memerlukan pemberian vitamin K sebagai tindakan korektif.
Pemantauan sonografi hepatobilier dan ginjal tidak rutin dilakukan tetapi mungkin diperlukan pada pasien pediatrik atau yang mendapat dosis tinggi dalam jangka waktu lama. Pemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi dini presipitasi ceftriaxone–kalsium yang dapat menyebabkan pseudolithiasis atau urolitiasis.[2,6,15]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha