Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Kanamycin
Penggunaan kanamycin dalam kehamilan masuk dalam kategori D menurut FDA dan TGA. Pada ibu menyusui, kanamycin telah dilaporkan dikeluarkan dalam jumlah kecil ke ASI.[4,6,9]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori dari FDA, kanamycin termasuk dalam kategori D. Ini berarti ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar dari risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam nyawa. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[4]
Berdasarkan kategori TGA, kanamycin masuk dalam kategori D. Ini merupakan kategori yang membawahi obat yang menyebabkan, atau diduga menyebabkan, atau kemungkinan besar menyebabkan meningkatnya insiden malformasi atau kerusakan permanen pada fetus manusia.[10]
Antibiotik aminoglikosida, termasuk kanamycin, dapat melintasi plasenta. Telah dilaporkan beberapa kasus ketulian kongenital total, ireversibel, bilateral pada anak-anak yang ibunya menerima aminoglikosida selama kehamilan.
Studi reproduksi telah dilakukan pada tikus dan kelinci dan tidak mengungkapkan bukti gangguan kesuburan atau efek teratogenik. Pemberian dosis 200 mg/kg/hari pada tikus hamil dan hamster guinea hamil menyebabkan gangguan pendengaran pada keturunan. Meskipun tidak ada studi yang terkontrol dengan baik pada wanita hamil, penggunaan kanamycin pada kehamilan sebaiknya dihindari.[6]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Konsumsi kanamycin bukan alasan untuk menghentikan menyusui. Kanamycin diekskresikan dengan buruk ke dalam ASI. Bayi baru lahir telah dilaporkan hanya menyerap sejumlah kecil aminoglikosida dan risiko efek buruk sistemik dianggap cukup kecil. Meski demikian, lakukan pemantauan untuk kemungkinan efek pada flora gastrointestinal, seperti diare, sariawan, ruam popok, atau gejala klinis kolitis terkait antibiotik.[11]