Efek Samping dan Interaksi Obat Kanamycin
Potensi efek samping yang perlu diwaspadai dari penggunaan kanamycin meliputi nefrotoksisitas dan ototoksisitas, terutama dengan penggunaan jangka panjang atau dosis tinggi. Interaksi obat yang berpotensi signifikan dengan kanamycin meliputi obat-obat nefrotoksik seperti polymyxin dan bacitracin, serta obat-obatan yang memiliki efek ototoksik seperti aminoglikosida lainnya.[4,6]
Efek Samping
Kanamycin memiliki potensi untuk menyebabkan toksisitas auditori dan kadang-kadang vestibular, toksisitas renal, dan blokade neuromuskular. Risiko lebih tinggi terjadi pada pasien dengan gangguan ginjal, pasien yang menerima pengobatan bersamaan dengan obat ototoksik atau nefrotoksik lain. dan pada pasien yang diobati untuk periode lebih lama atau dengan dosis lebih tinggi dari yang direkomendasikan.[6]
Ototoksisitas
Efek toksik kanamycin pada saraf kranial kedelapan dapat mengakibatkan hilangnya pendengaran bilateral sebagian yang dapat pulih atau tidak pulih. Kanamycin juga bisa menyebabkan hilangnya keseimbangan, tinnitus, atau vertigo.
Kerusakan koklea biasanya dimulai dengan perubahan kecil dalam hasil tes audiometri pada frekuensi tinggi dan mungkin tidak terkait dengan hilangnya pendengaran subjektif. Disfungsi vestibular biasanya ditandai dengan nistagmus, vertigo, mual, muntah, atau sindrom Meniere akut.[6]
Nefrotoksisitas
Penggunaan kanamycin telah dikaitkan dengan munculnya albuminuria, keberadaan sel darah merah dan putih, dan granular cast pada urin. Perubahan fungsi ginjal biasanya dapat pulih ketika obat dihentikan. Gangguan fungsi ginjal bisa ditandai dengan peningkatan kreatinin serum dan bisa disertai oliguria dengan peningkatan kadar BUN atau dengan penurunan klirens kreatinin.[6]
Blokade Neuromuskular
Paralisis otot akut dan apnea dapat terjadi setelah pengobatan dengan antibiotik aminoglikosida. Neurotoksisitas dapat terjadi setelah instilasi intrapleural dan interperitoneal dosis besar aminoglikosida, tetapi reaksi juga telah dilaporkan setelah pemberian intravena, intramuskular, dan bahkan pemberian oral.[6]
Efek Samping Lainnya
Iritasi lokal atau nyeri dapat timbul setelah injeksi intramuskular kanamycin. Reaksi yang tidak diinginkan lain dari kanamycin yang telah dilaporkan adalah ruam kulit, demam, sakit kepala, parestesia, mual, muntah, dan diare.
Sindrom malabsorpsi yang ditandai dengan peningkatan lemak feses, penurunan karoten serum, dan penurunan penyerapan xilosa, juga pernah dilaporkan terjadi pada terapi yang berkepanjangan.[6]
Interaksi Obat
Penggunaan kanamycin bersama dengan diuretik loop akan meningkatkan risiko ototoksisitas. Terdapat peningkatan risiko gangguan fungsi ginjal dan saraf jika kanamycin digunakan dengan bersama obat antibiotik sefalosporin, polymyxin B, dan bacitracin.[4,6]
Peningkatan Risiko Nefrotoksisitas dan Neurotoksisitas
Interaksi dengan obat-obatan seperti polymyxin B, bacitracin, amphotericin B, cisplatin, vancomycin, dan aminoglikosida lain seperti paromomycin dapat menyebabkan efek nefrotoksik dan neurotoksik yang bersifat aditif.
Selain itu, penggunaan diuretik kuat seperti ethacrynic acid, furosemide, meralluride, atau mannitol bersamaan dengan kanamycin dapat meningkatkan risiko nefrotoksisitas. Risiko nefrotoksisitas juga meningkat saat kanamycin digunakan bersamaan dengan sefalosporin.[4,6]
Peningkatan Risiko Ototoksisitas
Black box warning kanamycin menyebutkan untuk tidak menggunakan obat ini dengan diuretik kuat seperti furosemide dan mannitol karena peningkatan risiko ototoksisitas.[6]
Peningkatan Efek Obat Lain
Kanamycin dapat memperkuat efek dari succinylcholine dan relaksan otot non-depolarisasi seperti rocuronium, yang dapat meningkatkan risiko blokade neuromuskular.[4]
Peningkatan Konsentrasi Kanamycin
Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), seperti diklofenak, dapat meningkatkan konsentrasi kanamycin dalam tubuh, yang dapat memperparah efek samping.[4]
Inaktivasi Kanamycin
Penggunaan aminoglikosida, seperti kanamycin, dengan antibiotik tipe beta-laktam, seperti penisilin atau sefalosporin, dalam kondisi in vitro dapat mengakibatkan inaktivasi signifikan. Bahkan ketika aminoglikosida dan obat jenis penisilin diberikan secara terpisah melalui rute yang berbeda, telah dilaporkan adanya penurunan waktu paruh atau kadar serum aminoglikosida pada pasien dengan fungsi ginjal yang terganggu dan pada beberapa pasien dengan fungsi ginjal normal.[6]